- Oleh Wahyu Sudoyo
- Jumat, 15 November 2024 | 05:28 WIB
: Direktur Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Brigjen Pol, Ahmad Nurwakhid (Biro Perencanaan, Hukum dan Humas BNPT)
Oleh Wahyu Sudoyo, Jumat, 15 November 2024 | 23:25 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 100
Jakarta, InfoPublik – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengingatkan masyarakat agar semakin waspada terhadap upaya radikalisasi yang dilakukan kelompok teroris melalui media sosial dan platform digital lainnya.
Direktur Deradikalisasi BNPT, Brigjen Pol. Ahmad Nurwakhid, menekankan bahwa dunia digital kini telah menjadi medan infiltrasi ideologi berbahaya yang tanpa batas, dengan perangkat seperti gawai dan media sosial yang semakin mudah diakses.
“Gadget kita sekarang borderless, tanpa batas. Media sosial dan platform digital lainnya sangat potensial digunakan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi ekstrem dan melakukan radikalisasi,” jelas Ahmad ada sebuah talkshow di TVRI, Jumat (15/11/2024).
Ahmad menegaskan, BNPT telah memperkuat pendekatan pentahelix dalam menangani isu radikalisme digital. Pendekatan ini melibatkan sinergi antara pemerintah, masyarakat, media, dunia usaha, akademisi, dan tokoh agama. Menurutnya, seluruh lapisan ini perlu berperan aktif agar penyebaran ideologi kebencian dapat ditekan.
“Keterlibatan seluruh pihak sangat penting untuk menangkal penyebaran narasi kebencian yang saat ini berkembang luas di dunia maya. Radikalisme bukan hanya tantangan bagi pemerintah, tapi juga seluruh elemen bangsa,” tegasnya.
Ahmad juga menjelaskan, dalam konteks radikalisme yang mengatasnamakan agama, para penceramah agama berperan penting sebagai penentu arah. “Jika penceramah agama yang muncul adalah sosok yang moderat dan menyejukkan, maka ia bisa menjadi pintu keluar dari infiltrasi ideologi radikal,” ujar Ahmad.
BNPT, dengan dukungan tokoh agama, ormas, dan masyarakat, terus berupaya menangkal radikalisasi di dunia maya. Ahmad menggarisbawahi bahwa kolaborasi ini bertujuan agar kedamaian dan keamanan Indonesia tetap terjaga, baik di dunia fisik maupun digital.
“Melalui kolaborasi yang semakin kuat dengan tokoh agama dan elemen masyarakat lainnya, BNPT berkomitmen menjaga keamanan nasional dari ancaman radikalisme yang menyusup lewat ruang digital,” kata Ahmad.
Senada dengan Ahmad, Sekretaris Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), K.H. Imam Pituduh atau Gus Imam, mengingatkan pentingnya menjaga kedaulatan digital sebagai upaya menghindari penyebaran narasi kebencian di Indonesia.
Menurut Gus Imam, ruang digital saat ini berpotensi besar dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal untuk menyusupkan pesan ekstremis. “Ormas-ormas Islam dan masyarakat umum perlu menjaga kedaulatan digital. Narasi kebencian itu memiliki dampak yang besar meskipun ledakannya kecil,” ujar Gus Imam.
Ia menegaskan bahwa radikalisasi di dunia maya sangat berbahaya, terutama karena dampak negatif yang dapat ditimbulkannya. “Kita harus waspada terhadap apa yang disebut low explosive, high impact. Dampaknya sangat besar walaupun penyebarannya terlihat kecil. Jika tidak segera ditangani, ini bisa menjadi ancaman serius bagi bangsa,” tambah Gus Imam.
Baik BNPT maupun LPOI mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap segala bentuk radikalisasi, khususnya yang menyasar ruang digital. Masyarakat diingatkan agar lebih selektif dalam mengonsumsi konten di media sosial, dan tidak segan melaporkan akun atau aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang.
Melalui upaya bersama, BNPT optimistis ancaman radikalisasi yang menyusup di ruang digital dapat dicegah, sekaligus mengedukasi masyarakat agar semakin tanggap terhadap ancaman ideologi ekstremis.