11 Ajakan Membangun Peradaban Baru Dunia

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Kamis, 1 Desember 2022 | 12:12 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 3K


Jakarta, Info Publik -  Para pemimpin agama dunia bertemu dalam Forum Agama G20 atau biasa disebut R20 di Nusa Dua, Bali pada 2-3 November 2022. Dari Bali, mereka menyelenggarakan pertemuan di Yogyakarta pada 4-6 November 2022.

Upaya pertemuan para tokoh agama dunia yang digagas Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf ini dilatari keprihatinan dari negara anggota G20 atas berbagai persoalan pelik dunia saat ini.

"Kami, para pemimpin agama dari negara anggota G20 dan di tempat lain di seluruh dunia, sangat prihatin dengan tantangan global seperti: kerusakan lingkungan, bencana alam dan buatan manusia, kemiskinan, pengangguran, orang terlantar, ekstremisme, dan terorisme.

Kondisi ini dipersulit karena adanya persaingan di antara kekuatan-kekuatan besar dan munculnya konflik berbasis identitas di seluruh dunia. Konflik ini tentu saja mengancam perdamaian dan keamanan domestik dan internasional. Belum lagi terkikisnya komitmen publik terhadap nilai-nilai etika dan spiritual yang penting bagi kesejahteraan individu dan masyarakat.

Forum R20 dibentuk dalam rangka berusaha untuk mempromosikan saling pengertian, budaya damai, dan koeksistensi yang harmonis di antara orang-orang yang beragam di dunia, agama, dan bangsa.

"Untuk mencapai tujuan ini, R20 memobilisasi tokoh agama, sosial, ekonomi, dan politik dari seluruh dunia untuk memastikan bahwa agama berfungsi sebagai sumber solusi yang dinamis, bukan masalah," demikian bunyi Komunike yang dikeluarkan di Hotel Hyatt Regency, Yogyakarta, Jumat (4/11/2022).

Pertemuan ini menyerukan kepada para pemimpin agama, pemimpin politik, dan seluruh masyarakat dunia untuk bergabung dalam gerakan global yang didasari nilai-nilai peradaban bersama.

Ada 11 komunike yang dihasilkan dalam pertemuan itu. Ke-11 komunike itu, yakni:

1. Mengembangkan dan mengimplementasikan inisiatif nyata yang akan membangun jembatan antar bangsa dan peradaban;

2. Mendorong percakapan yang jujur dan realistis di dalam dan di antara umat beragama, guna menjamin agar agama berfungsi sebagai sumber solusi yang asli dan dinamis, bukan masalah;
3. Menanamkan struktur kekuatan sosial, politik, dan ekonomi dunia dengan nilai moral dan spiritual;
4. Mencegah senjata politik identitas;
5. Membatasi penyebaran kebencian komunal;
6. Mempromosikan solidaritas dan rasa hormat di antara beragam masyarakat, budaya, dan bangsa-bangsa di dunia;
7. Melindungi manusia dari kekerasan dan penderitaan yang dipicu oleh konflik;
8. Menyerukan kepada dunia untuk secara aktif membantu mereka yang menderita konsekuensi dari kekerasan tersebut;
9. Memanfaatkan kebijaksanaan ekologi spiritual yang tertanam di dalam tradisi agama dunia untuk memastikan penghormatan, dan pelestarian dari, lingkungan alam, termasuk unsur bumi, udara, dan air;
10. Mendorong munculnya tatanan dunia yang benar-benar adil dan harmonis, didasarkan pada penghormatan terhadap persamaan hak dan martabat setiap manusia; dan
11. Menjamin pengakuan atas R20 sebagai sebagai bagian dari acara resmi (official engagement group) G20.

Menurut Staf Ahli Hubungan Antar Lembaga Kementerian Luar Negeri RI Muhsin Shihab, banyak tokoh dunia memuji penyelenggaraan R20 itu. Ia sangat yakin, forum ini akan menjadi salah satu pintu diplomasi bagi usaha-usaha mencari jalan keluar dari sejumlah kemelut dan konflik di sejumlah negara.

Forum ini akan jauh semakin berpengaruh, jika statusnya menjadi bagian integral dari kerja-kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). "Saya sangat optimis," katanya, di Jakarta, Selasa (29/11/2022).

Muhsin mengusulkan agar ke depan perlu dipikirkan membentuk sejumlah taskforce. Dengan itu, akan terbuka peluang bagi R20 untuk melakukan "courtesy call" dengan tujuan kunjungan kehormatan atau panggilan resmi ke badan-badan dan organ-organ di bawah PBB sehingga R20 bukan sekadar policy oriented discourses, tapi bisa berkembang menjadi action oriented recomendation.

Taskforce itu bisa berupa "taskforce on human rights and humanitarian issues". Ini berguna untuk dapat mengidentifikasi berbagai tokoh agama yang memiliki ketertarikan akan kerja-kerja kemanusiaan. Dari sini, diharapkan lahir rekomendasi berbasis nilai-nilai keagamaan yang mengadaptasi konteks yang dihadapi. Taskforce ini bisa bekerja sama dengan DUHAM PBB dan utusan khusus PBB di bidang "humanitarian issues".

Atau bisa juga muncul inisiatif dari Sekretariat R20 untuk membentuk "taskforce on culture of peace and conflict resolustion". Lewat medium ini, para tokoh agama dapat duduk bersama untuk mengidentifikasi sumber konflik yang secara laten meletup di berbagai belahan dunia. R20 akan memberi dorongan moral dan rekomendasi konkret serta, jika dianggap perlu, dapat menawarkan "good offices" dalam pelaksanaannya.

Jika dianggap kredibel dan "workable", terbuka peluang bagi rekomendasi taskforce ini untuk dibawa dan dipresentasikan ke Sekjen PBB. Ada pula "taskforce on environment and development issues". Coveragenya akan sangat luas. Ada topik-topik pilihan bersifat urgen dan segera, seperti isu perubahan iklim dan lingkungan. Rekomendasinya dapat disampaikan kepada Executive Secretary UNFCCC dan Presiden COP UNFCCC di tahun berikutnya.(*)

(Sekretaris Jenderal Rabithah 'Alam Islami (Liga Muslim Dunia) Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa (keempat kiri), Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Miftachul Akhyar (ketiga kiri), Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf (keempat kanan), Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (ketiga kanan), Menko Polhukam Mahfud MD (kedua kiri), Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy (kedua kanan), Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (kanan) dan Menteri BUMN Erick Thohir (kiri) memukul rebana saat pembukaan G20 Religion Forum (R20) di Nusa Dua, Badung, Bali, Rabu (2/11/2022). Forum R20 merupakan rangkaian kegiatan Presidensi G20 Indonesia yang mempertemukan pemuka lintas agama dari berbagai negara. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/aww.)