:
Oleh MC KAB BENGKULU UTARA, Jumat, 16 Maret 2018 | 19:08 WIB - Redaktur: Tobari - 705
Arga Makmur, InfoPublik - Bupati Bengkulu Utara Ir.Mian melepas peserta Pawai Seni ogoh–ogoh di Pura Kota Arga Makmur, Kamis (15/3). Hal tersebut ditandai dengan pemukulan gong sebagai tanda menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Caka 1940, tahun 2018 yang akan jatuh pada Sabtu 17 Maret 2018.
Peserta parade Ogoh-Ogoh ini diikuti sebanyak empat kelompok desat adat yang terdiri dari Dewa Ayu dari Desa Sumber Agung, Tri Cecek dari Desa Rama Agung, Desa Kuro Tidur dan Puncak Harapan dari Desa Tanjung Raman.
"Sebagai wujud persatuan keberagaman suku dan umat beragama di indonesia yang beridentitas Bhinneka Tunggal Ika. Tahun lalu, tahun ini dan kedepan agenda ini menjadi agenda rutin tahunan." ujar Mian.
Bengkulu Utara, harus menjaga kerukunan dan keharmonisan antar umat, antar suku. Karena untuk kerja bersama dalam membangun kabupaten dan negara tercinta kita sangat diperlukan kerukunan dan keharmonisan antar umat.
Pawai tersebut berlangsung pukul 13.00 WIB sepanjang jalan protokol argamakmur dan kembali ke pura rama agung kota Arga Makmur.
Ketua Parisade Hindu Dharma Indonesia (PHDI) BU, Made Astawa menuturkan ada 5 ogoh-ogoh yang mencerminkan sifat buruk manusia. “Ogoh-ogoh tersebut diarak keliling setelah itu ogoh-ogoh tersebut kita bakar,” kata Made.
Made Astawa mengatakan, menyambut tahun baru Saka 1940 berbagai macam rangkaian kegiatan yang dilaksanakan seperti diawali dengan kemeriahan ogoh-ogoh yang menyimbolkan Buta Makala yaitu waktu pada saat buta yang mudah-mudahan tidak terjadi.
Dilanjutkan denganpembersihan (Pecaruan) dengan melasti (sedekah bumi/ pengorbanan lingkungan) yaitu menghanyutkan yang tidak baik menjadi baik kemudian dilanjutkan, sembahyang agar terciptanya keselamatan bersama dan kesejahteraan akan timbul,
Kegiatan Ngerupuk dilakukan agar Buta kala Pergi, Pagi harinya (Sabtu) jam 6 pagi melakukan nyepi dengan menyalakan catur brate penyepian (4 pengendalian dalam keheningan) yakni Mati Genih tidak menghidupkan Api dalam diri (nafsu), Amati lelungan (tidak bepergian), Amati Lelangan (Hiburan tidak dibenarkan) dan Amati Karye (Sama sekali jangan bekerja).
Prosesi nyepi ini dilakukan selama 24 jam penuh yakni pukul 6 pagi (Sabtu) sampai keesokan harinya pukul 6 pagi yang beliau menjelaskan tujuan nyepi ini sendiri adalah agar lebih lebih baik daripada tahun yang lalu (tite Amirte).
"Dengan mengintropeksi diri atas kesalahan yang dilakukan, dianjurkan juga untuk membaca buku keagamaan yang sifatnya keagamaan dan diakhiri lebaran dengan berkumpul di pura, lebaran ini waktunya 1 bulan,"jelasnya.(MC Bengkulu Utara/IA/DC/toeb)