:
Oleh Endang Saputra, Jumat, 20 Desember 2019 | 07:33 WIB - Redaktur: Admin - 423
JPP, JAKARTA - Menyambut penghujung tahun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berbincang dengan para pegiat media sosial, Kamis (19-12-2019) di kantornya.
Topik yang dibahas meliputi refleksi perekonomian tahun 2019, outlook perekonomian tahun 2020, dan strategi kebijakan pemerintah.
Menko Airlangga menjelaskan beberapa strategi kebijakan yang akan ditempuh untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Pertama, dari sisi penguatan neraca perdagangan. 2 (dua) hal yang akan dilakukan adalah melalui peningkatan ekspor dan pengurangan ketergantungan impor.
Kedua, dari sisi penguatan permintaan domestik, Pemerintah akan fokus pada peningkatan konsumsi masyarakat, peningkatan konsumsi pemerintah, dan peningkatan investasi.
Terakhir, Pemerintah berkomitmen melakukan transformasi struktural yang dilakukan melalui: (1) Revitalisasi Industri Pengolahan; (2) Transformasi Sektor Jasa; (3) Transformasi Pertanian; (4) Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan; (5) Hilirisasi Pertambangan.
Airlangga pun menggarisbawahi, selain merawat fundamental ekonomi agar tetap sehat, Pemerintah juga akan terus menjaga sentimen.
“Adanya Omnibus Law juga diharapkan dapat mendorong sentimen positif. Kita akan memudahkan orang berbisnis dan berusaha, tanpa mendikotomikan persoalan lingkungan yang berkelanjutan,” terang Menko Perekonomian dalam forum yang dihadiri oleh lebih kurang 36 pegiat media sosial ini.
Menko Perekonomian mengakui ekonomi global masih diliputi ketidakpastian. Sumbernya antara lain dari perang dagang antara AS dan China, fluktuasi harga komoditas, meningkatnya ketegangan geopolitik di sejumlah negara berdampak pada penurunan kinerja ekspor, pelemahan aktivitas manufaktur, dan perlambatan arus investasi.
"Lalu yang paling hangat hari ini adalah pemakzulan Presiden AS Donald Trump oleh DPR AS. Ini makin menambah ketidakpastian ekonomi global," tambah Airlangga.
Namun dalam situasi yang tidak menentu ini, lanjutnya, posisi Indonesia dan ASEAN menjadi penting. Saat ini, kawasan yang paling stabil di dunia adalah ASEAN dan menjadi satu-satunya wilayah dengan pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi dunia.
Indonesia juga tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di antara negara G20 pada TW III 2019, yakni sebesar 5,02 persen. Indonesia hanya kalah dari China sebesar 6 persen, adapun India bahkan turun tajam ke tingkat 4,55 persen.
“Jadi posisi Indonesia dalam peta dunia sangat dilihat. Kita harus memanfaatkan momentum ini. Kalau kita membuat kebijakan yang tepat, investor akan lari ke Indonesia,” pungkasnya.(ekon)