Tidak Ada Dampak Kerusakan Pasca Gempa 6,1 SR Garut

:


Oleh H. A. Azwar, Kamis, 7 April 2016 | 09:45 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 228


Jakarta, InfoPublik - Pasca terjadinya gempa berkekuatan 6,1 Skala Richter (SR) dengan pusat gempa di 101 Barat Daya Kabupaten Garut pada Rabu (6/4) pukul 21.45 WIB, hingga saat ini belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan.

Guncangan memang cukup keras. Namun tidak merusak, kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, Kamis (7/4).

Menurut Sutopo, saat ini, BPBD Kabupaten Garut dan BPBD Provinsi Jawa Barat masih melakukan pemantauan di lapangan untuk mengkaji dampak gempa.

Delapan kecamatan di Kabupaten Garut yaitu Kecamatan Pameungpeuk, Bungbulang, Cisompet, Caringin, Banjarwangi, Singajaya, Mekarmukti, dan Cikelet dilaporkan kondisi aman, tidak ada kerusakan bangunan.

Masyarakat sempat merasakan gempa susulan 4,7 SR pada Rabu (6/4) pukul 22.00 WIB dengan pusat gempa di barat daya Garut pada kedalaman 61 km. Aktivitas masyarakat normal saat ini, ujarnya.

Sutopo menghimbau kepada masyarakat untuk selalu waspada terhadap gempa yang bisa datang mendadak. “Gempa tidak dapat diprediksikan. Dapat terjadi kapan saja tanpa ada peringatan sebelumnya,” imbau Sutopo.

Sutopo menjelaskan, wilayah di selatan Jawa memang rawan gempabumi dan tsunami. Sumber ancaman gempa berasal dari jalur subduksi atau pertemuan lempeng tektonik Hindia Australia dan lempeng Eurasia. Kedua tumbukan lempeng tadi bergerak aktif rata-rata 5-7 cm per tahun ke arah utara dan timur laut.

Pelepasan energi gempa besar baru terjadi di selatan Banyuwangi pada tahun 1994 dan selatan Pangandaran tahun 2006, sedangkan daerah di sepanjang jalur subduksi lainnya tidak diketahui karena terbatasnya data sehingga dikenal sebagai seismic gap. Selain itu ancaman gempa juga dari sesar yang ada di darat seperti sesar Lembang, Cimandiri, Opak dan lainnya.

Pemda, masyarakat dan dunia usaha perlu meningkatkan latihan dan sosialisasi agar masyarakat siap menghadapi gempa dan tsunami. Bangunan harus kuat dengan konatruksi tahan gempa. Anak-anak sekolah perlu diedukasi dan diberi pelatihan terus menerus, jelas Sutopo.