Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Anang S. Otoluwa. Anang mengungkapkan bahwa ada perbedaan antara data elektronik-Pencatatan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI), di mana pada e-PPGBM data stunting 5,2 persen sedangkan data SKI menunjukkan angka 26,9 persen. Data ini juga terjadi pada data wasting dan underweight.
“Untuk itu pada kesempatan ini kami harapkan teman-teman bisa belajar dari Kabupaten Majene, karena di sana hasil data e-PPGBM mendekati SKI,” ungkap Anang.
Jika terjadi perbedaan data antara e-PPGBM dan SKI, kata Anang, maka bayi dan balita yang bermasalah di lapangan tidak terdeteksi oleh kader. “Ini artinya kita kesulitan melakukan intervensi. Jika kita tidak bisa mendeteksi maka intervensi tidak akan efektif,” ujar Anang.
Dengan pertemuan ini, diharapkan posyandu bisa melakukan deteksi dengan baik dan sesuai standar sehingga data e-PPGBM di Gorontalo bisa sama atau mendekati data SKI. “Inilah sebabnya kami mengundang teman-teman dari Kabupaten Majene,” ujar Anang.
Hasil dari pertemuan ini diharapkan kabupaten dan kota dapat melakukan deteksi secara tepat dan melakukan inputan e-PPGBM saat pengukuran selesai dilakukan di posyandu.
“Mereka yang telah berhasil mendeteksi itulah yang harus diintervensi secepatnya. Harapannya, bulan Juli ini kita sudah bisa melakukan intervensi,” tutur Anang.
Kegiatan ini diikuti oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan semua pengurus puskesmas yang ada di Provinsi Gorontalo (mcgorontaloprov/md/ilb/nancy)