- Oleh MC KAB NAGAN RAYA
- Selasa, 10 September 2024 | 16:47 WIB
: Gampong (Desa) Matang Seulimeng kecamatan Langsa Barat berhasil meraih juara 1 lomba praktik baik De'Best di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Tahun 2024 tingkat provinsi Aceh yang diselenggarakan oleh BKKBN Aceh, Rabu (06/3/2024)
Oleh MC KOTA LANGSA, Sabtu, 9 Maret 2024 | 11:08 WIB - Redaktur: Inda Susanti - 227
Kota Langsa, InfoPublik – Desa atau gampong Desa Matang Seulimeng, Kecamatan Langsa Barat, berhasil meraih juara 1 lomba Praktik Baik De'Best pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) Tahun 2024 tingkat Provinsi Aceh yang diselenggarakan BKKBN Aceh.
Penjabat (Pj) Wali Kota Langsa, Syaridin, menjelaskan, setelah selesainya penilaian, usulan desa/kelurahan De’Best di 1000 HPK Tahun 2024 dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif melalui percepatan penurunan stunting, pengasuhan positif di 1000 HPK, menjadi sangat penting.
Maka, lanjutnya, perwakilan BKKBN Provinsi Aceh menetapkan desa Matang Seulimeng Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa sebagai juara pertama lomba Praktik Baik De’Best di 1000 HPK tahun 2024 Tingkat Provinsi Aceh.
"Alhamdulillah, patut kita syukuri gampong Matang Seulimeng kecamatan Langsa Barat ditetapkan sebagai juara 1 di ajang praktik baik De’Best di 1000 HPK tahun 2024 tingkat Provinsi Aceh," sebut Syaridin.
Dia menjelaskan, program tersebut dapat diikuti oleh para kepala desa alias geuchik lainnya. Pasalnya, mereka memiliki peran strategis dalam memastikan lingkungan yang kondusif untuk pemenuhan intervensi spesifik dan sensitif.
"Saya mengajak gampong lain di kota Langsa untuk berpartisipasi dalam program BKKBN ini sebagai upaya pencegahan stunting dan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik," ujarnya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan KB Kota Langsa, Amrawati mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan gampong yang telah mendukung program BKKBN cq Direktorat Bina Keluarga Balita dan Anak.
Untuk diketahui, ada sejumlah indikator yang menjadi acuan yaitu Indikator Input (Bobot 15%) di antaranya Ketersediaan data keluarga berisiko stunting, keputusan kepala desa/lurah untuk program penyelamatan 1000 HPK, serta dukungan anggaran desa/kelurahan untuk program penyelamatan 1000 HPK.
Selanjutnya, indikator proses (bobot 30%) persentase ibu hamil mengonsumsi tablet tambah darah selama kehamilan, persentase balita yang dipantau pertumbuhan dan perkembangannya, persentase baduta 0-23 bulan yang dipantau perkembangannya sesuai standar,
"Dan terakhir indikator output (Bobot 55%) prevalensi stunting," jelas Amrawati. (MC Kota Langsa/ZL)