Donor Darah Mulai Jadi Gaya Hidup

:


Oleh MC Provinsi Jawa Tengah, Selasa, 11 Oktober 2016 | 10:15 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 395


Semarang, InfoPublik  - Palang Merah Indonesia (PMI) Jawa Tengah, hingga pertengahan tahun 2016 ini sudah mampu memenuhi kebutuhan darah hingga 99 persen, atau naik satu persen dari tahun lalu. Dengan demikian, kebutuhan darah di rumah sakit diharapkan tercukupi.

“Berdasarkan data PMI Jateng, menggembirakan. Sampai tengah tahun 2016, sudah mengumpulkan 127.364 kantong darah. Dari sejumlah itu, sesuai kebutuhan yang kami rekap, kalau tahun lalu memenuhi 98 persen, tahun ini sudah 99 persen. Kebutuhan darah di rumah sakit-rumah sakit, Insya Allah, 99 persen terpenuhi oleh donor darah PMI,” kata Ketua PMI Jateng, Imam Triyanto dalam acara Penyerahan Penghargaan dan Temu Donor Darah Sukarela ke 50 dan 75 kali PMI Kabupaten/ Kota se-Jateng di Grhadika Bhakti Praja, Senin (10/10).

Imam menekankan, hal itu bisa dilihat dari kelompok umur pendonor, rentang usia 17 -30 tahun adalah pendonor terbanyak, yakni mencapai 43 persen. Menurutnya, itu menunjukkan bahwa donor darah sudah mulai menjadi gaya hidup. Sementara untuk kelompok usia 31-40 tahun, sebanyak 37 persen, dan sisanya kelompok usia 41 hingga 51 tahun.

Pada penyerahan penghargaan tersebut, imbuh Imam, ada 647 orang pendonor yang sudah mendonorkan darahnya 50 kali, dan 243 orang yang mendonorkan sebanyak 75 kali. Atas kepedulian mereka pada masalah kemanusiaan, PMI Jateng memberikan penghargaan berupa penyematan pin dan piagam penghargaan. Pada Desember nanti, PMI Jateng juga akan mengantarkan 111 pendonor yang sudah donor darah sebanyak 100 kali kepada Presiden Joko Widodo, untuk mendapatkan penghargaan Satyalancana Kebaktian Sosial.

Gubernur Jawa Tengah H Ganjar Pranowo SH MIP mengaku apa yang dilakukan para pendonor tak sebanding dengan penghargaan yang diberikan. Darah bukanlah komoditas yang bisa dijual, tapi selalu bisa diberikan untuk kemanusiaan.

“Apa yang Bapak/ Ibu berikan itu tidak ternilai. Satu pun tidak ada yang bisa menilai berapa pantasnya harga darah. Ada nggak orang appraisalyang bisa menilai berapa harga darah? Nggak ada. Yang bisa menilai cuma hati kita, ketulusan kita,” tuturnya.

Ditambahkan, meski kebutuhan darah di Jawa Tengah tercukupi 99 persen, Ganjar tetap meminta PMI bisa mengajak lebih banyak pendonor. Sebab, Jawa Tengah memiliki penduduk hampir 35 juta jiwa. Dengan jumlah pendonor yang lebih banyak, akan bisa lebih banyak menyelesaikan problem-problem kebutuhan darah.(Humasjateng/MCjateng/Eyv)