Buah Manis Diplomasi

:


Oleh Norvantry Bayu Akbar, Selasa, 25 Agustus 2020 | 12:04 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 587


Jakarta, InfoPublik - Tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat menghadapi pandemi Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19 sendirian. Dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi antarnegara untuk dapat sama-sama bertahan dari krisis ini.

Terkait itu, Presiden Joko Widodo telah mengutus dua menteri, yakni Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir, untuk menjalankan misi diplomasi terkait upaya penanganan pandemi Covid-19 di dalam negeri.

Misi tersebut pun berbuah manis. Setelah melakukan kunjungan ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan Uni Emirat Arab (UEA), Indonesia memperoleh komitmen penyediaan 290 juta dosis vaksin Covid-19 hingga akhir 2021. Sementara sampai akhir tahun ini, Indonesia diketahui memiliki komitmen pengadaan vaksin sebanyak 20 hingga 30 juta dosis.

Komitmen tersebut merupakan hasil kesepakatan awal antara pemerintah melalui Bio Farma dengan pihak-pihak lain yang bekerja sama ditambah dengan kapasitas produksi sendiri milik Bio Farma yang tengah ditingkatkan.

"Tadi saya sudah mendapat laporan dari Bu Menlu dan Pak Menteri BUMN, sampai 2021 kita sudah kurang lebih mendapatkan komitmen 290 juta (dosis vaksin). Itu sebuah jumlah yang sangat besar," ungkap Presiden saat memimpin rapat terbatas membahas laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (24/08/2020).

Adapun rinciannya adalah untuk kuarter pertama 2021 akan ada sebanyak 80 sampai 130 juta. Sedangkan untuk kuartal kedua sampai keempat, komitmen jumlah vaksin yang sudah diamankan adalah sebanyak 210 juta. Artinya, Indonesia juga berpotensi mendapatkan vaksin hingga 340 juta dosis. Jumlah yang cukup untuk seluruh rakyat Indonesia.

Saat ini, menurut Kepala Negara, negara-negara lain juga berupaya untuk memperoleh komitmen pengadaan vaksin Covid-19 apabila nantinya ditemukan. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara yang berupaya memperoleh ketersediaan vaksin tersebut, baik bekerja sama dengan pihak luar maupun mengupayakan produksi di dalam negeri.

"Negara lain mungkin sejuta-dua juta saja belum dapat, kita sudah dapat komitmen 290 juta (dosis vaksin), baik yang diproduksi di sini maupun nanti yang diproduksi di luar. Saya kira ini berita yang sangat bagus," tuturnya.

Selain komitmen tersebut, Indonesia juga memiliki kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan sendiri. Sejumlah institusi riset di dalam negeri diketahui tengah melakukan pengembangan vaksin Merah Putih itu.

"Nanti vaksin Merah Putih kita ketemu, kita bisa memproduksi lebih banyak. Kalau memang apa yang kita miliki ini berlebih dari yang ingin kita gunakan, ya tidak apa dijual ke negara lain. Negara lain ini di ASEAN saja saya lihat belum ada yang siap dengan vaksin yang sebanyak yang saya sampaikan," tandasnya.

Namun demikian, sebelum ditemukannya vaksin tersebut, Presiden pun mengingatkan jajarannya dan masyarakat untuk tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. Menurutnya, hal tersebut merupakan upaya utama yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan Covid-19.

"Perlu saya ingatkan bahwa kunci sebelum vaksinnya disuntikkan ke masyarakat paling penting adalah pemakaian masker," tegasnya.

Perkuat Hubungan Bilateral

Sebelumnya, dalam konferensi pers usai Rapat Terbatas (Ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (24/08/2020), Menlu Retno melaporkan bahwa dirinya bersama Menteri BUMN Erick Tohir baru saja melakukan kunjungan ke RRT pada 19-20 Agustus 2020 dan UEA pada 21-22 Agustus 2020.

Menurutnya, kunjungan tersebut bertujuan selain memastikan ketersediaan vaksin dan alat kesehatan untuk memperkuat upaya pemerintah dalam penanganan Covid-19, juga memperkuat kerja sama bilateral di bidang investasi, perdagangan, energi, dan pangan.

“Kami berdua diutus Presiden untuk menindaklanjuti beberapa kerja sama bilateral, termasuk kerja sama di bidang vaksin dan kerja sama ekonomi lainnya ke dua negara sekaligus, yaitu ke RRT dan UEA," katanya.

Dalam kunjungan ke RRT, kedua menteri telah bertemu dengan Menlu RRT Wangyi serta mengunjungi China Railway dan sejumlah perusahaan farmasi, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan CanSino.

Pada pertemuan bilateral dengan Menlu RRT, kedua pihak membahas komitmen kedua negara untuk terus memperkokoh kerja sama bilateral berdasarkan asas saling menghormati dan saling menguntungkan, serta menegaskan komitmen untuk terus menjaga stabilitas dan keamanan kawasan dan komitmen untuk meningkatkan kerja sama di bidang vaksin.

“Indonesia menyampaikan mengenai pentingnya jumlah vaksin yang memadai, tepat waktu, aman, dan dengan harga yang terjangkau," tutur Menlu Retno.

Selanjutnya, kedua pihak juga menyepakati essential business travel corridor arrangement bagi pelaku bisnis dan perjalanan kedinasan secara aman. RRT sendiri merupakan negara ketiga setelah sebelumnya Indonesia menjalin pengaturan ini dengan UEA dan Korea Selatan.

Di samping itu, Menlu Retno dan Menteri Erick juga menyaksikan penandatanganan dua perjanjian kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac untuk penyediaan 40 juta dosis vaksin bagi Indonesia mulai November 2020 hingga Maret 2021, dan prioritas penyediaan vaksin oleh Sinovac bagi Bio Farma untuk periode April-Desember 2021.

Sementara dalam kunjungan ke UEA, Menlu Retno dan Menteri Erick bertemu dengan Menlu UEA dan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA, serta bertemu dengan perusahaan-perusahaan setempat yang bergerak di bidang farmasi, energi, dan pangan.

Dalam kunjungan tersebut, Indonesia juga mendorong kerja sama UEA dengan memanfaatkan posisi strategis dan jaringan UEA bagi pemasaran produk-produk Indonesia ke kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Seperti halnya di RRT, kedua menteri menyaksikan pula penandatanganan dua perjanjian kerja sama antara G42, sebuah perusahaan teknologi kesehatan UAE, dengan Kimia Farma dan Bio Farma.

Rinciannya, Kimia Farma dan G42 akan mengembangkan produk vaksin dengan lingkup kerja sama di bidang produk obat, layanan kesehatan, riset dan uji klinis, produksi vaksin, dan lainnya. Sedangkan dengan Bio Farma, G42 akan menjalin kerja sama di bidang penelitian, pengembangan, produksi, dan distribusi berbasis teknologi laser dan kecerdasan buatan untuk screening Covid-19.

Kunjungan ke UAE kali ini juga dalam rangka memperkuat kerja sama di bidang energi, yaitu antara Pertamina dan ADNOC, PLN dengan PT Masdar dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Waduk Cirata, serta realisasi investasi Elite Agro di sektor agrobisnis di Subang.

Keterlibatan BUMN dalam berbagai kerja sama ini merupakan bagian dari upaya transformasi BUMN agar kerja sama dengan pihak luar dapat diikuti dengan transfer pengetahuan dan teknologi. (Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)