:
Oleh Yudi Rahmat, Senin, 4 April 2016 | 08:33 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 205
“Empat fungsi yang mesti ada dalam dunia pendidikan Indonesia, yaitu taklim, tadris, takdib, serta tarbiyah,” ujar Mensos Khofifah ujar usai menjadi keynote speaker pada wisuda Universitas Negeri Surabaya ke-85 di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/4).
Fungsi taklim, kata Mensos, adalah mengajarkan atau transfer ilmu, tadris mengulang-ulang hingga paham, takdib mengajarkan moralitas dan akhlak baik, serta tarbiyah terjadi pengasuhan dalam pross pendidikan.
“Lebih 60 persen prodi di Universitas Negeri Surabaya di bidang pendidikan, sehingga menjadi tantangan agar anak-anak bisa beradab dan tidak dibesarkan oleh gadget,” ucapnya.
Mencari ilmu adalah proses panjang, seumur hidup mulai ayunan hingga liang lahat (mati). Untuk mewujudkan itu diperlukan adanya Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development (R&D).
“Dibandingkan negara lain, dana riset Indonesia belum sampai 1 persen, dari anggaran pemerintah maupun private public sector,” katanya.
Hasil berbagai produk penelitian banyak yang dibeli oleh pihak negara asing, karena masih rendahnya penghargaan terhadap riset dan para ilmuwan dalam negeri. “Patut disayangkan banyak hasil produk penelitian yang dibeli oleh pihak asing sebagai dampak dari rendahnya penghargaan terhadap para ilmuwan,” tandasnya.
Di era yang penuh persaingan ini kompetisi antar bangsa semakin ketat, sehingga adanya sumber daya manusia berkualitas terutama dari para ilmuwan merupakan bagian dari penguatan karakter bangsa.
“Perlu didorong agar produk penelitian dilanjutkan dan SDM bisa berkompetisi di berbagai lini. Terlebih kini ada Trans Pasific Partnership Agreement dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) harus lebih serius lagi disikapinya,” tandasnya.
Jika dana 1 persen tidak hanya dari anggaran pemerintah, diasumsikan kira-kira Rp 100 triliun dan bisa juga bersumber dari private public sector. “Sebesar 1 persen dari anggaran pemerintah Rp 100 triliun, jangan kalah dengan negara-negara tetangga yang telah memberikan perhatian lebih,” ujarnya.
Selain itu, sejatinya pendidikan bisa secara instrinsik sejalan dengan moral atau akhlak baik. Artinya, tidak hanya pintar dan cerdas tapi baik pula secara moralitas dan sopan dan santun. “Sejatinya, pendidikan sejalan dengan moralitas atau sopan dan santun, sehingga ada terjadi sistem yang terintegrasi atau intregrated system,” tandasnya.
Pada pemberian mata pelajar di sekolah, mulai tingkat SD, SMP dan SMA. Misalnya, ketika diberikan mata pelajaran fisika, biologi dan matematika bisa diintregrasikan dengan nilai-nilai moralitas dan spiritualitas. “Pemberian materi pelajaran seperti fisika, biologi dan matematika bisa diintegrasikan dengan nilai-nilai moral dan spiritualitas. Itulah yang disebut dengan integrated system,” katanya.