- Oleh Wahyu Sudoyo
- Sabtu, 21 Desember 2024 | 14:57 WIB
: Menteri Investasi Rosan Roeslani (kiri) bersama Secretary-General of UN Trade and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan (kanan) memberi pemaparan saat menjadi pembicara dalam sesi pleno HLF MSP 2024 di Nusa Dua, Bali, Senin (2/9/2024). Forum sesi pleno tingkat tinggi High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships tersebut mengangkat tema “Building BridgesUnlocking the Full Potential of Global South through Multi-Stakeholder Partnerships” Media Center IAF II-HLF MSP/Galih Pradipta/YU
Oleh Farizzy Adhy Rachman, Selasa, 3 September 2024 | 20:03 WIB - Redaktur: Untung S - 113
Jakarta, InfoPublik – Pemerintah Indonesia dan Afrika berkomitmen untuk terus bekerja sama memperkokoh kemitraan strategis dalam tiga bidang: energi hijau, hilirisasi, dan pengembangan human capital.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani saat menjadi panelis dalam High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF MSP) di Nusa Dua, Bali, pada Senin (2/9/2024).
"Indonesia menunjukkan komitmen yang kuat untuk mempererat hubungan ini, menciptakan kemitraan yang saling melengkapi dan memperkuat posisi Global South di kancah internasional. Kami percaya bahwa kemitraan ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga pengembangan human capital," ujar Rosan dalam keterangan yang diterima InfoPublik pada Selasa (3/9/2024).
Rosan menyampaikan tujuan dari kemitraan ini untuk mengatasi tantangan global seperti kemiskinan, perubahan iklim, dan ketidaksetaraan, serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia di kedua kawasan. Ia menyerukan kepemimpinan global dan peran aktif negara-negara Global South untuk berkolaborasi dalam mewujudkan kemitraan strategis ini.
“Saya berbicara pada kesempatan ini untuk bersama-sama mendukung kepemimpinan Global South di tingkat dunia, sehingga kita bisa membawa aspirasi dan kebutuhan dari negara-negara selatan. Karena, masa depan ada di Global South,” jelas Menteri Investasi tersebut.
Kepala BKPM menegaskan bahwa saat ini posisi Indonesia sangat strategis, dan pengalamannya dalam pembangunan ekonomi menjadikannya pemain kunci dalam memperkuat kemitraan Global South. Rosan pun menyoroti keselarasan antara Visi Indonesia Emas 2045 dengan Agenda Pembangunan Afrika 2063, yang dapat menciptakan kondisi global yang lebih adil. Kedua visi ini berfokus pada ketahanan pangan, kesehatan, dan energi berkelanjutan.
Rosan menjelaskan potensi kerja sama Indonesia dan Afrika, salah satunya di industri nikel. Indonesia adalah produsen nikel terbesar di dunia, yang merupakan bahan baku penting untuk baterai kendaraan listrik. Di sisi lain, Zimbabwe memiliki sumber daya lithium, sementara Maroko memiliki cadangan fosfat.
"Ketiga negara ini dapat berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem baterai kendaraan listrik. Kolaborasi ini dapat menjadi kontribusi signifikan dalam transisi menuju energi hijau," tambah Rosan.
Selain energi hijau, Rosan juga menjelaskan potensi kemitraan di sektor hilirisasi pertanian, seperti rumput laut dan minyak sawit. Ia mendukung adanya pertemuan tingkat tinggi secara reguler untuk menciptakan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan kedua pihak antar kawasan.
Setelah kegiatan forum, Menteri Investasi melakukan pertemuan bilateral dengan Sekretaris Jenderal United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) Rebeca Grynspan. Di hari yang sama, ia juga mendampingi Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam pertemuan bilateral dengan sejumlah pimpinan negara Afrika, antara lain Ghana, Liberia, Zanzibar, dan Zimbabwe, guna membahas isu ekonomi, pertambangan, dan pembangunan.