- Oleh Wandi
- Senin, 11 November 2024 | 20:32 WIB
: Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) RI, Hadi Tjahjanto, menegaskan bahwa persatuan dan kemajemukan bangsa merupakan kunci menuju Indonesia Emas 2045, Yogyakarta, Selasa, (25/9/2024). Foto. Humas Kemenko Polhukam RI.
Oleh Fatkhurrohim, Rabu, 25 September 2024 | 05:49 WIB - Redaktur: Untung S - 290
Yogyakarta, InfoPublik – Menko Polhukam RI, Hadi Tjahjanto, menegaskan pentingnya persatuan dan kemajemukan sebagai fondasi menuju Indonesia Emas 2045. Dalam kuliah umum bertema “Merawat Persatuan dalam Kemajemukan Menuju Indonesia Emas 2045” di Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Selasa (24/9/2024), Hadi menyampaikan pesan krusial untuk merawat keberagaman yang menjadi ciri khas Indonesia.
“Keberagaman bangsa Indonesia adalah karunia yang perlu dijaga. Perbedaan adalah fitrah yang harus diterima dan dikelola dengan bijak,” kata Hadi Tjahjanto.
Hadi juga menyoroti proyeksi bonus demografi yang akan mendorong Indonesia pada 2045. Dengan populasi diperkirakan mencapai 309 juta jiwa, di mana 52 persen adalah usia produktif, Indonesia berpeluang besar untuk menjadi negara maju.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada 2045, sebanyak 75 persen penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan, dan 80 persen dari mereka akan tergolong dalam kategori penghasilan menengah. Selain itu, partisipasi masyarakat terhadap pendidikan tinggi di Indonesia diperkirakan mencapai 60 persen, yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam akses pendidikan.
Namun, tantangan global pada 2045 diperkirakan akan jauh berbeda. Oleh karena itu, Hadi menekankan pentingnya menjaga stabilitas dan melanjutkan visi Indonesia Emas melalui persatuan dan kebersamaan.
Dalam hal pertahanan, Indonesia juga mencatat kemajuan, di mana Minimum Essential Force (MEF) meningkat dari 62,3 persen (2020) menjadi 65,45 persen (2023), serta Global Cyber Security Index meningkat dari 0,776 (2020) menjadi 0,948 (2022). Peningkatan ini berkontribusi positif terhadap citra Indonesia di kancah internasional.
Rektor UGM, Ova Emilia, menambahkan bahwa kemajemukan bisa menjadi kekuatan, tetapi juga dapat memicu konflik jika tidak dikelola dengan baik. “UGM berkomitmen menciptakan ruang diskusi yang inklusif dan toleran, agar generasi penerus dapat beradaptasi dan unggul sesuai dengan visi Indonesia Emas,” tutup Ova.