- Oleh Farizzy Adhy Rachman
- Rabu, 20 November 2024 | 13:50 WIB
: Foto: Istimiewa
Oleh Untung Sutomo, Selasa, 8 Oktober 2024 | 06:42 WIB - Redaktur: Untung S - 211
Nusa Dua, InfoPublik - Forum Parlemen Asia untuk Kependudukan dan Pembangunan (AFPPD) resmi menggelar pertemuan tahunan yang dibuka pada Senin (7/10/2024) di Nusa Dua, Bali. Dengan tema "Mengatasi Tiga Pilar dan ICPD Pasca 30 Tahun," acara itu berlangsung hingga Rabu (9/10/2024).
Pertemuan itu menjadi ajang diskusi penting bagi anggota parlemen dari negara-negara Asia-Pasifik untuk membahas isu-isu krusial seperti kependudukan, pembangunan berkelanjutan, dan dampak krisis perubahan iklim yang kian mendesak.
Sekretaris Forum Parlemen Indonesia untuk Kependudukan dan Pembangunan (IFPPD), Ermalena Muslim Hasbullah, dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran parlemen serta pengambil kebijakan untuk bersama-sama mengambil langkah dalam mengatasi isu kependudukan dan pembangunan dengan baik.
“Sebagai bagian dari Asia-Pasifik, Indonesia memiliki tantangan kependudukan yang relatif serupa, seperti penurunan tingkat fertilitas yang hampir mencapai replacement level 2,14 pada 2023 dan cenderung terus menurun. Lambat laun, tren ini akan mengikuti negara-negara lain,” ujar Ermalena Muslim Hasbullah saat membuka acara, Senin (7/10/2024).
Penurunan fertilitas akan diikuti oleh meningkatnya jumlah penduduk usia produktif. Jika dikelola dengan baik melalui peningkatan pendidikan, keterampilan, dan kesehatan, Indonesia akan meraih apa yang dikenal sebagai bonus demografi, yakni ketika proporsi angkatan kerja lebih besar dari proporsi penduduk di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.
Namun, Ermalena mengingatkan bahwa bonus demografi ini tidak akan berlangsung lama. “Jumlah penduduk lansia akan terus bertambah, sehingga beban ketergantungan akan kembali meningkat,” jelasnya di hadapan perwakilan 24 negara.
Untuk itu, Ermalena menekankan pentingnya persiapan sejak dini dalam menghadapi peningkatan jumlah lansia. Kehidupan anak-anak harus dipersiapkan dengan baik karena masa kecil sangat mempengaruhi kualitas hidup ketika dewasa dan lansia.
Perubahan Demografi di Asia-Pasifik
Asia-Pasifik dikenal sebagai kawasan dengan populasi terbesar di dunia, mencapai 4,726 miliar jiwa. Negara-negara seperti India, Tiongkok, Indonesia, dan Pakistan memiliki jumlah penduduk terbesar di kawasan ini. Namun, kawasan ini juga menghadapi tantangan besar terkait perubahan demografi.
Direktur Regional IPPF ESEAOR, Tomoko Fukuda, menyatakan pentingnya kebijakan yang mendukung kehormatan dan hak. “Dengan bersatu, kita dapat bersuara lantang bagi mereka yang kurang memperhatikan isu kesehatan reproduksi,” tegasnya.
Ia menyoroti pentingnya kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, dan isu remaja, yang masih menjadi tantangan besar di Asia-Pasifik. Meski kemajuan telah dicapai, banyak pekerjaan rumah yang masih harus diselesaikan, seperti tingginya angka perkawinan anak sebesar 8 persen dan 3,7 persen remaja perempuan yang hamil di kawasan ini.
Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan BKKBN, Ukik Kusuma Kurniawan, menyatakan bahwa Indonesia, sebagai negara dengan populasi terbesar ketiga di Asia, juga menghadapi tantangan serupa. Meskipun angka kehamilan remaja telah berkurang, serta harapan hidup dan kesehatan meningkat, tantangan besar seperti pernikahan dini dan stunting masih harus diatasi.
Sejak 2014, berbagai kabupaten di Indonesia telah menyusun Grand Desain Pembangunan Kependudukan untuk memperkuat implementasi Aksi Program ICPD dan SDGs di tingkat daerah. Pada 2021, Pemerintah Indonesia meluncurkan program SDGs Desa untuk melokalisasi tujuan SDGs dan memastikan keterlibatan masyarakat lokal dalam pencapaian tujuan tersebut.
Menurut Ukik, Indonesia juga berkomitmen menjadi bagian dari berbagi pengetahuan dan kerja sama dengan negara-negara Asia-Pasifik dalam bidang keluarga berencana, kesehatan reproduksi, dan pembangunan keluarga.
Fokus pada Perubahan Iklim
Selain isu kependudukan, perubahan iklim juga menjadi perhatian utama dalam pertemuan ini. Dampak perubahan iklim terhadap kondisi sosial dan ekonomi di kawasan Asia-Pasifik semakin tidak bisa diabaikan. Negara-negara di wilayah ini, termasuk Indonesia, sering menghadapi bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan cuaca ekstrem yang memperburuk ketidakstabilan populasi.
Delegasi dari negara-negara anggota AFPPD akan berbagi pengalaman dan membahas implementasi Program of Action ICPD serta Agenda 2030 untuk pembangunan berkelanjutan. Topik-topik ini diharapkan menghasilkan langkah-langkah konkret untuk menghadapi tantangan kependudukan dan perubahan iklim di kawasan ini.
Pertemuan ini diharapkan dapat mendorong kolaborasi antarnegara untuk menciptakan kebijakan yang mendukung pembangunan berkelanjutan di tengah perubahan demografi dan iklim yang dinamis.
Salah satu delegasi dari Malaysia, Howard Lee Chuan How, menyatakan bahwa Malaysia hadir sebagai representasi peradaban Asia Tenggara, termasuk ketamadunan India, China, dan Nusantara. "Kami akan membawa hasil diskusi ini ke parlemen dan partai politik di Malaysia untuk memengaruhi diskursus di masyarakat," ucapnya.
Howard Lee menekankan perlunya kebijakan yang inovatif untuk memperhatikan kesejahteraan lansia, dengan tetap mengedepankan nilai-nilai moral murni Asia. “Kita perlu mencari solusi yang lebih bahagia, lebih seimbang, dan sesuai dengan kebutuhan masa kini dan masa depan,” ujarnya.