- Oleh Mukhammad Maulana Fajri
- Kamis, 21 November 2024 | 15:30 WIB
: Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito bersama para peserta “Interregional Workshop on Self-Evaluation on Infrastructure Development for New Nuclear Power Programmes” yang digelar oleh BRIN dan IAEA diGedung B.J. Habibie BRIN, Jakarta pada Senin (23/9/2024)/Foto : InfoPublik/Farizzy Adhy
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Senin, 23 September 2024 | 14:54 WIB - Redaktur: Untung S - 447
Jakarta, InfoPublik - Badan Riset Teknologi dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan menggelar Lokakarya untuk proyek kerja sama teknis INT 2024 bertajuk “Interregional Workshop on Self-Evaluation on Infrastructure Development for New Nuclear Power Programmes” di Gedung B.J. Habibie BRIN, Jakarta pada Senin (23/9/2024).
Kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan dari 24 negara dunia dan ahli Badan Tenaga Atom Internasional atau International Atomic Energy Agency (IAEA) itu dilakukan dalam rangka memfasilitasi pembahasan berbagai kesiapan infrastruktur energi nuklir nasional dan mendukung negara anggota (IAEA) yang merencanakan pengembangan program energi nuklir di Indonesia.
Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN Mego Pinandito menjelaskan bahwa kegiatan itu bertujuan untuk memperkuat persiapan dari berbagai negara terkait perkembangan tenaga nuklir. “Lokakarya kali ini disebut sebagai international workshop untuk melakukan self-evaluation. Kita disini mereview kembali persiapan yang sudah dilakukan terkait implementasi tenaga nuklir di masing-masing negara,” Mego kepada InfoPublik.
Selain itu, Mego menyebut bahwa kegiatan itu juga menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk saling bertukar pengetahuan dengan beberapa negara yang belum memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Indonesia sendiri memiliki tiga reaktor nuklir yang digunakan sebagai research para peneliti nuklir yaitu di Reaktor Nuklir Kartini di Yogyakarta, Reaktor TRIGA 2000 di Bandung dan Reaktor GA.Siwabessy di Tangerang.
“Ada negara yang belum memiliki PLTN, ada yang sedang mengembangkan, ada pula yang sudah memiliki dan bahkan menambah kapasitas. Kombinasi ini memberikan kesempatan luar biasa untuk saling berbagi pengetahuan. Kita bisa belajar dari negara-negara di Afrika, Asia, serta negara-negara yang sudah maju di bidang ini, seperti Mesir dan Kenya,” sebut Mego.
Deputi BRIN itu juga menambahkan bahwa pemerintah bersama PT PLN Persero sejauh ini menyediakan listrik yang berkualitas dengan distribusi yang merata. Hal itu menjadi tantangan bagi Indonesia dalam mengembangkan teknologi nuklir yang bermanfaat bagi masyarakat kedepannya.
“Pembangunan PLTN membutuhkan pemahaman masyarakat, kesiapan pemerintah dalam pengoperasiannya, serta bagaimana memanfaatkan energi listrik tersebut. Ini adalah tantangan bagi pemerintah, bukanlah kendala. Tantangan untuk menyongsong masa depan, terutama dalam penggunaan teknologi baru seperti pembangkit listrik tenaga nuklir, yang sampai saat ini belum kita miliki secara komersial” tambah Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan BRIN tersebut.
Dalam pemberitaan InfoPublik sebelumnya, Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, Sofwan Noerwidi menyebut teknologi nuklir dalam karakterisasi juga digunakan untuk mendeteksi komposisi mineral silika maupun unsur lainnya dalam menentukan keaslian cagar budaya berupa fosil.
“Untuk karakterisasi, teknologi nuklir dimanfaatkan untuk mengetahui umur atau usia cagar budaya, misalnya dengan carbon dating, pertanggalan uranium series, dan sebagainya," kata Sofwan saat acara Regional Coordination Meeting on RAS1027, “Improving the Utilization of Nuclear Techniques for Cultural Heritage Characterization, Consolidation, and Preservation”, yang diselenggarakan BRIN di Gedung B.J Habibie, Jakarta pada Senin (19/8/2024).
Sofwan menyampaikan bahwa teknologi nuklir juga dapat digunakan untuk konsolidasi dalam menguatkan cagar budaya. Karena sifat dari cagar budaya yang biasanya fragmentaris atau tidak utuh, dan umumnya ditemukan dalam keadaan terpecah-belah. Sementara untuk mempreservasi atau mengawetkan cagar budaya, teknologi nuklir digunakan untuk mengawetkan agar bisa diteliti dan disimpan dalam jangka waktu lama.