Kapontori, InfoPublik - Pj Bupati Buton La Ode Mustari, menghadiri Pesta Syukuran Ritual Adat Watumotobe, Tuturangi dan Bongkano Khopo.
Pesta Adat tersebut digelar sebagai rasa Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas panen dan limpahan rezeki.
Pesta Adat Tahunan Masyarakat Watumotobe itu digelar di Baruga Watumotobe, Kelurahan Watumotobe, Kecamatan Kapontori, Minggu (22/10/2023).
Sekwan DPRD Provinsi Sultra ini menyampaikan apresiasi dan penghargaan pada nelayan yang menyelenggarakan ritual adat Tuturangi dan bagi petani menyelenggarakan Ritual Adat Bongkano Khopo.
“Saya menyampaikan apresiasi dan penghargaan atas suksesnya panen bagi warga tahun ini, yang hari ini dilangsungkan pesta sebagai rasa syukur. Meski sedang berada dalam cuaca ekstrem tetapi para petani dan nelayan di sini mampu produktif berupaya memenuhi ketahanan pangan bagi Masyarakat Watumotobe,” kata Pj Bupati Buton.
Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya sejak dilantik sebagai Pj Bupati Buton telah menyaksikan hampir semua desa dan kelurahan di Buton menggelar pesta adat. "Hampir semua pada pronsipnya sama meskipun beda tata cara dan penamaan, yakni sebagai ungkapan rasa Syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dan karunia pada masyarakat setempat," ujarnya.
Lanjut dia, hal itu juga menandakan sebagai orang Buton memiliki rasa Syukur yang tinggi terhadap nikmat yang didapat dari sang pencipta.
"Ini juga merupakan ekspresi rasa syukur kita. Ini adalah sesuatu yang bagus. Sebab Agama kita mengajarkan, bagi siapa yang mensyukuri nikmat Allah, maka Allah akan menambahkan nikmat-Nya. Bagi siapa yang kufur, sesungguhnya siksaan Allah sangat pedih,” katanya.
Pj Bupati Buton juga mengajarkan untuk senantiasa bersyukur pada Allah atas nikmat yang didapat. Kepala Daerah di Bumi Penghasil Aspal Alam terbesar di dunia ini juga sepakat pesta adat tahunan masyarakat tersebut haruslah dilestarikan dalam upaya merawat adat istiadat dan kebudayaan masyarakat Buton.
“Saya juga mengharapkan kegiatan seperti ini dapat mendatangkan dan menarik perhatian orang banyak. Sehingga dapat memicu pergerakan dan pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Sebab semakin banyak orang yang datang menyaksikan acara seperti ini maka pertumbuhan ekonomi semakin bergeliat,” katanya.
Mantan Kepala BKD Sultra ini menyebutkan ada atraksi budaya yang menarik orang-orang untuk menyaksikan acara tersebut di Kapontori. Atraksi budaya yang dimaksud adalah acara ikutan pesta adat tersebut.
Di samping kesakralannya tidak hilang juga dapat menarik perhatian orang banyak, khususnya orang-orang Kapontori yang berada di rantau orang, seperti lomba menari, lomba gambus. "Sebab ini adalah agenda tahunan bagi Masyarakat Watumotobe," ujarnya.
Pj bupati juga menegaskan untuk senantiasa menjaga kemananan dan ketertiban dalam pelaksanaan pesta adat. Apapun bentuk ekspresi pelaksanaan pesta adat ini, semua pihak harus menjaga keamanan dan ketertiban sehingga situasi tetap aman, damai, dan kondusif.
"Zaman modern dengan perkembangan teknologi sekarang kadang-kadang sadar atau tidak telah menggerus nilai-nilai sosial kemasyarakatan kita, dan salah satu perekatnya adalah pesta syukuran seperti ini. Sebab di samping acara budaya juga sebagai ajang silaturahmi. Bahwa Buton khususnya Watumotobe masih konsisten dengan acara-acara adat seperti ini sehingga ini harus betul-betul kita lestarikan, kita jaga, budayakan agar menjadi menjadi warisan leluhur kita jaga betul-betulk keberadaanya,” tegas Pj bupati.
Pesta syukuran ini kata Pj bupati merupakan ajang silaturahmi ajang ketemu keluarga yang jauh, “Sekali lagi sebagai orang Buton, Saya bangga dengan acara seperti ini. Sebab ini merupakan hal yang luar biasa sebagai meomentum yang kaya akan nilai-nilai budaya,” pungkasnya.
Camat Kapontori La Ode Farihi, pada kesmepatan itu melaporkan bahwa Pesta syukuran yang digelar Kelurahan Watumotobe merupakan ekspresi rasa syukur atas karimnia Allah SWT yang diberikan pada Masyarakat.
Camat Kapontori kembali menguraikan acara syukuran tersebut merupakan syukuran masyarakat yakni bagi Masyarakat nelayan yakni ritual tuturangi dan Masyarakat berprofesi petani menyelanggarakan Bhongkano khopo yang keduanya bermaksa sebagai ungkapan rasa Syukur terhadap Allah SWT.
“Ritual Tuturangi dan Bongkano Khopo ini merupakan acara tahunan yang bertujuan sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan kepada kita selama satu tahun. Ini juga sebagai perwujudan pelestarian nilai-nilai budaya yang ada di Kelurahan Watumotobe,” katanya.
Dia juga mengharapkan agar acara ini dapat melahirkan generasi-generasi yang cinta akan budaya, generasi muda yang menghormati yang lebih tua, generasi yang cinta persatuan dan kesatuan, sehingga di wilayah ini tetap tercipta situasi yang kondusif, tenang aman dan damai. Apalagi tahun ini dan ke depan kita akan menghadapi tahun politik, pesta demokrasi, Pemilu 2024.