Indonesia dan Papua Nugini Sepakati Kerja Sama Pendidikan hingga 2033

: Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Pemerintah Papua Nugini melalui Departemen Pendidikan Nasional, bersepakat untuk memperkuat kerja sama bidang pendidikan dalam pertemuan bilateral di Istana Presiden, Bogor (Foto: Dok Kemendikbudristek)


Oleh Pasha Yudha Ernowo, Selasa, 16 Juli 2024 | 21:35 WIB - Redaktur: Untung S - 293


Jakarta, InfoPublik – Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Pemerintah Papua Nugini melalui Departemen Pendidikan Nasional, bersepakat untuk memperkuat kerja sama di bidang pendidikan dalam pertemuan bilateral di Istana Presiden, Bogor.

Kerja sama itu diwujudkan melalui penandatanganan Memorandum Saling Pengertian (Memorandum of Understanding/MoU) bidang pendidikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) RI, Nadiem Anwar Makarim, dan Menteri Luar Negeri Papua Nugini. Sebelumnya, pada 2023, juga telah ditandatangani MoU bidang pendidikan tinggi antara Kementerian Luar Negeri Indonesia dan Departemen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Papua Nugini.

Menurut keterangan tertulis yang diterima InfoPublik, Selasa (16/7/2024), Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia menyambut baik upaya kedua negara dalam menjaga kerja sama pendidikan melalui naskah kerja sama yang akan berlaku hingga 2033. Adapun ruang lingkup kerja sama itu meliputi program pertukaran pelajar, penelitian bersama, beasiswa, pengembangan kurikulum, pembelajaran bahasa, dan program pelatihan.

“Selama lima tahun terakhir, melalui gerakan transformasi Merdeka Belajar, pemerintah Indonesia terus mendorong perwujudan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan relevan. Pembelajaran di sekolah kini semakin berpusat pada murid, memungkinkan pengembangan bakat dan minat secara optimal. Semua ini merupakan upaya untuk melahirkan sumber daya manusia unggul dengan karakter pembelajar sepanjang hayat,” tutur Nadiem.

Revitalisasi pendidikan vokasi turut menjadi fokus utama dari Merdeka Belajar yang dilakukan untuk menghasilkan lulusan yang lebih siap bekerja, melanjutkan pendidikan, atau menjadi wirausaha. Saat ini, terdapat lebih dari 2.000 SMK Pusat Keunggulan yang mengedepankan skema taut suai (link and match) untuk mempererat kolaborasi antara satuan pendidikan vokasi dengan dunia kerja dan industri. Kemendikbudristek juga mendukung kerja sama itu melalui skema pemadanan pendanaan atau matching fund.

Di jenjang pendidikan tinggi, Kemendikbudristek memberikan kemerdekaan lebih luas bagi mahasiswa untuk belajar di luar kampus melalui program Kampus Merdeka, salah satunya Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa akademik dan vokasi untuk magang di perusahaan kelas dunia.

Untuk program kerja sama, kedua negara dapat mengeksplorasi kolaborasi lebih lanjut melalui pelatihan bagi guru vokasi di Papua Nugini menggunakan skema upskilling dan reskilling, pelatihan daring atau luring, pelatihan campuran (institusi dan industri), pelatihan magang penuh di industri, atau pelatihan kerja.

“Pelatihan bagi mahasiswa lulusan pascasarjana Papua Nugini dapat dilakukan dengan skema pelatihan 3 bulan dan 6 bulan untuk program Pendidikan Keterampilan Kerja (PKK) dan Pendidikan Keterampilan Wirausaha (PKW),” terang Nadiem.

Nadiem juga menguraikan sejumlah kemitraan antara kedua negara yang melibatkan keikutsertaan peserta didik dari Papua Nugini. “Saat ini, ada dua mahasiswa Papua Nugini yang berpartisipasi dalam program Beasiswa Darmasiswa periode 2024/2025. Kemudian, untuk Program Beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB), pada tahun 2024, ada tiga siswa dari Papua Nugini yang berpartisipasi dalam program ini. Saya berharap kita dapat mendorong lebih banyak siswa atau pemuda Papua Nugini untuk berpartisipasi dalam program-program tersebut.”

Dalam program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), sejak 2017, Indonesia telah mengirim 12 guru atau dosen untuk mempromosikan dan mengajar Bahasa Indonesia. Jumlah pemelajar BIPA saat ini mencapai 600 orang yang tersebar di lima lokasi pengajaran, yaitu Kedutaan Besar Republik Indonesia di Papua Nugini, Provinsi Popondeta, Provinsi Lae, Provinsi Jiwaka, dan Universitas Goroka. Peningkatan ini menunjukkan minat yang besar dari siswa Papua Nugini untuk terlibat dalam pertukaran budaya yang bermakna, memupuk pemahaman bersama, dan memperkuat kemitraan antara kedua negara.

Nadiem juga menyampaikan komitmen Indonesia untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran di Papua Nugini dengan memberikan dukungan dan mengirimkan tenaga pengajar serta keahlian dalam kurikulum atau bidang lain yang dibutuhkan oleh Papua Nugini melalui KBRI di Port Moresby.

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 19 September 2024 | 11:49 WIB
Bangkitkan Minat Baca Anak, Badan Bahasa Gelar Pertemuan Penulis Komik
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Kamis, 19 September 2024 | 11:29 WIB
Tim Indonesia Raih 5 Medali di WorldSkills 2024, Buktikan Keunggulan Pendidikan Vokasi
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Rabu, 18 September 2024 | 12:45 WIB
Kemendikbudristek Targetkan 200 Ribu Entri di KBBI 2024, Libatkan Generasi Muda
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Rabu, 18 September 2024 | 12:41 WIB
Kebekerjaan Lulusan SMK Meningkat di Era Presiden Jokowi, Link and Match Kuncinya
  • Oleh Pasha Yudha Ernowo
  • Rabu, 18 September 2024 | 12:36 WIB
Merdeka Belajar dan Pemerataan Pendidikan, Terobosan Era Jokowi untuk SDM Unggul