Pemantik Baru Ekonomi Yogyakarta

:


Oleh Endang Kamajaya Saputra, Selasa, 1 September 2020 | 05:05 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 561


Yogyakarta, InfoPublik - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA). Inilah bandara yang terbaik di Indonesia untuk saat ini. YIA diharapkan mampu mendongkrak sektor perekonomian di tengah pandemi.

"Saya terima kasih kepada PP dan AP I yang tadi saya lihat pengerjaannya, menurut saya yang terbaik saat ini di Indonesia," kata Jokowi saat peresmian YIA, Jumat (28/8/2020).

Bandara YIA merupakan bandara yang dibangun untuk menggantikan Bandara Adi Sutjipto yang kini hanya diperuntukkan untuk pesawat militer. Pengerjaan Bandara Internasional Yogyakarta sangat cepat hanya menghabiskan waktu 20 bulan.

Untuk pembangunan Bandara YIA dibutuhkan pembebasan lahan menghabiskan Rp 4,2 triliun, konstruksi baik terminal maupun runway Rp 7,1 triliun yang artinya totalnya Rp 11,3 triliun.

Bandara baru dengan landasan pacu sepanjang 3.250 meter atau 1.050 meter lebih panjang dibanding runway Bandara Adisutjipto, itu diproyeksi bakal lebih mengangkat sektor pariwisata di Yogyakarta dan sekitarnya.

Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakarta, Singgih Rahardjo mengatakan, rampungnya Bandara YIA ini membuat wisatawan seluruh dunia lebih bersemangat berkunjung ke Yogyakarta. "Karena aksesnya lebih mudah dan mendukung," ujar Singgih, Jumat 28 Agustus 2020. Dalam konteks pariwisata, keberadaan bandara bukan sekadar sarana.

Bandara memiliki beberapa fungsi penting, yakni memudahkan aksesbilitas dan mendukung daya dukung infrastruktur di sekitar wilayah, seperti adanya tol dan sarana atraksi. Salah satu keunggulan Bandara YIA adalah dapat digunakan untuk mendarat pesawat berbadan besar seperti jenis Airbus 380 dan Boeing 777.

Dengan begitu, wisatawan mancanegara yang hendak ke Yogyakarta tak perlu transit lagi, melainkan bisa langsung tiba ke Yogyakarta. "Paling tidak seluruh negara ASEAN sudah bisa direct flight ke Yogyakarta melalui Bandara YIA ini," ujar Singgih.

Contohnya wisatawan yang berkunjung ke Thailand kini bisa langsung sampai ke Yogyakarta melalui Bandara YIA ini.

Terlebih Yogyakarta yang terletak di tengah Indonesia bisa menjadi tempat singgah sebelum wisatawan menuju berbagai destinasi wisata di Tanah Air. Adapun destinasi wisata yang selama ini cukup terbuka, menurut dia, adalah Bali dan Jakarta. Ketika Bandara YIA beroperasi dengan banyak penerbangan langsung, maka posisi Yogyakarta otomatis terangkat dan menjadi alternatif kunjungan.

Singgih mencontohkan, wisatawan yang berangkat dari Perth atau Melbourne di Australia kemudian transit dulu di Bandara YIA Yogyakarta, baru ke Kuala Lumpur, Malaysia. "Rute ini menjadikan Bandara YIA Yogyakarta sebagai tempat transit dan bisa menjadi pasar wisata baru," ujar Singgih.

Sementara Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan beroperasinya Bandara YIA memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Sultan berharap semua pihak menjaga dan merawat bandara baru tersebut. 

Lalu apa saja keistimewaan Bandara YIA yang dibanggakan Presiden Jokowi tersebut?

Pertama, bandara ini dirancang tahan gempa dan tsunami Presiden Jokowi menyampaikan bahwa Bandara YIA yang baru didesain memiliki daya tahan terhadap gempa hingga 8,8 skala Richter dan bisa menahan gelombang tsunami hingga ketinggian 12 meter. “Kepala BMKG menyampaikan kepada saya, Ibu Dwikorita, juga bisa menahan gelombang tsunami hingga ketinggian 12 meter, insyaallah ini sudah dirancang untuk kesana semuanya,” ujar Jokowi seperti dikutip dari laman Setkab, Sabtu (29/8/2020)

Kedua, runway alias landas pacu sangat panjang. Bandara baru ini memiliki panjang lintasan runway 3.250 meter, atau lebih panjang dibandingkan bandara lama Adisutjipto Yogyakarta yang hanya 2.200 meter. Bandara baru ini dapat didarati pesawat-pesawat besar seperti Airbus A330 atau Boeing 777.

Ketiga, kapasitas terminal 14 kali lipat dari Adisucipto. Sedangkan luas terminal mencapai 219 meter persegi atau sekitar 13-14 kali lipat dibanding luas terminal Bandara Adisucipto yang hanya sekitar 17 ribu meter persegi. "Kapasitas terminal untuk penumpang yang lama hanya bisa 1,6 juta penumpang, di sini bisa 20 juta penumpang, ini tugas kita bersama bagaimana mendatangkan 20 juta itu, ini bukan tugas yang ringan," tegas Presiden Jokowi.

YIA memiliki kapasitas yang dapat menampung hingga 20 juta penumpang per tahun atau 11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya 1,6 juta penumpang per tahun. Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero) Faik Fahmi, menyebutkan YIA dibangun dengan investasi dana sebesar Rp 11,3 triliun, di mana Rp 7,1 triliun digunakan untuk pembangunan fisik dan Rp 4,2 triliun untuk pembebasan lahan.

“Dengan luas terminal sebesar 219.000 meter persegi dan total luas area bandara mencapai 587 hektar, menjadikan YIA sebagai salah satu bandara terbesar di Indonesia dengan kapasitas saat ini dapat menampung hingga 20 juta penumpang per tahun atau 11 kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto yang hanya dapat menampung 1,6 juta penumpang per tahun. Pada kapasitas ultimate, YIA nantinya dapat menampung hingga 24 juta orang per tahun,” kata dia.  

Untuk meningkatkan kenyamanan penumpang, Faik menambahkan, YIA dilengkapi dengan 96 konter check-in, 12 konter imigrasi di area keberangkatan, delapan konter imigrasi di area kedatangan, 74 eskalator, 41 lift, 38 travelator, 60 toilet, 13 nursery room, 45 mushola. Tersedia pula gedung parkir yang dapat menampung hingga 4.900 kendaraan roda dua, 1.230 kendaraan roda empat, dan lahan parkir nongedung yang dapat menampung 61 bus dan 402 kendaraan roda empat.

Keempat, teknologi deteksi dini tsunami. Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) merupakan satu-satunya bandara di Indonesia yang dilengkapi sistem peringatan dini tsunami. "Bandara Ini merupakan bandara satu-satunya di Indonesia yang dilengkapi dengan sistem peringatan dini tsunami, bahkan di ASEAN," kata Dwikorita.

Menurut Dwikorita, sistem tersebut terintegrasi dengan jaringan pemantauan gempa bumi di Pusat Gempa Bumi Nasional dan Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) di Kantor BMKG Pusat Jakarta, dan merupakan sistem percontohan pertama di Indonesia dan ASEAN untuk bandara di daerah rawan tsunami. Sistem peringatan dini tsunami Bandara Internasional Yogyakarta terkoneksi dengan jaringan sensor gempa bumi, sebanyak 372 sensor yang terpasang di seluruh Indonesia. Baca juga: Kemenhub Segera Siapkan Transportasi dari Bandara YIA ke Borobudur.

Kelima, menara ATC anti-tsunami. Direktur Utama AirNav Indonesia, Pramintohadi, mengatakan menara Bandara YIA memiliki sejumlah keunggulan dibandingan dengan Menara Adisujtipto. Pertama, menara YIA memilki tinggi 39,5 meter, lebih tinggi dibanding menara Adi Sutjipto yang setinggi 25 meter. Semua fasilitasnya juga terbilang sangat modern.

“Ketinggian ini membuat pandangan ATC lebih luas dan mampu memantau seluruh pergerakan area bandara,” ujarnya. Kedua, menara YIA dibangun hanya 7,5 bulan saja, termasuk salah satu yang tercepat. Ketiga, menara ini dibangun tahan gempa hingga 8,8 magnitudo. “Keunggulan keempat adalah menara dibangun tahan terhadap tsunami dan dapat langsung beroperasi melayani penerbangan setelah tsunami berhenti. Hal itu dikarenakan seluruh peralatan navigasi ditempatkan pada ketinggian 15 mdpl, sebab gelombang tsunami berada pada rentang 8 - 12,8 meter,” pungkas dia.(*)

Foto: Antara