Oleh MC Kabupaten Kepulauan Mentawai, Selasa, 10 Desember 2019 | 13:59 WIB - Redaktur: Juli - 988
Tuapeijat, InfoPublik - Meski telah masuk pada kurikulum pelajaran muatan lokal, ternyata penerapan pelajaran Budaya Mentawai (Bumen) masih belum maksimal.
Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mentawai, Lauren Saruruk mengatakan, tidak maksimalnya penerapan mata pelajaran Budaya Mentawai itu salah satunya disebabkan masih kurangnya guru untuk mengajar budaya Mentawai, selain juga masih terbatasnya bahan ajar.
“Sebenarnya budaya Mentawai itu seperti ekskul, dengan dasar pengajaran SK Pemkab Mentawai, diberikan prioritas dalam hal pembelajaran di semua tingkat sekolah yang ada di wilayah Mentawai. Tapi kendalanya masih kesulitan mencari bahan ajar, dan juga kesulitan mencari guru yang benar-benar memahami budaya Mentawai,” kata Lauren, di Tuapeijat, Senin (9/12/2019).
Lauren mengatakan, pelajaran muatan lokal budaya Mentawai sampai saat ini masih diajarkan kepada siswa-siswi dari kelas IV sampai kelas VI SD khususnya di beberapa sekolah di Pulau Siberut. "Meski tidak semua SD di Mentawai, tapi pelajaran Budaya Mentawai ini masih tetap diajarkan di Pulau Siberut, seperti di Munthe, Matotonan dan beberapa sekolah lainnya," ujar Lauren.
Lauren menyebutkan, ke depan pihaknya akan mengusulkan adanya rekrutmen khusus untuk guru pengajar budaya Mentawai, sedangkan untuk bahan ajar budaya Mentawai tingkat SMP sampai saat ini masih dalam proses menyangkut penyampaian materi yang memuat konten budaya asli Mentawai.
Untuk memaksimalkan peningkatan pendidikan budaya Mentawai kepada siswa-siswi, menurut Lauren, harus ada dukungan dana dalam arti anggaran guna memvalidasi data di lapangan, apalagi mengingat kondisi geografis Mentawai menjadi suatu kendala dalam melakukan pengumpulan data, misalnya mengenai jumlah peratan tradisional Mentawai dalam sebuah uma.
Menurut dia, ada 11 kebudayaan yang ada di Mentawai, sesuai dengan Undang-Undang No. 5 tahun 2017, salah satunya kesenian. “Dari 11 itu salah satunya kesenian. Kesenian itupun belum diuraikan. Bagaimana menguraikannya, tentu dalam konteks kajian, harus crosscheck ke lapangan, misalnya lagu atau urai Sikerei sekian, bagaimana pembelajarannya, termasuk pakaian adat yang kemarin dilakukan lokakarya,” kata Lauren.
Pendidikan Budaya Mentawai yang diberikan oleh guru kata Lauren, merupakan pengenalan nama-nama alat tradisional Mentawai, seperti nama keranjang, luat atau kabit (cawat). Selain pengenalan nama-nama alat tradisional juga siswa-siswa langsung melihat bentuk atau mempraktikkan langsung cara pembuatannya. (Str)
Anda dapat menyiarkan ulang, menulis ulang, dan atau menyalin konten ini dengan mencantumkan sumber infopublik.id