- Oleh MC KOTA PADANG
- Selasa, 26 November 2024 | 01:56 WIB
: Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Maluku Utara, Hesty Elvianty Masry
Oleh MC KOTA TIDORE, Kamis, 21 Maret 2024 | 16:21 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 398
Maluku Utara, InfoPublik - Dinas Kesehatan (Dinkes) Maluku Utara (Malut) mendapatkan laporan dua kasus kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) pada awal tahun 2024.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes Maluku Utara, Hesty Elvianty Masry, mencatat, sejak Januari-Maret 2024 terdapat 236 kasus DBD yang tersebar di tujuh kabupaten/kota se-Maluku Utara.
"Jadi tujuh kabupaten/kota yaitu Kota Ternate, Tidore, Morotai, Sula, Halmahera Barat, Halmahera Utara dan Halmahera Selatan dan kasus yang terbesar itu berada di Morotai dengan jumlah 88," bebernya, Rabu (20/3/2024).
Terkait kasus DBD yang memakan korban meninggal, sesuai laporan tersebut lokasinya berada di Kabupaten Halmahera Utara dan Kota Tidore dengan pasien anak bayi.
"Jadi, untuk Halmahera Utara itu terlapor kasus 53 dengan satu angka kematian. Kemudian Tidore dari 10 kasus terlapor satu angka kematian," terang dia.
Sehubungan dengan itu, pihaknya meminta masyarakat sadar diri dan waspada karena beberapa tahun terakhir ini Maluku Utara dilanda cuaca sangat ekstrem dan tak bisa diprediksi datangnya curah hujan yang lebat. Dia pun menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan agar nyamuk tidak bersarang dan berkembang biak.
"Jadi, kemarin-kemarin yang kita semua hampir lupakan gerakan menutup, menimbun dan membakar (3M), sehingga itu harus diulang kembali saat ini," tandasnya.
Dalam dua tahun terakhir, pihaknya juga sudah mulai menggalakkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (GIRIJ) secara berkesinambungan.
"Makanya kami harap semua rumah warga paling sedikit satu rumah harus ada Jumantik, dengan harapan Jumantik ini bisa mengontrol adanya jentik-jentik di rumah dan pekarangan rumah," tuturnya.
Saat ini pihaknya juga sudah mengeluarkan imbauan ke kabupaten/kota usai adanya kematian dalam kasus ini di dua wilayah tersebut.
"Kita keluarkan imbauan kasus DBD sudah masuk dalam kewaspadaan dini, sehingga kabupaten/kota sudah bisa mengantisipasi, sehingga jangan sampai ada kejadian DBD yang tak bisa dikontrol," tegas dia.
"Bahkan kami sangat takut dan khawatir jika angka kasus DBD ini tinggi dan kemudian diikuti dengan kematian," sambungnya. (MC Tidore/Sansul Sardi)