Menipis, Pengerajin Gerabah Rumahan di Gianyar

:


Oleh MC KAB GIANYAR, Rabu, 21 Desember 2022 | 13:04 WIB - Redaktur: Kusnadi - 508


Gianyar, InfoPublik - Jaman modern seperti sekarang produk gerabah rumahan terus berkurang, kebanyakan usaha gerabah gulung tikar atau beralih ke usaha lain. Kerajinan gerabah berbahan tanah liat, dulu begitu diminati para pembeli lokal maupun wisatawan asing. Selain karena bentuknya juga daya tahannya yang tidak mudah pecah dan desainnya yang unik.

Untuk turis asing, biasanya membeli jenis lampu dan kendi yang bermotif menarik yuntuk mempercantik hunian yang mereka tempati di Bali, sedangkan untuk pembeli lokal, gerabah yang dipergunakan sebagai kegiatan keagamaan.

Ketika ditemui Tim Liputan Diskominfo, Rabu (21/12/2022), I Nyoman Etik (35), salah seorang perajin gerabah di Banjar Perang Sada, Desa Pering, Blahbatuh, Gianyar mengungkapkan, awal proses pembuatan gerabah berawal dari tanah liat yang basah selanjutnya dijemur supaya kering. Setelah itu tanah yang sudah kering lalu ditumbuk supaya halus, dan di saring menggunakan saringan untuk mengasilkan tanah yang benar-benar halus yang nantinya dijadikan adonan gerabah. Tanah yang dipergunakan tanah liat yang berwarna merah, biasanya tanah yang dipergunakan dibeli dari pengepul tanah supaya mendapatkan tanah yang benar-benar bagus.

Satu gerabah dengan ukuran sedang sampai besar dikerjakan kurang lebih satu minggu tergantung besar kecilnya produk yang dibuat. Produk yang dibuat biasanya berupa, lampu, wastafel, piring, gelas, kendi, pot-pot tanaman dan lain sebagainya. Kisaran harga dibandrol mulai harga 15 ribu rupiah sampai dengan 700 ribu rupiah.

“Biasanya harga tersebut tergantung besar kecilnya barang dan juga kerumitan motif yang dipesan, karena kita membuatnya semirip mungkin dengan pesanan,” tutur ibu empat anak ini.

Wanita yang akrab disapa Ibu Gebeh ini menambahkan, usaha gerabah ini sudah menjadi usaha turun temurun, berawal dari nenek yang diturunkan dari generasi ke generasi sampai saat ini. Pemasaran produk ini dipasarkan melalui media online dan juga dikirim-kirim ke pasar- pasar yang ada di Bali khususnya pasar Klungkung, pasar Ubud, pasar Padanggalak, pasar Renon. Selain itu, banyak pengepul gerabah yang selalu berdatangan untuk membeli produk disini untuk dijual kembali nantinya.

Perkembangan pengerajin gerabah semakin menipis, minat dari generasi muda yang ingin belajar dan meneruskan usaha ini masih kurang.

Ibu Gebeh berharap kedepannya  generasi muda bisa melanjutkan pembuatan gerabah ini supaya tidak punah, kotor itu pasti namun hasil yang didapat akan sebanding dengan pengorbanan yang diberikan. (MC Gianyar)