Rencana Revitalisasi KUA untuk Permudah Akses Layanan Publik

: Petugas Kantor Urusan Agama (KUA) Kuta Alam melayani calon pengantin perempuan yang akan melaksanakan akad nikah di KUA Kuta Alam, Banda Aceh, Aceh, Jumat (1/3/2024). ANTARA FOTO/Khalis Surry/rwa.


Oleh Eko Budiono, Sabtu, 2 Maret 2024 | 21:36 WIB - Redaktur: Untung S - 936


Jakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal (Dirjen) Hak Asasi Manusia (HAM) Kementerian Hukum dan HAM, Dhahana Putra, menilai rencana merevitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA) menjadi sentra pelayanan keagamaan bagi semua agama mempermudah akses layanan publik bagi seluruh rakyat.

Menurut Dhahana, wacana KUA yang diproyeksikan sebagai tempat pencatatan pernikahan bagi semua agama merupakan terobosan yang positif dari Kementerian Agama (Kemenag).

“Merevitalisasi KUA sebagai tempat pencatatan pernikahan maupun pelaksanaan pernikahan tentu merupakan terobosan yang patut diapresiasi karena selain mempermudah akses juga membuat KUA semakin inklusif dalam memberikan layanan kepada publik,” kata Dhahana dalam keterangannya seperti dilansir ANTARA, Sabtu (2/3/2024).

Kendati demikian, rencana tersebut tentu memerlukan kajian yang komprehensif dari aspek regulasi, birokrasi, hingga sosiologis. Pasalnya, pengejawantahan terobosan Menteri Agama tersebut memerlukan kerja-kerja praktis yang tidak sederhana.

Dhahana mencontohkan dari aspek birokrasi, misalnya, pencatatan pernikahan bagi masyarakat yang memeluk agama Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu serta penghayat kepercayaan dilakukan di dinas kependudukan dan pencatatan sipil (Dukcapil).

Oleh karena itu, dia menyoroti sejumlah regulasi yang mengatur mengenai pernikahan juga menjadi tantangan tersendiri bagi KUA bila akan direvitalisasi sebagai tempat atau pencatatan pernikahan bagi semua agama.

“Bilamana diperlukan untuk revisi sejumlah regulasi guna merevitalisasi KUA, kami di Direktorat Jenderal HAM siap untuk menjadi partner dialog,” ujarnya.

Dhahana mengakui, Direktorat Jenderal HAM memang tengah menyiapkan parameter HAM di dalam proses penyusunan peraturan perundang-undangan. Indikator-indikator yang digunakan dalam parameter HAM di antaranya terkait dengan inklusivitas, kesetaraan, dan non-diskriminasi serta aksesibilitas pelayanan.

Dhahana juga menggarisbawahi pentingnya membangun komunikasi yang intensif dengan para pemangku kepentingan. Sehingga, tidak memunculkan kekeliruan persepsi di masyarakat.

“Yang juga tidak kalah penting, dalam pembahasan revitalisasi KUA itu mungkin juga perlu mendengarkan aspirasi stakeholders terkait khususnya organisasi-organisasi keagamaan,” pungkas Dhahana.

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyatakan KUA akan bertransformasi sebagai tempat yang tak hanya melayani umat Islam, tetapi juga akan dijadikan tempat pencatatan nikah bagi semua umat beragama.
 
 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Selasa, 8 Oktober 2024 | 09:57 WIB
Kemenkumham Maluku Utara Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik Menuju WBK
  • Oleh MC KOTA TIDORE
  • Jumat, 4 Oktober 2024 | 12:33 WIB
Optimalisasi SPBE di Kota Tidore: Pemkot Gelar Rapat Evaluasi dan Monitoring
  • Oleh Eko Budiono
  • Jumat, 4 Oktober 2024 | 06:52 WIB
Pemkab Aceh Timur Pindahkan Imigran Rohingya ke Pidie