Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo yang diwakili oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Erni Nuraini Mansur, saat menghadiri kegiatan tersebut, Selasa (10/9/2024), di Auditorium Poltekkes Kemenkes Gorontalo.
“Alhamdulillah hari ini sudah dilantik pengurus pakar gizi dan pangan DPD Provinsi Gorontalo, dan harapannya Insya Allah pengurus DPD Pergizi dan Pangan ini bisa membantu Dinas Kesehatan Provinsi dan Pemerintah Provinsi Gorontalo dalam menangani persoalan stunting dan masalah gizi pada balita dan ibu hamil KEK,” ujar Erni.
Stunting memang masih menjadi masalah utama di Provinsi Gorontalo, bahkan mengalami peningkatan menjadi 26,9 persen berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023.
“Insya Allah dengan adanya pengurus ini angka prevalensi stunting di Provinsi Gorontalo bisa sesuai dengan target yang diharapkan bersama 14 persen di akhir tahun 2024,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua DPD Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (Pergizi Pangan) Gorontalo, Arifasno Napu, usai dilantik mengatakan bakal melakukan konsolidasi dengan pemerintah dan stakeholder terkait dalam upaya penanggulangan masalah gizi.
“Pertama, kami tetap konsolidasi lagi mempermatang konsultasi dengan instansi pemerintah, kemudian organisasi profesi termasuk menitikberatkan pada program yang akan disampaikan oleh atau yang ditelurkan atau menjadi program utama dari Bapak Presiden terpilih, Bapak Prabowo, akan memberikan makanan secara gratis kepada anak sekolah,” tutur Arifasno.
Arifasno menilai, program pemerintah ke depan untuk memberikan makanan bergizi gratis bagi anak sekolah sangat baik, tetapi juga harus dibarengi dengan pemberian pengetahuan tentang gizi sehingga pemberian makanan ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sasaran, terutama pemberian makanan yang mengandung protein dan zat besi bagi remaja putri.
“Tentang pemberian makanan gratis ini yang pertama adalah sangat bagus dan sangat tepat diberikan kepada peserta didik ini dan yang perlu diingat yang kedua adalah peserta didik ini harus dibekali dengan pengetahuan jangan sampai dengan pemberian makanan ini malah berat badannya berlebihan seperti data yang ada, sehingga ada semacam pemberian makanan dan ada pembelajaran yang dilakukan sejak dia PAUD, SD SMP, SMA tentang gizi itu sendiri,” papar Arifasno. (mcgorontaloprov/ilb/md/nancy)