- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Sabtu, 30 November 2024 | 04:20 WIB
: Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Tatang Muttaqin, dalam Bincang Santai dengan Media terkait “Kondisi Tenaga Kerja Lulusan Pendidikan Vokasi di Indonesia” (Foto: Dok Kemendikdasmen)
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Sabtu, 30 November 2024 | 04:34 WIB - Redaktur: Untung S - 88
Jakarta, InfoPublik - Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Perguruan Tinggi Vokasi (PTV) kini semakin banyak yang berkarier di sektor perdagangan dan industri. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, sektor white collar dan blue collar di kalangan lulusan SMK mengalami peningkatan signifikan.
White collar merujuk pada pekerja kantoran yang biasanya melakukan pekerjaan administratif atau manajerial, sementara blue collar mengacu pada pekerja dengan tugas fisik yang tidak memerlukan kualifikasi khusus.
Sejak 2022, lulusan SMK mulai menunjukkan peningkatan karir di bidang white collar, seperti profesional dan teknisi. Ini menjadi indikasi bahwa SMK tidak hanya mencetak tenaga kerja untuk pekerjaan kasar, melainkan juga tenaga ahli yang terampil di sektor-sektor penting. Peningkatan itu semakin mempertegas bahwa pendidikan vokasi memiliki peran besar dalam mendukung industri di Indonesia.
Selain lulusan SMK, PTV juga semakin mendominasi sektor white collar, dengan banyak bekerja di bidang kesehatan, perdagangan, dan pemerintahan. Sektor-sektor itu menempati urutan tiga teratas sebagai lapangan usaha bagi lulusan PTV.
Lulusan SMK dan PTV kini cenderung bekerja di sektor formal, yang menawarkan stabilitas pendapatan serta perlindungan sosial yang lebih baik. Keberadaan mereka juga berkontribusi terhadap pendapatan negara melalui penerimaan pajak. Data dari Sakernas Agustus 2024 menunjukkan bahwa masa tunggu lulusan vokasi untuk mendapatkan pekerjaan sangat singkat, antara 0 hingga 2 bulan.
Tatang Muttaqin, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, dalam Bincang Santai dengan Media di Jakarta, Jumat (29/11/2024), menjelaskan bahwa pendidikan vokasi adalah salah satu fokus utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) IV 2020-2024. Dalam rangka mendukung perkembangan ini, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang relevan, seperti Dana Padanan, Dana Kompetitif, Teaching Factory (Tefa), dan SMK Pusat Keunggulan.
Tatang juga menyoroti pentingnya program Teaching Factory (Tefa), yang telah membekali siswa dengan keterampilan yang lebih siap untuk menghadapi dunia kerja. Dengan Tefa, siswa tidak hanya belajar di dalam kelas, tetapi juga dalam lingkungan yang menyerupai industri nyata, yang mempersiapkan mereka dengan keterampilan praktis serta soft skills yang sangat dibutuhkan di dunia profesional.
Berdasarkan data dari Rapor Pendidikan, 84,5 persen SMK di Indonesia telah mengimplementasikan Tefa dengan kategori "Baik" dan "Sedang". Hal ini menunjukkan perkembangan yang positif dalam kualitas pendidikan vokasi di Indonesia.
Salah satu contoh keberhasilan penerapan Tefa dapat dilihat di SMK YPM 8 Sidoarjo. Sekolah ini telah memproduksi mesin CNC Milling Training Unit SYS-8 4025, yang merupakan hasil kolaborasi antara siswa dan industri. Setiap bulannya, sekolah ini mampu menghasilkan satu unit mesin dengan harga sekitar Rp150.000.000. Hasil penjualan mesin ini digunakan kembali untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan produksi.
Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, memberikan apresiasi tinggi terhadap program Tefa yang kini semakin banyak diterapkan di SMK dan perguruan tinggi vokasi. Menurut Hetifah, pendidikan vokasi di Indonesia telah berkembang pesat, dan kini para lulusan vokasi tidak hanya siap bekerja, tetapi juga memiliki peluang untuk membuka lapangan usaha, terutama di sektor ekonomi kreatif.
Hetifah juga menambahkan bahwa anggapan bahwa SMK menjadi penyumbang pengangguran sudah tidak relevan lagi. Dalam beberapa tahun terakhir, angka pengangguran di kalangan lulusan SMK terus menurun. Para lulusan kini lebih banyak yang bekerja, bahkan ada yang menjadi wirausahawan.
Pendidikan vokasi di Indonesia, melalui berbagai program inovatif seperti Teaching Factory, telah membawa dampak positif terhadap kesiapan kerja lulusan. Lulusan SMK dan PTV kini memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses di dunia kerja, baik sebagai profesional maupun wirausahawan, berkat kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan industri.