Tanah Abang Di Mata Asing

:


Oleh Eka Yonavilbia, Rabu, 20 April 2016 | 15:05 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 1K


Jakarta, InfoPublik - Pasar Tanah Abang telah menjadi pusat perbelanjaan grosir baju yang sudah dikenal oleh beberapa negara di Asia bahkan sudah sampai ke tanah Eropa. Pusat grosir ini dahulunya terbagi menjadi beberapa blok yaitu ABCDEF dan memasuki awal tahun 2005 digabungkan menjadi Blok A, B dan F yang telah beroperasi ditahun 2007.

“Awal perkembangannya seperti Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina dan Afrika telah menjadi pembeli tetap di Pasar Tanah Abang sebelum digabung menjadi blok A,B dan F. Sekarang ini, dengan adanya blok A,B dan F mulai banyak pembeli dari Jepang, Korea, Vietnam, dan beberapa dari benua Eropa,” Kata Manajer Promosi Pasar Tanah Abang, Hery Supriyatna yang ditemui di kantornya, Selasa, (19/4).

Menurutnya, bertambahnya jumlah pengunjung dari luar negeri dipengaruhi beberapa faktor yang menjadikan  tujuan favorit untuk para pembeli dan wisatawan asing berkunjung di Tanah Abang. Hal tersebut disebabkan Tanah Abang memilik produk yang unggul, kualitas barang yang dapat bersaing, harga yang kompetitif serta kenyaman belanja yang dapat dirasakan oleh pengunjung karena sudah memiliki fasilitas yang memadai.

Salah satu pengunjung asal Oman, Hilal, mengungkapkan, berkunjung ke Tanah Abang menjadi pengalaman pertama. “Ini pertama kali saya berkunjung ke Tanah Abang, berkunjung ke sini terasa asyik dan nyaman, karena semua orang terlihat senang dan selalu tersenyum,” ujarnya.

Namun, berbeda dengan Kosong Kosong, asal Sinegal, ia telah menjadi pembeli rutin di Tanah Abang, bahkan sudah mempunyai toko langganan di tempat tersebut. "Saya sudah 27 tahun berbelanja di Tanah Abang, datang ke sini biasanya sebulan, bahkan dua bulan sekali, karena sudah mempunyai langganan dengan beberapa toko,” ujarnya.

Ia juga menambahkan dirinya membeli barang di Tanah Abang untuk dijual kembali ke negaranya dengan alasan bahwa barang di Tanah Abang lebih murah dan  mempunyai kualitas. Bahkan, di Blok A ada jalur atau line khusus pedagang asing atau dikenal dengan line Afrika yang awal perkembangannya banyak diisi oleh pedagang asal Afrika, akan tetapi jalur tersebut mulai sepi dan kebanyakan sudah diisi oleh pedagang pribumi. 

Menurut Junaidi, Salah satu pedagang,  juga mengatakan line Afrika dulunya dari Blok B dan dipindah ke Blok A lantai 3 dan line tersebut memang banyak pelanggan asal Afrika. “Line Afrika memang sudah ada sejak dulu yang awalnya berada di Blok B, namun dengan dibangunnya gedung baru, line Afrika dipindah ke Blok A lantai 3 dengan pedagang yang sudah sebagian diisi oleh pedagang pribumi,” katanya.

Mengenai pembeli, biasanya, mereka membeli barang untuk dijual kembali ke negaranya dengan jumlah yang relatif banyak.“Pembeli asal Afrika biasanya membeli kaos dan celana dengan jumlah berkisar antara 10 – 100 lusin setiap bulannya yang diperuntukkan untuk dijual kembali ke negeranya,” kata Junaidi yang ditemui di tokonya,

Namun, dua tahun belakangan ini, pembeli asing terlihat sepi bahkan hampir 50 persen turun. Menurut Hery, mengungkapkan hal tersebut dipengaruhi oleh imbas ekonomi, perdagangan bebas, dan kondisi politik.

“Berdasarkan dari laporan pedagang, jumlah pembeli asing turun hampir 50 persen selama kurun waktu dua tahun terakhir. Hal tersebut dipengaruhi oleh  imbas ekonomi global, adanya perdagangan bebas yang membuat pasar dalam negeri bersaing dengan produk asing yang mempengaruhi kondisi pasar saat ini, serta hal tersebut juga dipengaruhi oleh kondisi politik dalam negeri,” tuturnya.

Ke depannya, pihak dari Pasar Tanah Abang berharap perlu adanya tindakan lebih dan dukungan dari pemerintah dalam mempromosikan Tanah Abang sebagai ikon Indonesia sebagai Pasar terbesar di Asia serta  memperhatikan tata lingkungan dan lalu lintas sekitar.(Mahasiswa Magang/Redoni/Eyv)