- Oleh MC KOTA PONTIANAK
- Sabtu, 23 November 2024 | 23:13 WIB
: Sekretaris BAPPEDA Pontianak Syamsul Akbar menandatangani Project Skenariokan Ancaman Banjir Rob | Foto : MC Pontianak
Oleh MC KOTA PONTIANAK, Selasa, 23 Juli 2024 | 16:22 WIB - Redaktur: Untung S - 216
Pontianak, InfoPublik — Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Pontianak menjalin kerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala untuk meneliti pengembangan skenario ancaman banjir rob. Riset itu merupakan bagian dari pendanaan Flood Impacts, Carbon Pricing, and Ecosystem Sustainability (FINCAPES) Project.
Sekretaris BAPPEDA Pontianak Syamsul Akbar mengatakan bahwa dampak perubahan iklim semakin terasa di Pontianak, terutama karena kota ini berada dekat dengan muara laut. Curah hujan yang meningkat ditambah dengan naiknya permukaan laut membuat banjir rob menjadi masalah yang serius.
"Pemerintah Kota Pontianak telah dan terus menjalankan program terkait melalui perangkat daerah teknis, namun kami terbuka untuk kolaborasi multipihak, terutama dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Pontianak 2025-2045," ujar Syamsul Akbar saat membuka Kick-Off Meeting of Fincapes Project and Reconnaissance Survey in Pontianak City di Hotel Mercure Pontianak, Selasa (23/7/2024).
Saat ini, cakupan layanan Perumda Air Minum Tirta Khatulistiwa di Pontianak sebesar 87,67 persen dengan total sambungan rumah (SR) 153.700. Target Standar Pelayanan Minimal untuk akses air minum layak di Pontianak adalah 90 persen. Adapun target akses air minum aman berdasarkan Rencana Pembangunan Daerah (RPD) 2024-2026 adalah 15 persen pada 2026, dengan capaian pada 2023 sebesar 14,3 persen dan idle capacity 106 L/dtk.
Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Prof. Alfiansyah Yulianur, menyebutkan bahwa topografi Pontianak memiliki kesamaan dengan Banda Aceh, terutama dalam mengalirkan air melalui drainase di lahan datar. Hal ini menjadi tantangan dalam menghadapi perubahan iklim.
"Identifikasi permasalahan, kebutuhan data, validasi, dan hasil kajian nanti diharapkan dapat maksimal dengan bantuan bersama. Mungkin hasilnya nanti dapat kami jadikan contoh," katanya.
Riset ini dilaksanakan oleh tim dari Universitas Syiah Kuala yang dipimpin oleh Prof. Ella Meilianda. Tim ini memenangkan pendanaan dalam seleksi proposal yang diadakan oleh FINCAPES Project pada Maret 2024. Mereka terdiri dari tenaga ahli berpengalaman dalam riset hidrospasial, klimatologi, dan hidroteknik, dengan keahlian dalam penggunaan peralatan survei hidrometri, hidroklimatologi, pemodelan geospasial (ArcGIS), dan berbagai software hidrodinamika sungai dan pantai seperti SOBEK, GeoHECRAS, Mike 21, Mike Flood, dan HEC-HMS.
Hasil kajian ini akan menghasilkan peta dan analisis ancaman bencana banjir dengan berbagai skenario kala ulang banjir di Pontianak. Data ini dapat digunakan untuk identifikasi permasalahan banjir, penghitungan dampak kerugian akibat banjir, mitigasi bencana banjir, dan mendukung pengambilan keputusan pemerintah dalam memperhitungkan biaya ganti rugi dan asuransi terhadap bencana klimatologis.
Perwakilan FINCAPES University of Waterloo, Michael Lynch, mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan NGO, pemerintah, dan masyarakat untuk merespons perubahan iklim. Pontianak dipilih sebagai lokasi riset karena letak geografisnya dan dampak perubahan iklim yang signifikan.
"Diharapkan kajian ini dapat memprediksi banjir di masa mendatang," katanya.
Sebagai informasi, FINCAPES Project adalah proyek kajian teknis multi-tahun dan multi-stakeholder yang diketuai oleh the University of Waterloo Canada dan didanai oleh Pemerintah Kanada. Di Indonesia, kegiatan mereka akan berlangsung selama enam tahun (2024–2030), bekerja sama dengan beberapa institusi dan universitas di Indonesia yang telah diseleksi secara kompetitif. (Jemi Ibrahim)