Bersama Sahabat Bangkit Melawan Pandemi

:


Oleh Norvantry Bayu Akbar, Senin, 16 November 2020 | 06:47 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 874


Jakarta, InfoPublik - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-37 Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara atau ASEAN telah digelar sejak Kamis (12/11/2020) hingga Sabtu (14/11/2020) secara virtual. Masih sama dengan yang pertama, Vietnam kembali bertindak selaku tuan rumah pada KTT ASEAN yang kedua di tahun ini.

Adapun dalam rangkaian KTT ASEAN kali ini, Presiden Joko Widodo menghadiri sebanyak sembilan pertemuan. Pada hari pertama Presiden menghadiri KTT Pleno ke-37 ASEAN, KTT ke-23 ASEAN dengan RRT, KTT ke-21 ASEAN dengan Korea Selatan, KTT ke-23 ASEAN dengan Jepang, dan KTT ke-17 ASEAN dengan India.

Sementara pada hari ketiga, Kepala Negara menghadiri KTT ASEAN dengan Selandia Baru, KTT ke-2 ASEAN dengan Australia, KTT ke-23 ASEAN Plus Three (APT), dan KTT ke-15 Asia Timur.

Lalu, apa saja agenda yang didorong oleh Indonesia pada KTT kali ini? Pertama, dalam KTT Pleno ASEAN, Presiden Joko Widodo menyambut baik dikeluarkannya ASEAN Declaration on an ASEAN Travel Corridor Arrangement (TCA) Framework. Pengaturan tersebut sebelumnya telah diusulkan Presiden dalam KTT ke-36 ASEAN pada 26 Juni 2020 lalu.

Untuk mewujudkan implementasi TCA tersebut, Presiden mendorong agar Dewan Koordinasi ASEAN dan Badan Sektoral ASEAN segera bergerak cepat dan efisien. Menurutnya, ASEAN perlu segera merealisasikan pembentukan jalur cepat sementara dan protokol kesehatan saat keberangkatan dan kedatangan, pemanfaatan platform digital yang terintegrasi di kawasan, penentuan pintu masuk (port of entry), serta ketentuan protokol kesehatan yang ketat.

Di samping itu, Presiden juga memandang penandatanganan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) sebagai sebuah optimisme baru lainnya. Pasalnya, RCEP berhasil ditandatangani setelah negara-negara anggota ASEAN bernegosiasi selama kurang lebih 8 tahun.

Terakhir, Presiden menyampaikan pula pentingnya peran ASEAN dalam rangka menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Menurutnya, di tengah rivalitas dua kekuatan besar dunia, sangat normal masing-masing ingin menarik ASEAN untuk berpihak.

Menyikapi situasi ini, Presiden menegaskan bahwa ASEAN harus solid dalam menjaga keseimbangan dan menyampaikan pesan untuk memperkokoh kerja sama yang saling menguntungkan, serta terus menyampaikan pesan pentingnya para mitra ASEAN untuk menghormati Treaty of Amity and Cooperation dan penghormatan terhadap hukum internasional, termasuk di antaranya UNCLOS 1982.

“Dengan soliditas dan komitmen kuat untuk memajukan kerja sama inklusif maka ASEAN tidak akan terjebak di antara rivalitas tersebut dan ASEAN akan dapat memainkan peran sentralnya dalam pengembangan kerja sama kawasan. Tentunya hal ini bukan merupakan hal mudah. Tapi saya yakin, dengan soliditas dan komitmen kuat kita akan dapat menjalankannya,” tandasnya.

Bangkit Bersama Sahabat

Seperti sudah disebutkan di atas, pada KTT kali ini ada sejumlah pertemuan yang digelar antara ASEAN dan negara-negara mitra sekaligus sahabat. Pertama adalah KTT ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Menurut Presiden, setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan secara bersama-sama untuk bisa keluar dari badai pandemi dan memulihkan ekonomi dengan segera.

Pertama, kata Presiden, adalah transformasi kerja sama ekonomi berbasis digital. Sebagai pemimpin global ekonomi digital dan rumah bagi sepertiga unicorn dunia, antara lain Baidu, Alibaba, dan Tencent, tentu RRT menjadi mitra strategis bagi ASEAN.

Hal kedua yang disampaikan Presiden dalam pidatonya ialah mengenai pemenuhan ketersediaan vaksin dan obat-obatan di kawasan. Ia pun mengapresiasi komitmen RRT untuk berpartisipasi dalam COVAX, sebuah program fasilitas vaksin Covid-19 Global yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan menjadikan vaksin sebagai barang publik global.

Lebih jauh, Kepala Negara juga menyinggung soal stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo-Pasifik, salah satunya adalah menajamnya rivalitas dan ketegangan di Laut China Selatan. Ia berharap agar kemitraan antara ASEAN dan RRT ke depannya dapat mencapai lebih banyak kemajuan bersama melalui kerja sama yang terjalin kedua belah pihak.

Sementara pada KTT ASEAN dan Jepang, Presiden menyebut ada dua bentuk kerja sama yang dapat dilakukan kedua pihak untuk memulihkan kondisi perekonomian kawasan di tengah pandemi. Hal yang pertama ialah bekerja sama untuk percepatan pemulihan ekonomi itu sendiri.

Kepala Negara berpendapat bahwa ASEAN dapat menjadi mitra utama Jepang dalam diversifikasi rantai pasokan sekaligus perluasan investasi. Untuk itu, dirinya memandang bahwa pendirian ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases menjadi krusial dan amat mendesak. Indonesia sendiri siap untuk menjadi tuan rumah bagi pusat operasi tersebut.

Adapun yang kedua, ASEAN dan Jepang dapat bekerja sama untuk meningkatkan kepercayaan strategis dengan menciptakan situasi yang kondusif di kawasan. Sebab, stabilitas keamanan menjadi prasyarat bagi bergeraknya roda perekonomian.

Presiden meyakini bahwa hal tersebut dapat dicapai apabila masing-masing pihak mengedepankan paradigma win-win dan berkolaborasi satu sama lain. ASEAN dan Jepang sendiri dapat menjalin kerja sama yang lebih konkret melalui kerangka ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Kemudian dengan mitra ketiga, yakni Korea Selatan, Kepala Negara optimistis kemitraan ASEAN dan Negeri Gingseng itu tidak akan surut meski dunia tengah dilanda pandemi beserta dampak yang ditimbulkannya.

Menurutnya, optimisme tersebut harus diwujudkan dalam dua hal, yakni kolaborasi antara ASEAN dan Korea Selatan dalam pemulihan kawasan serta penguatan kerja sama dalam hal ketahanan kesehatan.

Terkait itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan harapan baru masyarakat adalah integrasi ekonomi di kawasan, termasuk melalui RCEP dan FTA (Free Trade Agreement) ASEAN-Korea Selatan.

Adapun untuk penguatan kerja sama dalam hal ketahanan kesehatan, Presiden menyebut bahwa pemulihan ekonomi hanya dapat berjalan baik bila terdapat jaminan kesehatan. Dalam jangka pendek, katanya, kemitraan ASEAN dan Korea Selatan harus menjamin ketersediaan obat-obatan dan vaksin Covid-19.

Sementara dalam jangka panjang, kemitraan ASEAN dan Korea Selatan dapat diarahkan untuk membangun mekanisme ketahanan kesehatan di kawasan, khususnya infrastruktur kesehatan di tingkat nasional, industri kesehatan yang kuat di kawasan, dan kerangka ketahanan kesehatan kawasan, termasuk sistem peringatan dini dan SOP di masa pandemi.

Kemudian, dalam KTT ASEAN dan India, Presiden meyakini bahwa kedua pihak dapat memperkuat kerja sama dalam berbagai bidang untuk menghadapi berbagai tantangan yang akan menghadang di masa mendatang.

Ia mencontohkan, India dapat menjadi mitra strategis ASEAN dalam penguatan kapasitas medis di kawasan, utamanya untuk menangani pandemi di masa ini, seperti peningkatan kapasitas pembuatan obat dan vaksin, bahan baku obat, hingga penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan.

Selain di bidang kesehatan, kemitraan ASEAN dan India juga dapat diarahkan bagi pemulihan ekonomi akibat dampak pandemi Covid-19. Berkaitan dengan itu, Kepala Negara menyambut baik program beasiswa India bagi 1.000 ilmuwan ASEAN yang dicetuskan pada 2018.

Selanjutnya, Presiden percaya pula bahwa di saat yang tepat nanti India dapat segera bergabung dengan perjanjian RCEP untuk bersama meningkatkan daya saing dan rantai pasok di Indo-Pasifik. Sebab, perluasan konektivitas India dengan ASEAN adalah kunci penguatan kerja sama di berbagai bidang.

Sementara itu, saat menghadiri KTT ASEAN dan Selandia Baru, Presiden mendorong penguatan kemitraan dalam beberapa isu, di antaranya memperkuat kemitraan di Pasifik, multilateralisme, dan integrasi ekonomi kawasan yang saling menguntungkan. Oleh karenanya, Indonesia menyambut baik keputusan Selandia Baru untuk menandatangani RCEP.

Sedangkan pada KTT dua tahunan ke-2 ASEAN dan Australia, Presiden mengangkat dua isu utama. Pertama ialah memperkuat upaya integrasi ekonomi kedua pihak. Terkait ini, ASEAN dan Australia akan segera menandatangani RCEP. Oleh karenanya, Presiden mengingatkan agar kedua pihak saling meneguhkan komitmennya untuk mengimplementasikan RCEP tersebut.

Adapun isu kedua adalah stabilitas dan keamanan di kawasan. Menurut Kepala Negara, hal tersebut merupakan fondasi bagi upaya pemulihan ekonomi pascapandemi. Selain itu, ia juga memandang bahwa implementasi program secara konkret dalam kerangka ASEAN Outlook on the Indo-Pacific sangatlah krusial.

Pada pertemuan KTT ASEAN Plus Three (APT), memperkuat kerja sama di bidang kesehatan menjadi fokus Presiden. Setidaknya ada tiga hal yang disampaikan, yakni pentingnya pembangunan infrastruktur kesehatan di tingkat nasional, kerja sama pembangunan industri kesehatan di kawasan, dan pembentukan kerangka kawasan yang komprehensif.

Terakhir, pada pertemuan KTT Asia Timur (EAS), Presiden kembali menekankan pentingnya kerja sama untuk keluar dari pandemi Covid-19 dan menjadi pemenang. Menurutnya, EAS harus terus digunakan untuk membangun kepercayaan strategis sehingga kerja sama dapat diperkuat.

Pasalnya, modal EAS sangatlah besar, di mana lima negara anggotanya duduk dalam Dewan Keamanan PBB, delapan anggotanya tergabung dalam G20, serta EAS mewakili 54 persen penduduk dan 58 persen GDP dunia. Terkait itu, ada dua kerja sama yang didorong oleh Presiden, yakni kerja sama ketahanan kesehatan dan penggerak perdamaian dan stabilitas dunia. (Foto: BPMI)