- Oleh Isma
- Rabu, 13 November 2024 | 17:18 WIB
: Kepala Prodi Seni Murni, Indra Setiawan.
Oleh MC PROV ACEH, Rabu, 13 November 2024 | 13:48 WIB - Redaktur: Untung S - 41
Banda Aceh, InfoPublik – Program Studi (Prodi) Seni Murni Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Aceh menggelar diskusi intensif untuk merumuskan langkah konkret dalam menjaga dan mengembangkan identitas budaya Aceh melalui seni murni.
Diskusi itu berlangsung pada Rabu (13/11/2024) dan dihadiri oleh Kepala Pustaka ISBI Aceh, Muhammad Hamzah, M.Sn, Ketua Jurusan Seni Rupa dan Desain, serta sejumlah kepala studio. Kepala Prodi Seni Murni, Indra Setiawan, M.Sn, memimpin diskusi yang menyoroti pentingnya peran seni murni dalam mempertahankan nilai-nilai budaya Aceh di tengah arus globalisasi.
Indra Setiawan mengungkapkan bahwa seni murni bukan hanya menjadi wadah ekspresi individu, tetapi juga berperan penting dalam menjaga identitas kolektif masyarakat Aceh.
"Seni murni mencerminkan nilai dan tradisi masyarakat. Lewat seni, kita dapat mempertahankan keunikan budaya dan memperkenalkannya secara global," ujar Indra. Ia menekankan bahwa upaya menjaga identitas budaya Aceh harus menjadi prioritas agar tidak tergerus oleh modernisasi yang dapat menyebabkan homogenisasi budaya.
Sebagai langkah awal, Prodi Seni Murni ISBI Aceh merencanakan berbagai kegiatan, seperti workshop, pameran seni, dan seminar yang akan digelar mulai awal tahun depan. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan seni Aceh kepada masyarakat luas, terutama generasi muda.
"Generasi muda harus dilibatkan. Mereka adalah penerus yang akan membawa budaya Aceh ke masa depan," kata Indra.
Selain kegiatan internal, Prodi Seni Murni ISBI Aceh juga berencana untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, organisasi budaya, dan komunitas seni. Kerja sama ini diharapkan dapat membangun jaringan kuat yang mendukung pengembangan seni Aceh dan menjaga agar identitas budaya ini tetap lestari di tengah perubahan zaman.
"Kami sangat mengharapkan dukungan dari pemerintah dan komunitas agar upaya ini berjalan maksimal," tambahnya.
Indra juga menekankan pentingnya kurikulum berbasis budaya lokal. Ia menyatakan bahwa kurikulum yang mengedepankan nilai-nilai budaya Aceh akan memberikan bekal yang kuat bagi mahasiswa untuk memahami dan mengembangkan seni Aceh secara autentik.
"Kami ingin mahasiswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga praktik dan filosofi di balik seni Aceh," jelas Indra.
Prodi Seni Murni ISBI Aceh bercita-cita menjadi pusat riset dan pengembangan seni Aceh yang tidak hanya mencetak seniman berbakat, tetapi juga menjadi rujukan utama dalam pengembangan seni budaya lokal di Indonesia. Indra menuturkan bahwa pusat riset ini akan memungkinkan ISBI Aceh memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan budaya di tingkat nasional dan internasional.
Sebagai upaya menyatukan masyarakat Aceh, Indra menekankan bahwa seni memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan damai dan toleransi yang penting dalam dinamika sosial. "Seni adalah bahasa universal yang dapat menghubungkan kita lintas generasi dan budaya," ungkapnya.
Melalui langkah-langkah tersebut, ISBI Aceh berharap Prodi Seni Murni dapat menjadi pelopor dalam melestarikan dan mengembangkan identitas budaya Aceh. "Pembangunan Aceh bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang menjaga dan merawat warisan budaya yang tak ternilai," tutup Indra. (MC ACEH/01)