Wamenlu: Dunia Hadapi Tiga Tantangan

: Wakil Menteri Luar Negeri, Pahala Nugraha Mansury dalam Keynote Speech membuka the 8th Indonesia-Austria Interfaith and Intercultural Dialogue (IAIID-8) di Bandung, Senin (8/7/2024). Foto: Dok Kementerian Luar Negeri


Oleh Eko Budiono, Selasa, 9 Juli 2024 | 10:35 WIB - Redaktur: Untung S - 224


Jakarta, InfoPublik - Wakil Menteri Luar Negeri  Pahala Nugraha Mansury  mengatakan, terdapat tiga tantangan besar yang tengah dihadapi dunia. 

Menurut Mansury, tantangan pertama yakni fragmentasi dan perpecahan yang dampaknya dirasakan secara ekonomi.

Hal tersebut disampaikan Mansury dalam acara The 8th Indonesia-Austria Interfaith and Intercultural Dialogue (IAIID-8) atau Dialog Lintas Keyakinan dan Kebudayaan Indonesia dan Austria ke-8  di Kota Bandung, Jawa Barat, seperti dilansir laman Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Senin (8/7/2024).

Mansury mengatakan,  tantangan kedua terkait perubahan demografi akibat populasi dunia semakin meningkat

"Khususnya di negara-negara berkembang. Selain itu, migrasi juga meningkat dengan lebih dari 281 juga migran di dunia pada 2024," ujar Mansury.

Sedangkan tantangan ketiga, kata Mansury, yakni  transformasi dan kesenjangan digital.

"Perkembangan teknologi digital begitu pesat, dan memberikan dampak positif, termasuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Namun, masih terdapat ketimpangan, di mana sepertiga orang di dunia belum menikmati akses internet," katanya.

Mansury menegaskan, ketiga tantangan tersebut semakin meningkatkan kesenjangan dan disparitas antar negara dan masyarakat, serta menyulitkan pemecahan masalah global, termasuk perubahan iklim dan pencapaian SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Menurut Mansury,  diperlukan  dua pendekatan dalam mengatasi ketiga tantangan tersebut.

"Pertama  dengan  pengarusutamaan nilai toleransi dan solidaritas. Nilai ini terkandung dalam semua ajaran agama, kepercayaan, dan budaya, serta harus diterapkan seluas-luasnya," ujarnya.

Mansury mengatakan, pendekatam kedua dengan mengatasi ujaran kebencian dan misinformasi.

"Ujaran kebencian dan misinformasi dapat memperlemah kohesi sosial, menggerus nilai-nilai luhur bersama, serta kadang dapat menimbulkan kekerasan," katanya.

IAIID-8 dihadiri oleh lebih dari 60 peserta, dari kalangan pemerintah, pemuka agama, pakar, dan akademisi dari Indonesia dan Austria.

IAIID-8 juga menghadirkan 3 (tiga) panel diskusi yang menyoroti pentingnya strategi dan pendekatan efektif semua pihak dalam menghadapi tantangan di era modern, antara lain: globalisasi dan digitalisasi; upaya mengembalikan esensi budaya toleransi; dan penguatan komitmen bersama merawat perdamaian.​

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Senin, 18 Maret 2024 | 19:01 WIB
Dalami Anggaran Proyek, KPK Periksa Sekda Kota Bandung
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 15 Maret 2024 | 05:08 WIB
KPK Periksa Tiga Saksi Terkait Suap di Pemkot Bandung
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Kamis, 7 Maret 2024 | 07:22 WIB
Hutama Karya Rampungkan Proyek Pembangunan Tiga Gedung UPI Bandung
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Rabu, 7 Februari 2024 | 13:19 WIB
PBB Akui Indonesia sebagai Episentrum Pengembangan AI di ASEAN