Potensi Sportourism di Jawa Tengah Belum Tergarap

:


Oleh MC Provinsi Jawa Tengah, Selasa, 11 Oktober 2016 | 15:11 WIB - Redaktur: Tobari - 486


Semarang, InfoPublik - Ide Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP untuk "mengawinkan" antara olahraga dengan pariwisata (sportourism) dinilai sangat bagus oleh pengamat pariwisata Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Eko Suseno Matrutty.

Sebab, banyak potensi wisata Jawa Tengah yang bisa dikawinkan dengan olahraga, yang belum tergarap. Ada beberapa negara yang sekitar 20-30 event olahraganya dikawinkan dengan pariwisata.

“Bahkan jika memungkinkan ditambah dengan investasi. Jadi olahraga sekalian juga piknik serta bisa membeli dan menghasilkan pendapatan, olahraga dan pariwisatanya jadi pemicu,” katanya dalam dialog interaktif Jateng Gayeng Bareng Gubernur Jateng, yang dipandu oleh Gubernur Ganjar Pranowo di Studio TVRI, Senin (10/10).

Eko menilai, saat ini merupakan moment yang tepat untuk menggerakkan sportourism. Sebab, Jateng memiliki potensi yang besar namun belum banyak tergarap.

Jika Pemprov Jateng bisa menangkap dan mengembangkan peluang itu, tentu akan berdampak positif. Untuk itu diperlukan adanya rapat koordinasi teknis (Rakornis) khusus yang membahas soal sportourism.

Konsep sportourism juga disambut positif Ketua DPD PHRI Jateng Heru Isnawan. Dia mengaku optimis, event sportourism akan menimbulkan multiplier efek yang sangat signifikan bagi pelaku industri perhotelan, yakni angka okupansi hotel yang meningkat tajam. Tentu, dampak tersebut juga akan dirasakan pada sektor jasa dan industri lainnya.

Dengan kondisi ekonomi yang masih kurang baik, pariwisata kita masih lebih baik. Apalagi sekarang ditambah dengan aksesibilitas di setiap daerah yang juga semakin baik. Dan itu juga didukung oleh panitia yang bisa menjual produknya sendiri.

“ Ini jelas jadi pendorong dan bagi kami di perhotelan menyambutnya dengan gembira. Tinggal ke depan nanti bagaimana mengelolanya,” katanya.

Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Jateng Prasetyo Aribowo dalam dialog tersebut mengatakan, potensi pariwisata Jateng 60% di antaranya adalah wisata berbasis alam dan budaya. Dengan adanya konsep sportourism, jelas akan menambah potensi baru di kedua potensi tersebut. Tinggal nantinya dicarikan strategi yang pas.

“Di Blora kita ada Waduk Tempuran yang jadi tempat latihan atlet dayung dan itu bisa kita kembangkan, lalu ada Festival Lima Gunung, masih ada juga Tour de’ Borobudur dan Borobudur Marathon. Ini semua potensinya sangat besar sekali dan secara bertahap nanti akan kita kembangkan,” katanya.

Sebagai gambaran, event Borobudur Marathon 2016 akan diselenggarakan pada 20 November mendatang dengan mengagendakan lima kategori, yakni kategori ambassador and selebrun, 10K marathon, 21K half marathon, 41K marathon, dan ultra marathon yang menempuh jarak 122 kilometer serta melewati tiga gunung.

Tak hanya itu, untuk semakin meramaikan gelaran Borobudur Marathon, pihak panitia juga menggelar supporting event seperti Off-Road kelas Asia selama 3 hari (11-13 November) yang melintasi hutan-hutan di Jateng dan gowes Tour de’ Borobudur pada 18-19 November.

Untuk Tour de’ Borobudur yang ke-16 ini dibagi jadi dua kelas. Kelas A selama dua hari akan menempuh jarak 275 kilometer dan kelas B 87 kilometer yang dimulai dari Mako Brimob hingga Borobudur.

“Untuk kelas A dimulai dari Gubernuran - Solo - Borobudur dan ditambah kompetisi King of Mountain sejauh 9,5 kilometer,” jelas Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Jateng, Budi Santoso. (Humasjateng/MCjateng/toeb)