Jadi Icon Bali Utara, Gending Lelonggoran Wajib Disajikan Saat Ritual Keagamaan

: Kadek Angga Wahyu Pradana, pemuda asal Desa Tegallingah, Kecamatan Sukasada, yang membuat terobosan baru dengan revitalisasi tabuh lelonggoran untuk bisa diakses oleh penabuh muda di Buleleng. (Foto: istimewa)


Oleh MC KAB BULELENG, Rabu, 25 September 2024 | 09:19 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 128


Buleleng, InfoPublik - Memiliki berbagai pengalaman di ranah seni budaya dan mengimplementasikan strategi untuk mengembangkan serta menumbuhkan para generasi muda yang berada di ranah seni, Kadek Angga Wahyu Pradana adalah pemuda asal Desa Tegallingah, Kecamatan Sukasada, yang membuat terobosan baru dengan revitalisasi tabuh lelonggoran untuk bisa diakses oleh penabuh muda di Buleleng.

Dalam Podcast Bincang Komunikasi (B-Kom) di Ruang Buleleng Command Center (BCC), Selasa, (24/9/2024), Angga mengatakan lelonggoran atau gending lelonggaran merupakan gending ciri khas dari Bali Utara. Gending lelonggoran ini dikemas dengan gaya yang berbeda-beda namun tidak mengurangi esensi serta struktur yang sudah diwariskan sejak dulu.

Selain sebagai gending khas Bali Utara, gending lelonggoran juga memiliki fungsi tersendiri yang harus dan wajib disajikan atau ditabuhkan pada saat ritual keagamaan, khususnya Dewa Yadnya. Musikalitas atau jenis gending yang disajikan akhir-akhir ini sudah jarang menyentuh atau minim menggemari gending lelonggoran.

"Rasa enggan para generasi muda untuk tertarik dengan keberadaan gending lelonggoran khas Bali Utara membuat gending lelonggoran lambat laun termakan zaman. Untuk itulah perlu dilakukan revitalisasi dengan memaksimalkan suatu bagian gending sesuai dengan perkembangan anak muda jaman sekarang," ucapnya.

Menyinggung proses terpilihnya menjadi pemuda pelopor, pria yang menjadi Ketua Yayasan Seni Wahyu Semara Shanti ini menyampaikan bahwa proses diawali dari seleksi tingkat kabupaten lalu dilanjutkan di tingkat provinsi. Pada tingkat kabupaten, ia mendapatkan juara pertama dan mengikuti tahap ke tingkat provinsi yang berlangsung selama tiga hari. Selanjutnya, verifikasi lapangan oleh tim juri Provinsi Bali.

"Kami bersama anggota di yayasan sudah mempersiapkan penyambutan tim juri dari provinsi dengan sangat matang. Astungkare pada bulan Juli, kami terpilih menjadi juara pertama tingkat nasional mewakili Provinsi Bali sebagai pemuda pelopor di bidang seni dan budaya," ujarnya.

Melihat keberhasilan yang diperoleh pada tahun ini, Angga Wahyu mengatakan sebelumnya sudah pernah mengikuti event dengan mendapatkan juara kedua di Provinsi Bali. Berkat dukungan dan pembina di yayasan, pada tahun ini mendapatkan juara pertama di provinsi pada bidang seni dan budaya. 

Lebih jauh, Angga mengaku ke depan nanti akan melakukan strategi dalam mengembangkan gending lelonggoran melalui media sosial (medsos) dan mengajak masyarakat khususnya generasi muda untuk mengembangkan dan mendukung gending lelonggoran. (MC Kab.Buleleng/wir)

 

Berita Terkait Lainnya