- Oleh Pasha Yudha Ernowo
- Jumat, 14 Maret 2025 | 18:11 WIB
: Menteri Agama Nasaruddin Umar, dalam Talkshow Ramadhan Antikorupsi dengan tema
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Kamis, 13 Maret 2025 | 14:57 WIB - Redaktur: Untung S - 316
Jakarta, InfoPublik – Korupsi telah lama menjadi masalah serius yang merusak tatanan sosial dan ekonomi Indonesia. Selain penegakan hukum, ada elemen lain yang tak kalah penting dalam pemberantasan korupsi, yaitu kesadaran moral dan nilai-nilai agama.
Menteri Agama, Nasaruddin Umar, menggarisbawahi bahwa integritas bukan hanya sebuah tuntutan hukum, tetapi juga kewajiban agama yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nasaruddin mengutip hadis Nabi Muhammad saw yang menekankan pentingnya mengatakan kebenaran meskipun pahit.
“Semua daging yang tumbuh dari barang yang haram hanya bisa dibersihkan oleh api neraka,” ujar Nasaruddin, dalam Talkshow Ramadhan Antikorupsi dengan tema "Membangun Integritas Bangsa Melalui Peran Serta Masyarakat Keagamaan" yang berlangsung di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Kamis (13/3/2025).
Ia juga menegaskan bahwa korupsi adalah tindakan haram yang dapat menghancurkan keberkahan hidup seseorang.
Menteri Agama tersebut juga menyoroti pentingnya penggunaan bahasa agama untuk membangun kesadaran moral masyarakat. Dalam pandangannya, pendekatan religius memiliki daya tarik yang lebih besar untuk menyentuh aspek etika dan kesadaran spiritual masyarakat.
Ia memberi contoh terkait krisis lingkungan hidup yang semakin mengkhawatirkan. Jika hanya menggunakan bahasa birokrasi, dampaknya seringkali minim. Namun, jika hal tersebut disampaikan dengan bahasa agama, seperti mengharamkan perbuatan merusak alam, maka dampaknya jauh lebih besar.
Dalam konteks pemberantasan korupsi, Nasaruddin juga mengungkapkan pentingnya menggambarkan dampak buruk korupsi sebagai sebuah kejahatan kemanusiaan yang serius. “Dengan pendekatan seperti itu, saya berharap agar masyarakat dapat menanamkan pemahaman bahwa setiap bentuk korupsi, sekecil apapun itu, harus dihindari sejak dini,” ucapnya.
Nasaruddin mengingatkan akan adanya ‘wilayah abu-abu’ yang bisa menjerumuskan seseorang ke dalam praktik korupsi tanpa disadari. "Tingkat pengendalian kita harus lebih tinggi daripada orang biasa," ujarnya. Pengendalian diri, khususnya bagi pejabat publik, menjadi kunci utama untuk menutup celah-celah yang bisa membuka jalan menuju praktik korupsi.
Nasaruddin mengajak masyarakat untuk memperkuat nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan sehari-hari. Ia percaya bahwa nilai-nilai spiritual yang kuat akan menjadi pencegahan terbaik terhadap korupsi. "Membangun integritas bangsa harus dimulai dari kesadaran individu, yang kemudian didukung oleh nilai-nilai spiritual," tuturnya.
Menteri Agama yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini menegaskan pentingnya kolaborasi antara negara dan elemen keagamaan untuk mengikis budaya korupsi. Sebab, perjuangan melawan korupsi tidak hanya soal aturan dan hukuman, tetapi juga tentang kesadaran moral dan tanggung jawab setiap individu dalam menjalankan amanah yang diberikan.
Dengan memperkuat peran agama dalam membangun integritas, diharapkan Indonesia dapat mewujudkan masyarakat yang lebih jujur, adil, dan bebas dari korupsi.