Terima Kasih, Pak Presiden! Akbar Kini Sudah Merdeka

: Anang S. Otoluwa, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo. (Foto: istimewa)


Oleh MC PROV GORONTALO, Minggu, 18 Agustus 2024 | 13:22 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 195


Kota Gorontalo, InfoPublik - Kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Gorontalo belum lama ini, memberi arti tak ternilai bagi Ibu Yeyen. Mimpi untuk memerdekakan anak bungsunya dari belenggu ketulian kini menjadi kenyataan.

Senin (12/8/2024), menjelang rakyat Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan, Akbar menjalani operasi implan koklea di RS Wahidin Makassar. Operasi yang dilakukan tim gabungan dokter ahli telinga, hidung dan tenggorokan (THT) dari Jakarta, Makassar, dan Gorontalo berlangsung lancar. Koklea yang ditanamkan di rongga telinga Akbar sudah di “switch on”. Boleh dibilang kini Akbar sudah mempunyai ‘organ baru’ yang bisa berfungsi untuk mendengar.

Saat operasi berlangsung, saya sempat menemui Ibu Yeyen di selasar RS Wahidin. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Wajahnya tak pernah lepas dari senyum. Ucapan terima kasih setiap saat keluar dari bibirnya.

Lalu apa hubungannya kunjungan Presiden dengan operasi implan kokleanya Akbar?

Begini ceritanya. Malam itu, ketika Presiden Jokowi berkunjung ke City Mall Gorontalo, Ibu Yeyen ikut menyambut. Tapi, tak seperti orang lain yang siap dengan HP untuk berselfi ria dengan Presiden, Ibu Yeyen justru siap dengan sebuah amplop di tangan. Dia ingin bertemu Presiden untuk menyerahkan amplop itu.

Tapi niatnya untuk menyerahkan langsung amplop ke tangan Presiden tak kesampaian. Orang terlalu banyak berdesak-desakan. Syukurlah, salah seorang ajudan sempat melihat Ibu Yeyen. Secepat kilat, amplop tadi berpindah tangan.

Tak cukup seminggu, amplop itu mendapat tanggapan. Seorang staf Sespri Kepresidenan menghubungi saya via WA. Beliau melampirkan file hasil scan isi amplop. Ternyata amplop itu berisi surat kepada Presiden dàn lampiran foto-foto KTP. Intinya, Ibu Yeyen memohon bantuan implan koklea kepada Presiden.

Yang menarik, surat itu ditulis dengan tangan. Di zaman sekarang, bersurat tulis tangan sudah jarang dilakukan. Tapi ibu Yeyen nekad, apalagi dia tak punya waktu cukup untuk ke rental komputer. “Sepulang kerja sore, saya mendengar kabar kalau Presiden mau berkunjung ke mall. Jadi, tanpa pikir panjang saya mengambil kertas, lalu mencurahkan isi hati saya,” kata bu Yeyen kepada saya.

(Mungkin, justru karena ditulis tangan maka surat itu tambah menyentuh hati Presiden).
Saya lalu meminta seorang staf menemui Ibu Yeyen. Betapa gembiranya Ibu Yeyen saat mengetahui suratnya direspons oleh Presiden.

Tak lama kemudian kami pun diminta mempersiapkan operasi untuk Akbar. Tim persiapan kemudian terbentuk informal. Presiden dan Kemkes menanggung alatnya (implan koklea), Dinkes Provinsi diminta untuk mengurus biaya transportasi dan akomodasì Ibu Yeyen dan Akbar selama di Makassar. Biaya operasinya, alhamdulillah sudah bisa ditanggung BPJS.

Usai operasi, saya sempat bertemu dr. Eka Savitri, profesor yang memimpin operasinya Akbar. Sambil menjelaskan perlunya latihan berbicara kepada Ibu Yeyen, beliau menyampaikan rencana kunjungan Presiden meresmikan sebuah gedung (Unit Ibu dan Anak) di RS Wahidin September mendatang. Rencananya Ibu Yeyen dan Akbar akan diundang sebagai tamu. Mereka akan dipertemuķan dengan Presiden. Tujuannya, agar Presiden ɓìsa melihat langsung bahwa salah satu instruksi dan bantuannya itu sudah dilaksanakan.

Selain itu, juga untuk memompa semangat Ibu Yeyen agar bersungguh-sugguh melatih Akbar berbicara. Maklum, meski sudah dipasang koklea buatan, Akbar tidak akan bisa berbicara layaknya anak normal jika tidak dilatih.

Nah, ironìsnya, di Gorontalo, terapis wicara itu belum ada. Sementara, latihan seperti ini butuh waktu kurang lebih setahun. Karenanya, selama masa latihan ini, Ibu Yeyen disarankan tetap tinggal di Makassar. Dan itu bukan pìlihan yang mudah buat Ibu Yeyen mengingat dia bekerja di Gorontalo. Apalagi selama ini dia menghidupi kedua anaknya yang tuna rungu sejak lahir.

Akbar kini sudah merdeka. Dua mìnggu paska operasi dia mulai ɓisa mendengar. Kemudian dia akan memasuki masa habilìtasi (bukan rehabilitasi). Dunia sunyi yang dijalaninya selama tiga tahun akan dia tinggalkan. Ðia akan memasuki dunia baru anak-anak normal. Dia akan mendengar panggilan sayang dari ibunya. Juga aķan menikmati suara alam yang selama ini tak bisa dia dengarkan.

Di tengah rasa senang bisa ikut mendampingi Àkbar, saya teringat ketika suatu saat bertemu dengan ibu-ibu yang tergabung dalam Forkah (Forum Komunikasi Orang Tua Hebat). Ibu-ibu dari anak penyandang tuna rungu ini minimal enam bulan sekali bertemu. Mereka berkumpul untuk memeriksakan alat bantu dengar anak mereka, baik yang konvensional maupun yang implan. Untuk itu, mereka harus patungan mendatangkan audiologis dari Surabaya. (Ini juga belum ada ahlinya di Gorontalo).

Tak hanya itu, ibu-ibu ini juga berkumpul untuk saling menguatkan. Kesabaran, ketabahan, dan ketelatenan merawat anak dengan disabilitas itu perlu terus ditumbuhkan atau dikuatkan.

Pembaca yang budiman, ternyata di tengah-tengah masyarakat kita, masih banyak Akbar-Aķbar yang lain. Mereķa belum merdeka mendengar. Mereka terus berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Mereka tak mampu menjangkau operasi implan koklea yang biayanya bisa seharga mobil Fortuner. Mereka butuh perhatian, mereka butuh dukungan, sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh Presiden.

“Telima katih Pa Plesiden, Akbar uudah meedeka”. Mungkin itulah kalimat yang Akbar akan ucapkan ketika dia mulai bisa berbicara nanti. Allahu Akbar! (Anang S. Otoluwa, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo)

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Eko Budiono
  • Selasa, 26 November 2024 | 08:50 WIB
Menteri ESDM: Indonesia Siap Ekspor Prekursor ke Amerika Serikat
  • Oleh MC KAB AGAM
  • Selasa, 26 November 2024 | 09:31 WIB
Bupati Agam Ajak Masyarakat Jaga Kesehatan dan Dukung Guru Hebat
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Senin, 25 November 2024 | 20:46 WIB
Posyandu Melati Jadi Teladan, Dorong Peningkatan Kesehatan Masyarakat di Lumajang
  • Oleh MC KAB LUMAJANG
  • Senin, 25 November 2024 | 20:52 WIB
Posyandu Melati Desa Kabuaran Lumajang Raih Prestasi Tingkat Jawa Timur
  • Oleh MC KAB MALINAU
  • Senin, 25 November 2024 | 22:36 WIB
HGN 2024, Bupati Wempi: Guru Agen Peradaban, Penentu Kualitas SDM