Dari ASEAN untuk Perdamaian Dunia

:


Oleh Norvantry Bayu Akbar, Rabu, 12 Agustus 2020 | 12:43 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 6K


Jakarta, InfoPublik - Kepemimpinan Indonesia di kancah internasional, khususnya dalam hal mendukung terwujudnya perdamaian dunia, kembali menorehkan catatan positif.

Kali ini, Indonesia menjadi inisiator keluarnya pernyataan bersama Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) terkait komitmen mewujudkan perdamaian dunia, baik di kawasan maupun global.

Pernyataan bersama tersebut dikeluarkan tepat pada Peringatan 53 Tahun ASEAN, Sabtu (08/08/2020). Para Menteri Luar Negeri (Menlu) ASEAN menegaskan komitmennya untuk terus menjadi lokomotif bagi perdamaian, keamanan, dan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara dan yang lebih luas di Indo-Pasifik.

Komitmen itu sebagai sikap resmi atas meningkatnya ketidakpastian akibat perubahan dinamika geopolitik di kawasan dan global yang dapat berdampak pada tidak tercapainya perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara dan Indo-Pasifik.

Pasalnya, menciptakan kerja sama kawasan dalam semangat kesetaraan dan kemitraan, serta berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan di kawasan merupakan amanat dari Deklarasi ASEAN yang tercetus pada 1967 silam.

Dalam pernyataan bersama yang diusulkan Indonesia dan dikembangkan negara anggota lainnya itu, 10 Menlu ASEAN menekankan delapan pesan utama, yaitu:

1. Menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang damai, aman, netral, dan stabil, serta memperkuat nilai-nilai perdamaian di kawasan yang sejalan dengan hukum internasional;

2. ASEAN tetap Bersatu, kohesif, dan miliki ketahanan dalam memajukan tujuan dan prinsip yang tertuang dalam ASEAN Charter;

3. Pentingnya menjaga semua tujuan dan prinsip yang tertera dalam Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan The Zone of Peace, Freedom, and Neutrality (ZOPFAN), serta Bali Principles;

4. Meminta semua pihak untuk menahan diri dari aktivitas yang dapat meningkatkan eskalasi ketegangan dan berdampak pada perdamaian dan stabilitas, menghindari penggunanan kekuatan maupun ancaman, dan menyelesaikan perbedaan dan keteganan dengan cara-cara damai yang sejalan dengan hukum internasional;

5. Meminta agar terus membangun kepercayaan di antara sesama negara di kawasan dengan cara dialog, kerja sama saling menguntungkan, dan menciptakan lingkungan yang damai dan kondusif untuk pembangunan yang berkelanjutan;

6. Menegaskan sentralitas ASEAN dan melanjutkan kerja sama dengan mitra ASEAN melalui ASEAN-led mechanism, seperti East Asia Summit (EAS), ASEAN Regional Forum (ARF), dan ASEAN Defence Ministers' Meeting Plus (ADMM-Plus);

7. Menegaskan prinsip yang ada dalam ASEAN Outlook on the Indo-Pasifik (AOIP) dan mendorong mitra untuk bekeja bersama ASEAN dalam mempromosikan AOIP; dan

8. Menegaskan dukungan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme sesuai Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Sejak akhir Juli 2020, Indonesia melalui Menlu Retno Marsudi memang secara intensif melakukan komunikasi dengan seluruh Menlu ASEAN untuk membahas perkembangan terakhir di kawasan dan mengajak ASEAN terus berkomitmen menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, bebas, dan netral sesuai prinsip dalam TAC dan ZOPFAN.

Menjaga Solidaritas

Sementara itu, Menlu Retno Marsudi dalam pidato virtual yang disampaikan pada Peringatan ke-53 ASEAN dari Jakarta, mengatakan bahwa ASEAN telah menunjukkan kemampuan untuk menjaga nilai-nilai solidaritas dan kemitraan yang kuat di tengah pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) yang juga menjadi ujian bagi berbagai negara di dunia.

"Namun, sejak awal wabah (Covdi-19) merebak, ASEAN telah cepat dalam merespons. Mulai dari berbagi informasi, memfasilitasi repatriasi warga negara-negara, menjaga pergerakan perdagangan, hingga membantu mereka yang membutuhkan," ungkapnya.

Menurut Menlu Retno, pandemi Covid-19 telah menunjukkan bahwa pandangan yang terlalu fokus pada cara pandang yang bersifat ke dalam (inward looking) bukanlah pilihan. Artinya, sebuah negara tidak bisa menghadapi pandemi ini secara sendirian dan butuh kerja sama dan kolaborasi dengan negara lainnya.

Maka itu, bantuan dan dukungan dari negara-negara mitra di luar ASEAN juga menjadi bagian penting dalam membangun ketahanan kesehatan serta kesiapan di kawasan, di mana kolaborasi antarnegara di tengah pandemi menjadi suatu hal yang sangat penting.

Pun dengan semua bantuan dan dukungan tersebut, sampai saat ini negara-negara ASEAN tetap masih harus berjuang untuk melawan penyebaran virus yang belum menunjukkan tanda-tanda pelambatan, sekaligus di sisi lain juga terjadi pelemahan ekonomi global akibat Covid-19.

"Semua ini (terjadi) kala rivalitas antara negara-negara kuat terus meningkat, kepercayaan antarnegara-negara melemah, dan masa depan kerja sama internasional jadi dipertanyakan. Kekuatan nilai-nilai ASEAN sekali lagi diuji" kata Menlu Retno.

Oleh karena itu, ia meyakini untuk dapat bertahan dari krisis ini, ASEAN perlu menegaskan sikap bertanggung jawab atas satu sama lain.

Negara-negara di kawasan perlu bekerja sama untuk menghidupkan kembali ekonomi, mengembalikan pekerjaan-pekerjaan, dan membangun kembali kepercayaan pasar, termasuk dengan mengembalikan perjalanan-perjalanan secara bertahap dan berhati-hati.

"Kita juga harus bergerak bersama untuk menjaga kedamaian dan stabilitas di kawasan, dan tidak terbawa arus tensi geopolitik atau dipaksa untuk memilih kubu. Kita harus berada di depan untuk menjaga sentralitas, menjaga relevansi, dan berada di kursi pengemudi dalam mengubah rivalitas menjadi kerja sama, dan ketidakpercayaan menjadi kepercayaan strategis," tegas Menlu Retno. (Foto: ASEAN.org)