Komitmen Kendalikan Inflasi di Buleleng, Pemkab Buleleng Siapkan Langkah Antisipasi

: Meskipun memasuki musim kemarau, inflasi bulan Juli di Buleleng tetap terkendali dengan beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi. (Foto: istimewa)


Oleh MC KAB BULELENG, Selasa, 27 Agustus 2024 | 12:19 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 111


Buleleng, InfoPublik - Inflasi di Kabupaten Buleleng menunjukkan stabilitas yang baik sepanjang tahun 2024, dengan angka inflasi kumulatif mencapai 0,52 persen hingga bulan Juli. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 2,07 persen, serta angka tahunan 4,5 persen pada tahun 2023.

Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Buleleng, Gede Suyasa, menyatakan bahwa meskipun memasuki musim kemarau yang biasanya mempengaruhi harga-harga komoditas, inflasi bulan Juli tetap terkendali dengan beras menjadi penyumbang inflasi tertinggi. Komoditas beras mencatat inflasi signifikan, sedangkan cabe rawit mengalami kenaikan minimal sebesar 0,03 persen.

"Inflasi bulan Juli tetap terjaga meskipun memasuki musim kemarau. Beras merupakan komoditas dengan inflasi tertinggi, sedangkan cabe rawit hanya mengalami kenaikan kecil," ujarnya, Senin (26/8/2024). 

Menurut Suyasa, saat ini tidak ada kebutuhan tindakan ekstra untuk mengatasi inflasi selain memantau harga beras. Dua perusahaan daerah telah disiapkan untuk melakukan pembelian beras dari luar daerah jika terjadi kekurangan pasokan. Jika beras tidak mencukupi di Bali, pembelian akan dilakukan hingga Banyuwangi dan dijual dengan harga lebih rendah di daerah.

Untuk menjaga kestabilan harga, Suyasa mengungkapkan, pemerintah juga akan menggunakan dana BTT (Belanja Tidak Terduga) untuk menutupi biaya transportasi. Selain itu, biaya bahan-bahan tak terduga juga akan ditanggung oleh sepenuhnya Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Buleleng agar tidak menambah beban biaya masyarakat.

"Kami memantau harga beras dengan cermat dan siap melakukan pembelian dari luar daerah jika pasokan beras kurang. Dana BTT APBD akan digunakan untuk biaya transportasi serta menangani biaya bahan tak terduga lainnya," tuturnya. 

Suyasa juga menjelaskan bahwa perbedaan signifikan antara inflasi tahun ini dan tahun lalu disebabkan beberapa variabel, seperti produksi, tingkat konsumerisme, dan pasokan. Tahun lalu, kelangkaan beras dan minyak goreng memicu inflasi tinggi, sedangkan saat ini situasi pasokan bahan pokok stabil. 

“Tahun lalu, kelangkaan beras dan minyak goreng menyebabkan inflasi tinggi, namun saat ini pasokan bahan pokok stabil," ungkap Suyasa. 

Lebih lanjut, Suyasa mengatakan Pemerintah Kabupaten Buleleng akan terus melakukan koordinasi dengan pemerintah pusat dan luar provinsi untuk memastikan pasokan dan harga tetap terkendali. Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan inflasi tetap stabil dan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi tanpa gangguan signifikan. (MC Kab.Buleleng/Skm)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC PROV JAWA BARAT
  • Selasa, 3 September 2024 | 20:13 WIB
Pemdaprov Jabar Salurkan Air Bersih untuk Beberapa Wilayah yang Alami Kekeringan
  • Oleh MC KAB TEMANGGUNG
  • Senin, 26 Agustus 2024 | 17:30 WIB
BPBD Temanggung Siapkan 115 Tangki Air Bersih Antisipasi Kekeringan
  • Oleh MC KAB SERDANG BEDAGAI
  • Jumat, 26 Juli 2024 | 11:14 WIB
Antisipasi Karhutla 2024: Bupati Sergai Tekankan Sinergi Polri, TNI, dan Stakeholders
  • Oleh MC PROV RIAU
  • Rabu, 24 Juli 2024 | 23:59 WIB
Musim Kemarau, OMC Tahap II Dilakukan Selama 10 Hari di Riau
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Selasa, 9 Juli 2024 | 11:28 WIB
Atasi Dampak Kekeringan, PUPR Lakukan Teknologi Modifikasi Cuaca