RS Jantung Harapan Kita Catat Sejarah dengan Operasi Jantung Robotik Pertama di Indonesia

: Menkes Budi Gunadi Sadikin saat alat kesehatan untuk operasi jantung dengan metode robotik/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Jumat, 15 November 2024 | 20:09 WIB - Redaktur: Untung S - 190


Jakarta, InfoPublik – RS Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita, rumah sakit rujukan nasional dalam bidang penyakit jantung, mencatatkan sejarah baru dalam dunia medis Indonesia. Pada 13 November 2024, RSJPD Harapan Kita menjadi rumah sakit pertama di Indonesia yang berhasil melakukan operasi jantung menggunakan teknologi robotik.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa penggunaan teknologi robotik dalam operasi jantung memberikan keunggulan yang signifikan dibandingkan metode konvensional.

"Keunggulan utama dari teknologi robotik ini adalah kemampuannya untuk melakukan bedah minimal invasif, dengan sayatan yang lebih kecil dan lebih presisi. Hal ini memungkinkan prosedur yang lebih akurat dan mengurangi risiko bagi pasien," kata Budi pada konferensi pers Jumat (15/11/2024).

Dengan menggunakan teknologi robotik, dokter dapat lebih mudah mengakses area jantung yang sulit dijangkau, yang sebelumnya hanya bisa dilakukan dengan prosedur bedah terbuka. "Dengan teknik ini, pasien tidak perlu lagi membuka dada, karena seluruh prosedur dilakukan dengan teknik endoskopi. Hal ini memungkinkan pemulihan yang jauh lebih cepat—hanya dalam 2-3 hari pasien sudah bisa pulang ke rumah, dibandingkan dengan 5-7 hari pada metode konvensional," jelas Budi.

Operasi jantung menggunakan teknologi robotik ini dilakukan menggunakan sistem bedah robotik yang memungkinkan ahli bedah mengendalikan instrumen dengan presisi tingkat tinggi melalui kontrol yang sangat detail. Selain efisiensi waktu dan tindakan, biaya yang diperlukan untuk tindakan dengan teknologi robotik ini juga lebih terjangkau dibandingkan metode konvensional.

Budi menambahkan bahwa biaya operasi robotik ini lebih murah daripada metode konvensional dan akan diupayakan untuk bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan pada masa mendatang. “Dengan biaya yang lebih murah, diharapkan lebih banyak pasien yang bisa mengakses teknologi canggih ini,” tambahnya.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan, mendukung penuh pengembangan teknologi robotik di dunia medis Indonesia. "Kami akan memperluas penggunaan teknologi robotik ini ke lebih banyak rumah sakit, terutama rumah sakit vertikal, untuk memastikan bahwa teknologi canggih ini dapat diakses oleh lebih banyak pasien di seluruh Indonesia," ujar Budi.

RSJPD Harapan Kita, yang berperan sebagai rumah sakit pengampu di bidang jantung nasional, diharapkan akan terus meningkatkan kolaborasi dengan rumah sakit di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, serta terus mempelajari teknologi medis terbaru untuk meningkatkan layanan jantung di Indonesia.

Operasi jantung pertama menggunakan teknologi robotik di Indonesia ini dipimpin oleh Dr. dr. Dudy Hanafy, Sp.BTKV, Subsp. JD (K), MARS, seorang ahli bedah jantung terkemuka, dengan dukungan proctor dokter asal India yang berpengalaman dalam bidang operasi robotik dan minimal invasif di Amerika Serikat. Dr. Dudy juga merupakan pendiri Alliance Hospital di Texas Barat.

Pada 13 November 2024, tiga pasien pertama menjalani operasi jantung dengan teknologi robotik. Pasien pertama menjalani prosedur bypass jantung koroner secara total (TECAB), pasien kedua menjalani prosedur katup mitral, dan pasien ketiga mengalami penutupan lubang ASD (Atrial Septal Defect).

Dr. Dudy Hanafy menegaskan bahwa seluruh pasien dalam kondisi sadar dan stabil setelah operasi, dan mereka dapat beraktivitas seperti biasa dalam waktu singkat. “Pasien yang menjalani operasi konvensional biasanya memerlukan waktu sekitar 2-3 bulan untuk pulih sepenuhnya dan bisa melakukan aktivitas berat. Namun, dengan teknologi robotik, pasien sudah dapat kembali beraktivitas normal hanya dalam waktu satu minggu setelah tindakan,” jelas Dr. Dudy.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa operasi jantung dengan teknologi robotik juga menurunkan tingkat kesakitan yang biasanya terjadi pada prosedur konvensional. Tanpa perlu membelah tulang dada atau melebaran iga, proses pemulihan menjadi jauh lebih cepat dan pasien dapat kembali ke aktivitas keseharian mereka dalam waktu singkat.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Jumat, 15 November 2024 | 23:38 WIB
Alat Kesehatan Indonesia Dipamerkan di Africa Health 2024
  • Oleh Putri
  • Jumat, 15 November 2024 | 23:26 WIB
Nilai Ekspor Oktober 2024 Capai US$24,41 Miliar
  • Oleh Putri
  • Jumat, 15 November 2024 | 19:10 WIB
Menko PM: Judi Online adalah Bencana Sosial
  • Oleh Putri
  • Jumat, 15 November 2024 | 20:13 WIB
Program Makan Bergizi Gratis Dorong Penyerapan Produk Susu Lokal
  • Oleh Putri
  • Jumat, 15 November 2024 | 05:39 WIB
Kemenkes Imbau Langkah Antisipatif Cegah DBD di Musim Hujan
  • Oleh Putri
  • Jumat, 15 November 2024 | 05:43 WIB
Cegah DBD, Kemenkes Dorong Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik