Tuban, InfoPublik - Den Isyana Putri Nirwana, atau akrab disapa Nisya, menjadi salah satu finalis berprestasi dalam ajang Putra Putri Tari Indonesia 2024. Berasal dari Kelurahan Gedongombo, Kabupaten Tuban, Nisya berhasil meraih penghargaan Putri Tari Indonesia Best Sosial Media dalam kompetisi nasional yang diikuti oleh talenta terbaik dari seluruh penjuru Indonesia.
Bagi siswi kelas 11 di SMA Negeri 1 Tuban ini, motivasi mengikuti ajang ini tidak sekadar bersaing, tetapi juga untuk menginspirasi anak muda. “Saya ingin melestarikan budaya tradisional Indonesia dan memotivasi generasi muda, khususnya mereka yang mulai kehilangan ketertarikan pada seni dan tradisi,” ungkapnya, Minggu (22/12).
Perjalanan karantina selama ajang ini memberikan banyak pengalaman berharga bagi Nisya. Meski berhadapan dengan banyak penari hebat, tetapi itu tidak menyurutkan semangatnya untuk menampilkan yang terbaik. Bahkan dengan cepat Nisya dan peserta lainnya mulai akrab dan saling berbagi cerita serta budaya dari daerah masing-masing.
Diakuinya, tantangan terbesar yang ia hadapi adalah bersaing dengan peserta senior dan berpengalaman. Selain itu, Nisya mengakui bahwa sesi catwalk menjadi bagian yang paling sulit karena ia tidak memiliki dasar dalam bidang tersebut. Ia pun berusaha keras belajar catwalk. “Saya ingin memastikan bahwa saya bisa menampilkan pakaian yang dikenakan dengan cara yang berkesan,” ujarnya.
Kebanggaan, syukur, dan pelajaran berharga
Bagi Nisya, bisa menjadi bagian ajang ini merupakan pencapaian besar. “Tidak banyak orang yang bisa mengikuti Putra Putri Tari Indonesia. Masuk 20 besar saja sudah membuat saya sangat bersyukur, apalagi mendapatkan gelar Putri Tari Indonesia Best Sosial Media. Ini adalah momen yang membanggakan bagi saya, keluarga, dan Kabupaten Tuban,” kata Nisya.
Ia mengaku belajar banyak hal baru, termasuk tarian tradisional dari berbagai daerah. Seperti belajar tari Tor-Tor dari Sumatra Utara, memahami kekayaan budaya daerah lain, dan mendapatkan ilmu baru dari kelas-kelas seperti catwalk, beauty, public speaking, serta olah tubuh dan menari.
Lebih dari itu, ia juga mendapatkan materi dari Kementerian Hukum dan HAM serta Kementerian Kebudayaan yang membahas pentingnya memahami dan memecahkan permasalahan dalam pelestarian seni tari.
Namun, hal yang paling berkesan bagi Nisya adalah interaksi dengan para finalis bahkan saling mendukung tanpa memandang latar belakang apa pun. Persaingan yang sehat katanya, justru membuat mereka belajar satu sama lain, menciptakan relasi kuat, dan berbagi kekayaan budaya tradisional.
Nisya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung perjalanannya. Seperti Disbudporapar Tuban, serta masyarakat Tuban yang terus memberikan doa dan semangat. “Ini adalah energi besar yang membuat saya bisa tampil maksimal,” ucap Nisya.
Harapan dan pesan untuk generasi muda
Sebagai pelestari seni tari, Nisya berharap bisa terus belajar dan berkembang. Ia juga ingin ilmu yang ia dapatkan selama ajang ini bisa disalurkan kepada orang lain. “Saya ingin anak muda tahu bahwa seni tari itu tidak kuno. Justru, seni tari adalah bagian dari identitas kita yang harus terus dikembangkan agar tetap relevan dengan zaman. Seni tari adalah warisan budaya yang indah dan keren,” ujarnya.
Ia menutup dengan harapan bahwa langkahnya ini bisa menginspirasi lebih banyak orang untuk terlibat dalam pelestarian budaya. Dengan semangat yang ia miliki, Nisya telah membuktikan bahwa generasi muda dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga dan melestarikan budaya Indonesia.
“Saya akan terus belajar, menginspirasi, dan memberikan yang terbaik untuk Tuban, Jawa Timur, dan Indonesia,” pungkas Nisya. (dadang bs/hei)