Gamutu Gelar Kegiatan Prosesi Adat Tobo Safar

:


Oleh mctidore, Selasa, 21 November 2017 | 05:19 WIB - Redaktur: Tobari - 1K


Tidore, InfoPublik - Generasi Muda Mafututu (GAMUTU), Kota Tidore Kepulauan, menggelar kegiatan Pelangi Budaya Negeri Tidore dan prosesi adat Tobo Safar ke-10 Tahun 2017, yang dipusatkan di pelabuhan Majui Kelurahan Mafututu, Rabu (15/11).

Prosesi adat Tobo Safar diawali dengan kedatangan Sultan Tidore H. Husain Syah  dan sejumlah bobato adat menggunakan juanga Diktobo di Dermaga Majui dan mengambil tempat bersama Walikota Tidore Kepulauan Capt. H. Ali Ibrahim, MH, dan pejabat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan penyambutan pasukan pembawa bambu peralatan mandi safar. Bambu ini berisikan air yang diambil dari Sumur Togubu di Teluk Gamgau. Kedatangan pasukan pembawa bambu ini disambut oleh Kapita dengan tarian Maku Toti.

Setelah pasukan bambu mengambil tempat di tengah lokasi acara, diperdengarkan pesan leluhur yang disampaikan  oleh anak cucu Tomayou Soa Romtoha, dan setelah itu bambu dibawa ke dalam Masjid untuk dilanjutkan ritual oleh Imam dan didoakan serta dimintakan berkat.

Setelah didoakan di Masjid, bambu berisi air kembali dibawa ke tengah-tengah acara oleh para pemuda bersama sembilan orang Yaya Goa. masuknya bambu ke tengah lokasi acara ini diiringi dengan pembacaan dzikir.

Setelah bambu tiba di tempat acara, dilanjutkan dengan menuangkan air ke dalam mangkok putih diatas meja di tengah-tengah tempat upacara dan Imam Masjid menaruh doa safar ke dalam air di mangkuk oleh Imam Mohtar Mahmud, dan doa selamat dibacakan.

Setelah pembacaan doa keselamatan, dilanjutkan dengan penaburan doa safar di laut Imam Mesjid,  Walikota Ali Ibrahim,  yang disaksikan oleh Sultan Tidore dan pejabat lainnya.

Setelah penaburan doa safar, dilanjutkan dengan prosesi mandi safar yang dilakukan oleh Yaya Goa dengan cara Jako Ruko dengan menggunakan bunga goliho bersama isi mayang pinang kepada Walikota Ali Ibrahim, dan Imam Masjid Mafututu.

Setelah semua prosesi hogo jako selesai, dilanjutkan dengan jamuan makan adat yang diawali dengan Dowaro yang disampaikan  oleh Aman A. Latif. Seluruh makanan yang disajikan merupakan makanan adat yang telah menjadi makanan pokok masyarakat Tidore sejak dulu.

Walikota Tidore Kepulauan Ali Ibrahim dalam sambutannya menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada masyarakat dan generasi muda Kelurahan Mafututu yang telah berupaya untuk menjaga dan melestarikan adat istiadat serta tradisi leluhur masyarakat Tidore.

Pada kesempatan ini, walikota mengatakan bahwa sebagai daerah yang terus tumbuh dan berkembang, Kota Tidore kepulauan menghadapi begitu banyak masalah sosial dan budaya yang cenderung kompleks.

Masalah-masalah ini tidak akan terurai dengan tuntas, jika hanya Pemerintah kota Tidore yang bekerja sendiri. Tetapi, Insya Allah, masalah sosial dan budaya akan terurai manakalah langkah itu berpadu secara sempurna antara Pemerintah daerah, pihak kesultanan Tidore dan berbagai elemen masyarakat.

Walikota Kota Tidore Kepulauan berharap agar upaya pelestarian seni dan budaya yang telah dilakukan oleh generasi Muda Mafututu ini juga dapat dilakukan oleh generasi muda lainya di Kota Tidore Kepulauan, dan setiap lembaga pelestarian kebudayaan dan saling bekerjasama, bahu membahu untuk mewujudkan Kota Tidore yang lebih berbudaya dan beradab.

Sementara Sultan Tidore H. Husain Syah, dalam sambutannya, mengatakan tradisi tobo safar merupakan tradisi dalam Islam yang merupakan peristiwa yang monumental dalam sejarah peradaban Islam.

Semoga niat baik dari Gamutu untuk memelihara tradisi ini semakin sukses dalam membantu Pemerintah Daerah dan Kesultanan Tidore ke arah yang lebih baik ke depanya.

“Marilah kita melestarikan kearifan lokal masyarakat Tidore yang sudah ada dari zaman dahulu, sehingga membawa berkah untuk Kota Tidore agar lebih maju dan berperadaban,” katanya.

Sementara ketua panitia Syamsul Talip  mengatakan prosesi adat Tobo Safar ini dilakukan sebagai simbol meminta pertolongan kepada Allah SWT agar seluruh masyarakat Kota Tidore kepulauan terhindar dari segala macam bahaya dan fitnah.

Selain itu juga untuk membersihkan badan, mensucikan batin, menyatukan hati, bersatu dalam berbicara, bersatu dalam langkah demi kemajuan  Kota Tidore Kepulauan Kedepan.

Kegiatan ini bertujuan melestarikan kearifan lokal masyarakat Tidore yang berdasarkan agama islam sehingga kebiasaan ini tetap bertahan walaupun di era modernisasi sekarang. (MC Tidore/toeb)