Tim Patriot Energi Bentukan ESDM Diyakini Berjiwa Sosial Tinggi

:


Oleh Wawan Budiyanto, Minggu, 17 Juli 2016 | 21:43 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 443


Jakarta, InfoPublik - Cerdas, petualang, pemberani dan berjiwa sosial tinggi itu yang nampak dari anggota Patriot Energi Tanah Air (PETA) bentukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Tidak semua orang dan tidak banyak orang yang memilih menjadi seperti mereka. Mereka memilih jalan yang sulit di daerah yang sangat minim infrastrukturnya daripada kemapanan yang diidamkan banyak anak muda.

Anggota PETA merupakan sarjana-sarjana yang terbaik yang bukan saja pada nilai akdemiknya namun juga di masalah karakter, attitude, dan sikap dalam menghadapi berbagai persoalan bangsa. Salah seorang anggota PETA, Sony yang akan ditempatkan di Kabupaten Keerom, Papua, merupakan alumni Teknik Pertanian Universitas Gajah Mada angkatan 2009.

Sony bergabung PETA untuk melakukan pendampingan pada masyarakat dan memberikan pencerahan terkait masalah energi baru terbarukan.

“Kapan lagi bisa berkontribusi buat negara dan mumpung ada yang memfasilitasi, karena ga mungkin bagi kami ujug-ujug datang terus ketemu masyarakat dan tinggal disana,” kata Sony dalam siaran pers Kementerian ESDM, Minggu (17/7).

Menjadi Patriot Energi pada prinsipnya adalah mengabdikan diri untuk hidup bagi rakyat kebanyakan dan hadir untuk merasakan apa yang rakyat rasakan. “Dengan bergabung di PETA kita bisa mengetahui kondisi masyarakat setempat yang katanya saudara kita setanah air, bagaimana kondisi mereka sebenarnya kebetulan ada yang mewadahi dan kita dapat pelatihannya," ujar Sony.

Sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said, telah melepas 120 anggota PETA, mereka akan ditempatkan di daerah yang terisolir, terpencil dan memiliki keterbatasan infrastruktur sekaligus menjadi pendamping pemberdayaan masyarakat dan perpanjangan “tangan” Kementerian ESDM dalam menyampaikan pencerahan sekaligus mengindentifikasi potensi-potensi energi setempat.

120 anggota PETA tersebut akan ditempatkan selama satu tahun di 105 desa di 39 kabupaten yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Desa-desa tersebut terdiri atas 26 desa di Pulau Sumatera, 24 desa di Kalimantan, 25 desa di Sulawesi, dan 30 desa di wilayah Nusa Tenggara, Maluku, serta Papua.

“Mereka tidak hanya menjadi pendamping masyarakat, mengidentifikasi persoalan, memecahkan masalah tetapi juga menjadi ‘tangan’ dan juga menjadi ‘mata dan telinga’ kita untuk melihat berbagai program energi yang diarahkan pada masyarakat-masyarakat di daerah paling sulit,” kata Sudirman.