- Oleh Putri
- Selasa, 19 November 2024 | 06:49 WIB
: Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) Seri 10 pada Kamis (17/10/2024) yang digelar BKKBN. Foto: Humas BKKBN/Istimewa
Oleh Untung Sutomo, Jumat, 18 Oktober 2024 | 08:55 WIB - Redaktur: Untung S - 282
Jakarta, InfoPublik – Direktorat Bina Keluarga Balita & Anak BKKBN kembali menyelenggarakan Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) Seri 10 pada Kamis (17/10/2024). Acara itu bertempat di Jakarta dan dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk para ayah dari Koramil, Kodim, kader KB, PLKB, dan komunitas lokal.
Kelas kali ini fokus membahas peran ayah dalam pengasuhan anak, terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Direktur Bina Keluarga Balita & Anak BKKBN, dr. Irma Ardiana, dalam sambutannya menekankan pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak.
“Saya sangat mengapresiasi kehadiran para ayah dalam Kelas Kerabat ini. Ini adalah langkah penting untuk memahami bahwa pengasuhan anak bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga peran besar ayah. Bahkan, Indonesia sempat disebut sebagai negara dengan tingkat 'fatherless' ketiga di dunia, ini menjadi refleksi penting bagi kita,” ungkap dr. Irma.
Dalam acara tersebut, dr. Irma juga mengutip data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 yang menunjukkan pentingnya interaksi orang tua dengan anak dalam berbagai aktivitas sehari-hari, seperti makan bersama, berbincang, menonton televisi, hingga beribadah.
“Kegiatan sederhana seperti ini sangat penting untuk membangun kedekatan dengan anak,” tambahnya.
Cerita Ayah dari Lapangan
Salah satu momen menarik dalam Kelas Kerabat kali ini adalah kisah dari Dwi Agustiyan, seorang ayah dari Asrama Yonif 202 Kota Bekasi. Dwi berbagi pengalamannya mendampingi istri selama masa kehamilan hingga mengasuh anak-anak mereka.
“Ayah tidak hanya bertugas mencari nafkah, tetapi juga mendukung istri dalam mengasuh anak. Peran ayah dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan sangat penting, mulai dari mendampingi istri saat hamil hingga memberikan dukungan saat menyusui,” ujarnya.
Dwi juga menekankan pentingnya keterlibatan ayah dalam pekerjaan rumah tangga. “Tidak perlu ragu untuk membantu memasak atau melakukan tugas rumah lainnya. Misalnya, memasak daun katuk untuk mendukung istri yang menyusui. Banyak tutorial di YouTube yang bisa membantu,” tambah Dwi.
Adamri Lubis, seorang kader BKB dari Kecamatan Bukit Raya, Pekanbaru, juga berbagi pengalaman tentang peran ayah dalam Islam. “Dalam Islam, ayah adalah orang pertama yang menggendong dan mengasuh anak setelah lahir. Suara ayah menjadi yang pertama kali dibisikkan ke telinga bayi,” jelas Adamri.
Ia juga menambahkan bahwa peran ayah bukan hanya mencari nafkah, tetapi juga mendidik dan memotivasi anak untuk meraih cita-cita.
Adamri sering memberikan edukasi kepada calon pengantin tentang pentingnya peran ayah dan ibu dalam pengasuhan anak. “Kami selalu mengingatkan calon pengantin untuk siap menghadapi tanggung jawab ini,” ujarnya.
Letkol Infanteri Robbi Firdaus, Pabandya-4/Bin Tata Ruang Wilhan Spaban III/Tahwil Sterad, menekankan pentingnya sinergi antara TNI dan masyarakat dalam mendukung pengasuhan dan pencegahan stunting.
“Kita perlu menerapkan ini tidak hanya dalam keluarga, tetapi juga di desa-desa melalui kemitraan antara Babinsa dan kader BKKBN, bersama kepala desa dan polisi, demi kesuksesan program pencegahan stunting,” kata Letkol Robbi.
Ia juga menyoroti pentingnya peran ayah dalam pengasuhan anak, bahkan di lingkungan militer. “Seorang prajurit yang tetap meluangkan waktu untuk anaknya meski memiliki tugas berat di satuan tempur menunjukkan betapa krusialnya peran ayah dalam membentuk generasi yang sehat dan cerdas,” tegasnya.
Peran Ayah di Era Modern
Rahmat Hidayat, Co-Founder Ayah ASI Indonesia, turut berbagi pandangannya dalam Kelas Kerabat ini. Rahmat membahas tentang keterlibatan ayah dalam pengasuhan dan menekankan bahwa klaim Indonesia sebagai negara 'fatherless' ketiga di dunia tidak memiliki dasar ilmiah.
Namun, ia mengakui bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan di Indonesia masih kurang dan penting untuk diperbaiki. “Anak-anak yang memiliki ayah yang hangat dan suportif cenderung lebih stabil secara emosional dan memiliki kesejahteraan yang lebih tinggi,” ungkapnya.
Rahmat juga menjelaskan bahwa keterlibatan ayah dalam pengasuhan berdampak pada perkembangan kognitif, sosial, dan perilaku anak. Anak yang aktif terlibat dengan ayahnya cenderung lebih siap menghadapi tantangan hidup dan memiliki kemampuan sosial yang lebih baik.
Meskipun keterlibatan ayah dalam pengasuhan sangat penting, Rahmat menyebutkan beberapa faktor yang menghambatnya, seperti tekanan pekerjaan dan persepsi masyarakat tentang peran gender.
Ia juga menyarankan pentingnya memberikan kesempatan bagi ayah untuk mengambil cuti dalam mendukung pengasuhan anak, yang telah terbukti meningkatkan keterlibatan mereka dalam aktivitas sehari-hari.
Kelas Kerabat Seri 10 ini diharapkan dapat menginspirasi lebih banyak ayah di Indonesia untuk terlibat aktif dalam pengasuhan anak. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari BKKBN, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, Babinsa, serta berbagai organisasi masyarakat yang mendukung penuh kegiatan ini.
Dengan sinergi dari berbagai pihak, diharapkan program-program BKKBN, termasuk pencegahan stunting, dapat terlaksana dengan lebih efektif di seluruh Indonesia.
Kegiatan Kelas Kerabat itu juga menjadi ajang untuk menyatukan visi dan misi antara ayah serta elemen masyarakat lainnya dalam membentuk generasi Indonesia yang lebih sehat, cerdas, dan berkualitas.