Kemenkes Dorong Kesiapsiagaan Masyarakat lewat Pelatihan Bantuan Hidup Dasar

: Pelatihan BHD bagi orang awam/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Rabu, 14 Agustus 2024 | 14:40 WIB - Redaktur: Untung S - 198


Jakarta, InfoPublik – Pusat Krisis Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berkomitmen menyelenggarakan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) bagi orang awam sebagai langkah untuk meningkatkan ketahanan kesehatan dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap situasi darurat medis. Inisiatif ini diambil mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana alam, non-alam, maupun sosial.

Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes, Sumarjaya, menjelaskan dalam Kegiatan Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada Selasa (13/8/2024) bahwa setelah pandemi COVID-19, indeks risiko bencana di Indonesia meningkat secara signifikan.

“Ada 10 program prioritas Kemenkes melalui transformasi kesehatan, salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah agar masyarakat bisa membantu menangani risiko yang mungkin terjadi akibat bencana alam, non-alam, maupun sosial,” kata Sumarjaya dalam keterangan resminya pada Rabu (14/8/2024).

Pelatihan ini merupakan inisiatif pertama yang dilakukan Kemenkes dengan pendekatan langsung (door to door). Sumarjaya berharap pelatihan ini dapat terus berlanjut dan sosialisasi BHD dapat menjangkau berbagai lapisan masyarakat, terutama di perusahaan, hotel, mal, serta kantor kementerian dan lembaga lainnya.

Kontribusi setiap individu sangat penting dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sumarjaya menegaskan bahwa upaya pelayanan kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab tenaga medis, tetapi masyarakat juga perlu memahami cara memberikan pertolongan pertama dalam situasi darurat.

“Dengan tindakan sederhana, masyarakat dapat menyelamatkan nyawa. Seringkali, ketika menemukan seseorang dalam situasi gawat, orang-orang di sekitar cenderung panik dan hanya berpikir untuk membawa korban ke rumah sakit, tanpa memikirkan langkah-langkah penyelamatan awal yang dapat dilakukan sebelum tiba di rumah sakit,” jelas Sumarjaya.

Sumarjaya mencontohkan tragedi Kanjuruhan, Jawa Timur, pada 2022, di mana tidak ada satupun upaya pertolongan pertama yang diberikan. Ia membandingkan kejadian ini dengan tragedi Itaewon, Seoul, di mana banyak orang yang segera memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) kepada korban.

Kematian pemain bulu tangkis China, Zhang Zhijie, pada akhir Juni lalu juga menjadi pelajaran penting bagi Indonesia, menekankan urgensi kemampuan pertolongan pertama.

Kondisi darurat medis terbagi menjadi dua, yaitu pra-rumah sakit (pre-hospital) dan di rumah sakit (hospital). Sumarjaya menekankan bahwa pertolongan pra-rumah sakit bertujuan untuk mempertahankan kehidupan pasien hingga mendapat penanganan lebih lanjut di rumah sakit.

“Pelatihan ini bertujuan untuk membekali masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan dasar dalam menangani situasi darurat medis, seperti henti jantung mendadak, tersedak, atau pingsan,” tambah Sumarjaya.

Peserta pelatihan dilatih oleh tenaga medis profesional dalam teknik RJP, penanganan saluran napas yang tersumbat, dan penggunaan Automated External Defibrillator (AED). Kegiatan ini merupakan bagian dari inisiatif berkelanjutan Pusat Krisis Kesehatan untuk memperluas jangkauan pelatihan kesehatan di seluruh Indonesia.

Melibatkan semua provinsi dan bekerja sama dengan 11 Regional Pusat Krisis Kesehatan, kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya pada individu, tetapi juga dalam meningkatkan kesiapsiagaan komunitas secara keseluruhan.

 

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Selasa, 17 September 2024 | 20:05 WIB
Perluas Lapangan Pekerjaan, Kemenkes Buka Kelas Internasional Jerman