Melirik Potensi Logam Tanah Jarang

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Senin, 13 Juli 2020 | 16:19 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 948


Jakarta, InfoPublik - Pertemuan dua jenderal itu berlangsung pertengahan Juni lalu. Senin (15/06/2020) petang itu, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto mendatangi kantor seniornya yang juga menjabat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Usai pertemuan, kedua mantan petinggi Tentara Angkatan Darat itu menutup rapat isi pertemuan. Prabowo langsung ngacir dan melambaikan tangan kepada awak media yang sudah menunggunya. "Masa mau diberitahu ke kamu," kata Luhut.

Pertemuan itu menjadi teka-teki. Namun yang jelas pertemuan keduanya tidak sedang membicarakan tentang kegentingan negara atau perang. Teka-teki itu baru terungkap seminggu kemudian. Saat rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Luhut membocorkan materi pertemuan dengan Prabowo itu. Dihadapan anggota DPR itu, Luhut menyebut, salah satu topik yang dibicarakan itu menyangkut potensi rare earth atau logam tanah jarang yang dimiliki Indonesia.

Logam tanah jarang ini merupakan materi ikutan dari logam timah. Logam tanah jarang ini merupakan 17 elemen yang tidak hanya berfungsi untuk pembuatan perangkat ponsel pintar, kamera berteknologi tinggi, televisi layar datar, dan komputer tapi juga bisa untuk dijadikan bahan pembuatan senjata.

Sebaran potensi logam tanah jarang ini ada di Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Meski Indonesia menduduki negara peringkat kedua penghasil timah di bawah China, namun potensi logam tanah jarang ini belum dikelola secara maksimal. Dalam pengelolaan logam tanah jarang ini China berada pada urutan pertama. Dari data 2018, China mampu memproduksi logam berharga itu sebanyak 120 ribu metrik ton pertahun.

Sementara Indonesia sebagai penghasil timah kedua, kalah jauh dibanding dengan Myanmar yang mampu memproduksi 5 ribu metrik ton pertahun. Selain China dan Myanmar ada Australia (20 ribu metrik ton/tahun); Amerika Serikat (15 ribu metrik ton/tahun); Rusia (2,6 ribu metrik ton/tahun); India (1,8 ribu metrik ton/tahun); Thailand, Burundi, dan Brasil (1.000 metrik ton/tahun); Vietnam (400 metrik ton/tahun).

Dari potensi cadangan logam tanah jarang, China memang menduduki peringkat pertama dengan jumlah cadangan sebanyak 44 juta metrix ton. Sementara Brasil punya 22 juta metrik ton, Vietnam 22 juta metrik ton, Rusia 12 juta metrik ton, dan India 6,9 juta metrik ton.

Bagaimana dengan Indonesia. "Kita hanya punya sekitar 22.000 metrik ton. Selain itu, belum ada data cadangan baru yang ditemukan," kata Irwandy Arif, Guru Besar Teknik Pertambangan ITB yang juga Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

Adanya potensi yang dimiliki Indonesia itu rupanya membuat Menteri Luhut tergiur memaksimalkan pengelolaan logam tanah jarang itu. Kini, untuk memastikan potensi dan sebaran pemerintah sedang melakukan kajian.

Mengenal rare earth

Disebut-sebut, di bumi, tanah jarang ini punya potensi cadangan 200 kali lebih banyak dibanding cadangan emas. Hanya sayangnya, penyebarannya logam ini tidak terkonsentrasi di titik-titik tertentu. Ketersebaran inilah yang menyebabkan logam tanah jarang sulit untuk ditambang secara ekonomis.

Jenis logam ini merupakan satu dari 17 unsur logam yang bisa ditemukan di timah. Unsur logam tanah jarang pertama kali ditemukan pada 1787 oleh seorang letnan angkatan bersenjata Swedia bernama Karl AxelArrheniu. Kala itu ia mengumpulkan mineral ytteribite dari tambang feldspar dan kuarsa  di dekat Desa Ytterby, Swedia. Mineral itu kemudian diteliti dan dipisahkan seorang ahli kimia dan mineralogi abad 18, RE Johann Gadolin pada 1794.

Sejak saat itu, para ahli kimia berlomba-lomba meneliti dan mencari unsur yang ada dalam logam tanah jarang itu. Sampai akhirnya, mereka berhasil mengidentifikasi ada 17 unsur dalam kandungan logam tanah jarang itu. Beberapa unsur dalam tanah jarang itu kemudian berhasil dikembangkan untuk pembuatan peralatan berteknologi tinggi seperti telepon seluler dan peralatan militer.

Manfaat rare earth

  1. Teknologi
    Rare earth memiliki berbagai manfaat dalam dunia teknologi. Logam tanah jarang ini sering dimanfaatkan sebagai penyempurna produk teknologi. Perlatan telepon genggam yang sekarang ini kita miliki itu juga membutuhkan logam tanah jarang sebagai lapisan di bagian layarnya.

Selain itu, logam tanah jarang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan neomagnet. Jenis magnet yang satu ini memiliki kekuatan yang lebih besar daripada jenis magnet pada umumnya.

  1. Otomotif
    Di dunia otomotif, logam tanah jarang kerap dimanfaatkan untuk mobil hybrid yang dipicu dengan tenaga listrik. Tenaga yang digunakan untuk menggerakkan jenis mobil ini membutuhkan rare earth dalam jumlah yang tidak sedikit.

Material logam tanah jarang juga sangat penting dalam industri logam karena dianggap mampu menambah kekuatan dan ketahanan dari logam yang sedang ditempa.

  1. Militer
    Di dunia militer, peralatan perang seperti rudal, satelit, laser, dan berbagai peralatan militer lainnya juga membutuhkan logam jenis ini sebagai komponennya. Peralatan militer yang berupa logam berat juga terkadang diberi campuran logam jenis ini agar semakin kuat.

Sebenarnya masih banyak sekali pemanfaatan logam tanah jarang di berbagai kegiatan industri dunia. Hal inilah yang menyebabkan logam tanah jarang menjadi salah satu objek bisnis dengan prospek yang sangat besar.

Foto: Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan/ANTARA