Angka Kebutaan di Jatim Tertinggi

:


Oleh Putri, Minggu, 5 Februari 2017 | 16:44 WIB - Redaktur: Juli - 537


Jakarta, InfoPublik – Katarak ditenggarai menjadi penyebab sebagian besar gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia termasuk Indonesia, hal itu mengutip hasil survei kebutaan di Indonesia yang dikembangkan oleh Internasional Center of Eye Health (ICEH) dan direkomendasikan oleh WHO melalui metode Rapid Assasment of Avoidable Cataract (RAAB) yang memberikan gambaran situasi aktual dan data akurat prevalensi kebutaan serta gangguan penglihatan.

Menteri Kesehatan Nila Moeloek mengatakan survei dilakukan di 15 provinsi Indonesia pada populasi usia lebih dari 50 tahun mendapatkan angka prevalensi kebutaan tertinggi sebesar 4,4 persen di Jawa Timur dan terendah sebesar 1,4 persen di Sumatera Barat yang 64-95 persen diantaranya disebabkan oleh katarak.

“Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan Negara tropis yang mendapatkan pancaran sinar ultraviolet (UV) lebih banyak sehingga memengaruhi daya tangkap mata. Diperkirakan setiap tahun kasus katarak akan selalu bertambah 0,1 persen dari jumlah penduduk atau kira-kira 250000 orang pertahun,” katanya melalui keterangan resmi Kemenkes di Jakarta,  Minggu (5/2).

Menurutnya, sebab itu operasi adalah tindakan yang paling tepat dan cepat untuk menaggulangi buta akibat katarak. Caranya yaitu dengan mengangkat lensa yang keruh sehingga penglihatan dapat kembali normal.

Operasi katarak tidak memakan biaya terlalu mahal dan telah masuk ke dalam skema jaminan kesehatan nasional (JKN) yang dijalankan oleh BPJS Kesehatan. Kebutuhan operasi katarak di Indonesia kurang lebih 240000 orang setiap tahun. Sementara itu, kemampuan untuk melakukan operasi katarak diperkirakan baru mencapai 180000/tahun yang setiap tahunnya bertambah penumpukan penderita katarak (backlog).

Besarnya backlog katarak disebabkan beberapa faktor antara lain karena akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan mata masih terbatas terutama di daerah perbatasan, tertinggal, dan kepulauan yang belum memiliki fasilitas pelayanan kesehatan dan SDM kesehatan yang memadai yang salah satunya yaitu keberadaan spesialis dokter mata.

“Salah satu upaya yang dilakukan PMN RS Mata Cicendo Bandung untuk mengurangi backlog katarak adalah dengan menambah kamar bedah. Dengan bertambahnya kamar bedah, dapat melakukan lebih banyak operasi katarak sehingga dapat mengurangi jumlah penderita katarak,” ungkapnya.