Imunisasi Lindungi Diri dari Penyakit Berat

: Seorang anak sedang melakukan imunisasi/Foto: Kemenkes


Oleh Putri, Kamis, 1 Agustus 2024 | 06:03 WIB - Redaktur: Untung S - 160


Jakarta, InfoPublik - Imunisasi ada banyak jenisnya dan sudah terbukti aman dari puluhan tahun lalu hingga saat ini di negara maju maupun berkembang, seperti imunisasi Campak Rubella, Polio, dan lain sebagainya.

Komite Imunisasi Nasional Prof. Dr. dr. Soedjatmiko pada Rabu (31/7/2024) melalui talkshow yang disiarkan di Youtube Kemenkes mengatakan para orang tua selalu berusaha melengkapi imunisasi anak mereka.

"Sehingga sampai sekarang rata-rata di negara maju, antara 87 sampai 90 persen bayi, balita, anak sekolah, dan remaja catatan imunisasi yang sudah lengkap. Karena merasa aman dan bermanfaat untuk melindungi bayi balita dan dari sakit berat cacat dan kematian," kata Prof Soedjatmiko.

Lanjutnya, sejak puluhan tahun lalu sudah banyak penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para pakar di berbagai negara yang membuktikan secara ilmiah dan dipublikasikan di jurnal, bahwa imunisasi yang digunakan pada program kesehatan dimanapun sudah teruji keamanannya dan manfaatnya.

Sehingga, kata Prof Soedjatmiko semua negara saat ini melakukan imunisasi rutin kepada bayi, balita, dan remaja juga termasuk Indonesia. Manfaat dilakukannya imunisasi, berdasarkan hasil kajian mampu melindungi bayi, balita, dan anak usia sekolah remaja dari sakit berat.

Ia mencontohnya pada wabah influenza pada 1916 -1918 yang meninggal sekitar 80 juta manusia di dunia. Begitu imunisasi influenza dilakukan secara masal dalam satu tahun, kasusnya menurun drastis.

Sedangkan contoh kasus di Indonesia, pada 2005 ada wabah Polio dimulai dari Jawa Barat, kemudian Jawa Tengah hingga Jawa Timur bahkan hingga Sumatera dan Kalimantan sehingga sekitar 400 anak Indonesia terutama balita mengalami cacat dan lumpuh.

Setelah dilakukan PIN masal berupa imunisasi polio tetes sebanyak tiga kali, maka kasus polio langsung turun. Kemudian kasus Difteri yang menyerang bayi dan balita serta anak usia sekolah menyerang tenggorokan hingga tersumbat dan tidak bisa bernapas.

Akhirnya anaknya terpaksa dilubangi di tenggorokan. Kasus paling banyak di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat juga beberapa provinsi lainnya. Bahkan, kata Prof Soedjatmiko, racun Difteri bisa merusak jantung.

"Dengan imunisasi dilakukan intensif secara nasional dengan menggunakan vaksin Pentabio, maka pada 2015 hingga 2017 difteri yang menimbulkan banyak kematian itu menurun dengan drastis," kata Prof Soedjatmiko.

Kemudian, yang paling segar dengan ingatan adalah COVID-19 dengan kematian yang begitu tinggi bahkan petugas kesehatan banyak yang meninggal.

Setelah imunisasi COVID-19 diberikan dua kali, tiga bahkan empat kali, maka kasus langsung menurun drastis.

"Berdasarkan pengalaman puluhan tahun lalu dan penelitian diberbagai negara jiga Indonesia, terbukti bahwa imunisasi itu aman dan bermanfaat untuk melindungi bayi, balita, anak sekolah, dan remaja kita dari penyakit berat," kata Prof Soedjatmiko.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:08 WIB
Kabupaten Mimika Lakukan Percepatan Eliminasi Malaria
  • Oleh Putri
  • Sabtu, 21 September 2024 | 17:05 WIB
Kolaborasi Kemenkes-BRIN Gelar Simulasi Kegawatdaruratan Medis
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Jumat, 20 September 2024 | 17:11 WIB
Satu Dekade JKN: KPK Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Akuntabel untuk Cegah Fraud
  • Oleh Putri
  • Jumat, 20 September 2024 | 06:00 WIB
Cegah Bunuh Diri, Kemenkes Ajak Remaja Bicara soal Kesehatan Mental
  • Oleh Putri
  • Kamis, 19 September 2024 | 21:47 WIB
Pentingnya Meningkatkan Ketepatan Diagnosis demi Keselamatan Pasien