Wamenkes Ajak Masyarakat Berperan Aktif pada Program TOSS TB

: Wamenkes Dante Saksono Harbuwono kunjungan ke RW 09 Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Senin, 16 Desember 2024 | 23:47 WIB - Redaktur: Untung S - 57


Jakarta, InfoPublik - Tuberkulosis (TBC) masih menjadi permasalahan serius di Indonesia. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Indonesia saat ini menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis di dunia setelah India.

Saat melakukan kunjungan ke RW 09 Kelurahan Jelambar Baru, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat pada Senin (16/12/2024), ia mengatakan dari 1.060.000 jumlah kasus sekitar 130 ribu orang meninggal dunia.

Untuk menurunkan angka kasus TBC, Dante mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam program Temukan dan Obati Sampai Sembuh Tuberkulosis (TOSS TB).

“Jadi, kalau ini hanya dijadikan program pemerintah, ini tidak akan selesai. Karena kemampuan pemerintah terbatas. Salah satu upayanya adalah mengajak masyarakat untuk ikut berperan di dalamnya,” kata Dante.

Ia juga mengapresiasi peran kader kesehatan dan perangkat masyarakat di RW 09 Kelurahan Jelambar Baru dalam menemukan dan mendampingi penderita TBC.

Berkat upaya ini, wilayah tersebut mendapat predikat sebagai Kampung Siaga TBC. Angka kesembuhannya sampai 90 persen dan angka pengobatannya sudah tinggi. Angka rekrutmennya juga sudah tinggi.

Dante berharap gerakan serupa dapat direplikasi oleh masyarakat di daerah lain sehingga kasus TBC di Indonesia dapat lebih cepat diidentifikasi dan ditangani.

"Itu salah satu bentuk kerja nyata yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DKI, Wali Kota, dan terutama oleh camat, RW, dan paling utama oleh kader-kader TBC ini,” kata Dante.

 

Ia berpesan kepada para kader pendamping TBC untuk memastikan agar penderita yang telah teridentifikasi tetap menjalani pengobatan hingga selesai. Hal itu guna mencegah resistensi obat yang dapat berujung pada kematian.

Selain itu, Dante mengingatkan kader pendamping mengenai pentingnya mengidentifikasi kontak erat penderita TBC, terutama anggota keluarga yang serumah.

Ia memberikan contoh kasus yang ditemui saat kunjungannya di Surabaya, di mana seorang anak dengan status gizi pra-stunting terdiagnosis TBC setelah dilakukan pemeriksaan foto toraks.

“Bayangkan, jika itu didiamkan. Itu bisa menular ke anak-anak, sehingga anak-anak tersebut perkembangannya terganggu dan paru-parunya rusak,” kata Dante.

Koordinator Agen Tumpas TBC Kelurahan Jelambar Baru Julia menjelaskan lima hal penting yang menjadi perhatian agar kader pendamping TBC dapat bekerja efektif dalam mengeliminasi TBC di masyarakat.

Kader harus senang dengan apa yang dikerjakan, kader memiliki mentor dari tenaga kesehatan yang mudah dihubungi untuk berkonsultasi. Kemudian, anggota kader memiliki solidaritas tim yang tinggi.

Selanjutnya, kader memiliki dukungan lintas sektor yang kuat dan kader memiliki waktu dan tempat berkumpul untuk saling berbagi dan membahas masalah TBC.

“Jadi, kita butuh tempat untuk berkumpul. Tidak ada kata kita tidak berkumpul. Jadi, kita harus berkumpul untuk memecahkan masalah. Ibarat sapu lidi, tidak bisa satu batang untuk menyapu. Jadi harus disatukan untuk bisa menyapu," kata Julia.

Mendengar strategi ini, Dante menyatakan, setiap daerah memiliki kekhasan tersendiri dalam upaya menemukan kasus TBC di masyarakat.

Ia sangat menghargai berbagai inovasi yang dilakukan kader dan masyarakat dalam mengidentifikasi kasus TBC.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Senin, 16 Desember 2024 | 23:52 WIB
Nilai Ekspor Indonesia November 2024 Capai US$24,01 Miliar
  • Oleh Putri
  • Senin, 16 Desember 2024 | 06:48 WIB
Kekayaan Budaya dan Alam Indonesia Perlu Dikelola secara Saintifik
  • Oleh Putri
  • Senin, 16 Desember 2024 | 06:46 WIB
Ini Tiga Prioritas Pemerintah Atasi Persoalan Obat di Indonesia