Mengenal Karst Sagea, Destinasi Riset Keanekaragaman Hayati di Halmahera Tengah

: Peneliti madya pusat riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Cahyo Rahmadi (mengenakan t-shirt merah) tengah mengamati biota yang ditemukan di lorong Gua Batu Lubang di kawasan bentang karst Sagea, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Foto : Forest Watch Indonesia


Oleh MC KOTA TIDORE, Selasa, 10 September 2024 | 15:54 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 395


Ternate, InfoPublik - Bentang alam karst Sagea yang berada di Halmahera Tengah, Maluku Utara, memiliki potensi besar sebagai lokasi riset keanekaragaman hayati yang penting, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di tingkat Asia Tenggara.

Hal tersebut diungkapkan oleh Cahyo Rahmadi, seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Senin (9/9/2024).

Menurut Cahyo, Gua Batu Lubang (atau dikenal juga sebagai Gua Bokimoruru) yang terletak di kawasan karst Sagea memiliki sistem gua yang kaya akan keanekaragaman hayati.

"Bukan hanya tingkat Indonesia, bahkan untuk Asia Tenggara, Gua Batu Lubang dikenal memiliki sistem gua dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi," ungkapnya.

Penelitian di kawasan ini sebenarnya telah dilakukan sejak medio tahun 1980-an oleh tim peneliti dari Perancis, yang mendokumentasikan sekitar 80 spesies yang ditemukan di Gua Batu Lubang.

"Dari laporan tim Perancis tercatat ada kurang lebih 80 spesies di Batu Lubang, ini menunjukkan potensi besar riset keanekaragaman hayati yang bisa digali lebih jauh," tambah Cahyo yang merupakan peneliti madya di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN.

Namun, meski potensinya besar, kawasan karst Sagea juga menghadapi berbagai tantangan. Cahyo menyoroti adanya vandalisme di area gua serta kurangnya pengaturan terkait wisata penelusuran gua. Dia menyayangkan kondisi tersebut karena dapat mengancam keberlangsungan ekosistem yang ada di dalam gua.

 

Cahyo berharap adanya pengelolaan yang tepat bagi para wisatawan agar dampak terhadap ekosistem gua dapat diminimalisir.

Dia juga menekankan pentingnya ketersediaan data ilmiah yang dapat digunakan oleh pemangku kepentingan dalam mengambil keputusan pengelolaan karst Sagea.

"Untuk mendorong pengelolaan yang berkelanjutan dan lestari, kita memerlukan data yang komprehensif. Ini adalah pekerjaan besar yang membutuhkan kolaborasi banyak pihak, karena jika kawasan karst ini rusak, akan sangat sulit mengembalikannya ke kondisi semula," ujar Cahyo.

Dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang dimiliki, kawasan karst Sagea memiliki potensi untuk menjadi pusat penelitian yang diakui, namun perlindungan dan pengelolaan yang tepat harus segera diterapkan untuk menjaga kelestarian ekosistem unik tersebut. (Mp/MC Tidore)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Selasa, 7 Januari 2025 | 12:06 WIB
Kepala Kemenag Malut: Informasi yang Jelas dan Akurat Kunci Kepercayaan Publik
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Senin, 6 Januari 2025 | 23:58 WIB
Sekda Tidore: Pendidikan Adalah Pilar Utama Dalam Pembangunan Bangsa
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Selasa, 7 Januari 2025 | 00:18 WIB
Pemprov Maluku Utara Akan Lunasi Utang Rp 114 Miliar di 2025
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Selasa, 7 Januari 2025 | 00:23 WIB
Polres Kepulauan Sula Hadirkan Pojok Digital di Polsek Mangoli Timur
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Senin, 6 Januari 2025 | 20:23 WIB
Pemkot Ternate Lakukan Mitigasi untuk Cegah Banjir
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Senin, 6 Januari 2025 | 17:54 WIB
BPS Catat Penurunan NTP Malut pada Desember 2024
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Senin, 6 Januari 2025 | 16:06 WIB
Apel Awal Tahun di Maluku Utara, Pj Sekprov: Program Harus Berdampak Nyata
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Senin, 6 Januari 2025 | 16:00 WIB
Sengketa Pilkada 2024 di Maluku Utara: KPU Terima 19 Permohonan ke MK