- Oleh MC KOTA PONTIANAK
- Sabtu, 23 November 2024 | 23:13 WIB
: Aksi Konvergensi Stunting
Oleh MC KOTA PONTIANAK, Rabu, 7 Agustus 2024 | 10:19 WIB - Redaktur: Untung S - 187
Pontianak, InfoPublik – Penekanan tombol oleh Penjabat (Pj) Wali Kota Pontianak Ani Sofian bersama instansi terkait menandai peluncuran simbolis Aksi Konvergensi Stunting melalui aplikasi Smart berbasis geospasial di Kota Pontianak, bertempat di Aula Rohana Muthalib Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak, Selasa (6/8/2024). Kegiatan itu juga dirangkai dengan pelepasan penyaluran bantuan dari PT Bulog ke seluruh kecamatan di Kota Pontianak.
Ani Sofian menjelaskan bahwa masalah stunting adalah sinyal adanya masalah dalam manajemen penyelenggaraan dasar. Melalui aplikasi Smart berbasis geospasial, ia berharap dukungan data yang terverifikasi dan tervalidasi dapat terwujud. Ia juga mengapresiasi inovasi Bappeda Kota Pontianak ini.
“Intervensi langsung kepada masyarakat tanpa dukungan data tidak akan tepat sasaran,” imbuhnya, usai peluncuran serta menyalurkan bantuan kepada masyarakat kurang mampu.
Pemerintah Kota (Pemkot) Pontianak melibatkan 91 Tim Pendamping Keluarga (TPK) dengan jumlah kader 273 orang yang tersebar di 6 kecamatan dan 29 kelurahan. Ani Sofian menekankan perlunya penguatan peran dan fungsi TPK dalam melakukan verifikasi dan validasi data.
“Mengingat data dalam aplikasi Smart bersifat dinamis, ke depannya perlu penguatan peran TPK dalam verifikasi dan validasi data,” ucap Pj Wali Kota.
Ia mengajak seluruh lapisan masyarakat serta jajaran instansi pemerintah untuk mempercepat penurunan angka stunting di Kota Pontianak, demi menyongsong cita-cita Indonesia Emas 2024 mendatang.
“Keberhasilan pencegahan dan percepatan stunting di Kota Pontianak dapat dicapai dengan bekerja bersama. Tumbuh kembang anak menentukan kualitas pembangunan SDM Indonesia dan masa depan mereka selanjutnya,” ujarnya.
Kepala Bappeda Kota Pontianak Sidig Handanu menerangkan bahwa terdapat beberapa tantangan dalam pelayanan kesehatan kepada balita di Kota Pontianak. Dari 50 ribu jumlah balita di Kota Pontianak, 16,7 persen di antaranya tergolong stunting. Dengan demikian, ada sekitar 8.850 anak yang mengalami kondisi pendek, di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan umurnya. Sidig menyebut, pemerintah pusat menargetkan percepatan penurunan stunting hingga angka 14 persen.
“Kalau sasaran balita kita 50 ribu, maka 16,7 persen itu angka yang tidak sedikit. Ada 8.850 anak di Kota Pontianak dalam kondisi pendek, jadi tinggi badannya tidak sesuai dengan umurnya,” paparnya.
Selain stunting, vaksinasi polio juga masih menjadi perhatian Pemkot Pontianak. Data terakhir cakupan vaksinasi polio menempatkan Kota Pontianak di urutan ke-14 dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Barat.
“Dua data ini tidak bisa kita pandang sebagai hal biasa. Harus kita analisis mengapa, di satu sisi capaian stunting lumayan bagus, tetapi di sisi lain banyak anak yang tidak divaksinasi polio atau tidak datang saat penimbangan,” ungkapnya.
Dari hasil analisis sementara, Sidig menyimpulkan bahwa rendahnya angka capaian polio disebabkan oleh kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anak-anak mereka ke posyandu. Faktor lain yang mempengaruhi adalah penurunan angka fertilitas Kota Pontianak serta gagalnya eliminasi polio di tingkat global.
“Sejak 2020, angka fertilitas kita turun dari 1,4 persen menjadi 0,8 persen. Jadi, kalau dicari bayinya pasti tidak ada, sedangkan sasarannya menggunakan estimasi nasional yang disamakan untuk seluruh Indonesia,” jelas Kepala Bappeda.
Berbagai persoalan tersebut memerlukan solusi yang optimal, salah satunya dengan aplikasi Smart berbasis geospasial yang baru saja diluncurkan. Sidig menyampaikan bahwa aplikasi tersebut dapat mengetahui posisi orang tua dan balita, serta penyebab stunting seperti sanitasi dan faktor lainnya.
“Aplikasi ini bukan hanya mengetahui anak pendek, tetapi juga anak dengan risiko stunting,” pungkasnya. (kominfo/prokopim/Gema Mahardhika)