Apa Kabar Kampung Betawi ?

:


Oleh Eka Yonavilbia, Selasa, 10 Mei 2016 | 14:42 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K


Jakarta, InfoPublik – Beberapa bulan ini pengelola Setu Babakan tidak lagi menyelenggarakan kegiatan-kegiatan kesenian betawi, karena masih ada permasalahan yang harus diselesaikan.

“Kita masih ada permasalahan yang harus diselesaikan, karena kami di sini masih pengelola baru” ungkap Murliani kepala pelayanan dan informasi Unit Pengelola Kawasan Perkampungan Budaya Betawi (UPKPBB)

Pada awal perencanaan pemerintah, perkampungan betawi tersebar di beberapa daerah seperti Condet, Marunda dan Kemayoran. Daerah itu dianggap gagal, karena kebudayaan yang ada di daerah itu mulai luntur dan mayoritas warganya bukan lagi dari Suku Betawi.

“Sebagai pengelola kami ingin sekali kawasan ini menjadi tempat wisata betawi seperti apa yang diharapkan dan menjadi pusat informasi multimedia untuk kebudayaan betawi,” tambahnya.

Setu Babakan menjadi salah satu perkampungan yang ditetapkan oleh pemerintah DKI Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya betawi. Setu Babakan memiliki daya tarik tersendiri karena masyarakat dapat menikmati suasana perkampungan dan kebudayaan asli betawi secara langsung.

Perkampungan yang luasnya 289 H yang terbagi menjadi tiga zona. Dimana di zona A dengan luas 3,2 H akan dijadikan museum dan hotel, zona B luasnya 3,7 H akan dijadikan perkampungan betawi, zona C yaitu daerah Setu atau danau dan Setu Mangga Bolong akan menjadi zona khusus yaitu zona hutan kota dengan luas 11.000 H dan Semua zona tersebut ditargetkan akan berfungsi pada tahun 2018 mendatang.

Setu Babakan merupakan objek wisata yang diresmikan pada tahun 2004 bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474. Perkampungan yang masih mempertahankan dan melestarikan kebudayaan betawi seperti bentuk rumah, bahasa, seni tari, seni musik, seni beladiri dan seni dramanya. Dapat dilihat setiap Minggu pagi banyaknya warga betawi terutama anak-anak muda yang berlatih tari dan beladiri.

Kawasan yang memiliki potensi untuk menarik pengunjung ini, seakan seret kegiatan kebudayaan. Bisa dihitung jari pagelaran kebudayaan yang diselanggarakan. Hanya kegiatan rutin seperti pelatihan pencak silat dan latihan tari untuk anak muda.

Membuat para pengunjung kurang tertarik untuk datang ke kawasan ini.Kurangnya kegiatan kebudayaan betawi membuat para pengunjung hanya bisa menikmati wisata Setu Babakan lainnya seperti bermain sepeda air, memancing dan menikmati kuliner khas betawi.

“Warga sini tuh haus hiburan betawi, jadi kalo gk ada event-event gitu ya pada pulang” ungkap Babe Minin pemilik galeri betawi di Setu Babakan.Kevin Emeraldi pemenang pemilihan AbangNone 2015 menilai seharusnya masyarakat, terutama anak muda betawi harus merubah pola pikir tentang melestarikan kebudayaan itu bukanlah hal yang kuno, tetapi sebaliknya melestarikan kebudayaan itu merupakan hal yang baik dan positif. Hal itu menjadi tantangan untuk pemerintah saat ini.

Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2017 sudah mencantumkan beberapa program yang salah satunya adalah program peningkatan SDM didaerah Setu Babakan dengan anggaran Rp 7 Miliar. Program yang sedang dijalankan antara lain Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan sekolah kebudayaan yang sedang disusun kurikulum pembelajarannya.

Sebelum dijalankan program UMKM ini Babe Minin mengatakan dalam kurun waktu dua hari yaitu hari sabtu dan minggu,ia mendapatkan keuntungan sekitar 4-5 juta. Kalau saja program ini bisa berjalan dengan baik dan didukung oleh pemerintah sepenuhnya berapa pendapatan yang bisa diraih oleh para pengusaha kecil ini ? anak muda betawi pun bisa melestarikan kebudayaan betawi dan para pengunjung dapat menikmati kawasanan ini dengan khas betawi. (Kun PrayogieHerlambang/Mahasiswa Magang/Eyv)