Endek Bali, Kain Tenun yang Dikenakan Kepala Negara di Acara KTT G20

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Kamis, 17 November 2022 | 05:36 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 2K


Jakarta, InfoPublik - Rangkaian panjang Presidensi G20 Indonesia berakhir sudah pada Rabu (16/11/2022). Hari itu seluruh rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 selesai, berbarengan dengan penyerahan tongkat Presidensi kepada India. Menutup acara puncak di Candi Ballroom The Apurva Kempinski, Bali, Presiden Joko Widodo, tampak mengumbar senyum lega.

Pada puncak acara yang berlangsung pada 15-16 November 2022, di Bali itu, Indonesia sebagai tuan rumah benar-benar total menyambut para tamu. Bagi Indonesia, inilah forum yang pas untuk pamer semua potensi yang dimiliki Indonesia.

Salah satu yang bisa kita lihat pada acara welcoming dinner and Cultural Performance KTT G20 di Garuda Wisnu Kencana (GWK), Badung, Bali, Selasa (15/11/2022) malam. Pada acara ini, para kepala negara anggota G20 dan petinggi lembaga internasional kompak mengenakan kain endek Bali, atau kain tenun tradisional khas Bali.

Seperti Presiden China Xi Jinping yang memakai kain endek Bali bernuansa biru gelap dengan motif bunga berwarna kuning, sedangkan istrinya mengenakan dress berwarna putih dengan dihiasi selendang serupa kain endek Bali Xi Jinping.

Sementara Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau memakai kain endek Bali berwarna merah muda terang. Sedangkan PM Britania Raya Rishi Sunak memakai kain endek Bali dengan nuansa warna merah.

Endek adalah kain tenun tradisional Bali yang sudah digunakan sejak abad ke-16. Endek berasal dari kata gendekan atau ngendek yang berarti diam atau tetap atau tidak berubah warnanya.

Bentuk kain endek terdiri dari sarung, kain panjang, dan selendang. Sarung endek biasanya digunakan oleh laki-laki. Sedangkan kain panjang dipakai oleh perempuan.

Dalam kehidupan sehari-hari kain endek memiliki berbagai fungsi. Ada yang menggunakan sebagai pakaian sakral yang dikenakan saat kegiatan upacara besar dan sembahyang di pura. Saat ini, endek juga digunakan untuk seragam sekolah dan kantor.

Di Bali, kita bisa melihat para pegawai negeri sipil mengenakan kain ini setiap hari Selasa. Pelaksanaan pemakaian kain endek ini tertuang dalam Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali.

Menurut Gubernur Bali, I Wayan Koster, dengan masyarakat mengenakan kain ini akan menjadi warisan budaya kreatif masyarakat Bali yang wajib dilestarikan, dilindungi, digunakan, dan diberdayakan sebagai jati diri masyarakat Bali yang berkarakter dan berintegritas dengan visi spiritual.

Bentuk kain ini terdiri dari sarung, kain panjang, dan selendang. Adapun sarung endek digunakan untuk laki-laki, sementara kain panjang dikenakan oleh perempuan.

Pada era zaman yang semakin modern, kain endek pun mengikuti dinamikanya. Banyak inovasi yang dikembangkan antara lain tas, kipas, pernak-pernik dekorasi, dan masker.

Kain endek memilik banyak motif. Ada motif geometris, flora, fauna, figuratif, hingga dekoratif. Motif geometris merupakan motif tertua yang digunakan sebagai simbol keyakinan masyarakat Bali yang dilambangkan dengan garis lurus, garis putus, garis lengkung, dan berbagai bidang geometri.

Motif flora mengadaptasi bentuk tumbuhan dan tampilannya cenderung rapat dan harmonis. Sementara motif fauna mengadaptasi bentuk hewan baik darat, laut, maupun udara. Motif figuratif biasanya mengadaptasi tokoh manusia atau pewayangan yang digambarkan lebih sederhana baik secara utuh maupun sebagian. Gabungan dari motif-motif yang telah ada sebelumnya dan disesuaikan dengan keyakinan masyarakat tentang motif dekoratif.

Setiap simbol dalam kain endek sarat akan makna. Kain ini banyak digunakan dalam upacara adat dan keagamaan di Bali. Motif tertentu juga hanya boleh digunakan oleh raja atau bangsawan.

Beberapa motif yang dianggap sakral hanya boleh digunakan dalam acara keagamaan saja seperti motif patra dan encak saji. Motif-motif ini menunjukkan rasa hormat kepada Sang Pencipta.

Kain endek tergolong karya seni yang membutuhkan waktu lama dalam pembuatannya. Hal tersebut karena proses pembuatannya cukup rumit dan sepenuhnya menggunakan tangan manusia (buatan tangan) atau biasa disebut alat tenun bukan mesin (ATBM). Untuk menyelesaian satu lembar kain rata-rata membutuhkan waktu satu bulan. Harga kain endek ada di kisaran Rp 150-Rp 500 ribu, tergantung motif dan tingkat kesulitan pembuatannya.(*)

(Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida (kiri) dan istri Yuko Kishida (kanan) berjalan saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Selasa (15/11/2022). Media Center G20 Indonesia/M Risyal Hidayat/wsj/22.)