- Oleh Eko Budiono
- Kamis, 10 April 2025 | 10:57 WIB
: Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). PT Bursa Efek Indonesia (BEI) membekukan sementara perdagangan (trading halt) sistem perdagangan pada pukul 09.00.00 waktu Jakarta Automated Trading System (JATS), setelah penurunan IHSG yang melebihi 8 persen. ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/nz
Oleh Pasha Yudha Ernowo, Rabu, 9 April 2025 | 20:52 WIB - Redaktur: Untung S - 382
Jakarta, InfoPublik - Analis Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengungkapkan bahwa performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan banyak negara lainnya.
Hal itu menandakan adanya respon positif dari pasar terhadap ketahanan ekonomi Indonesia. “Pasar merespons positif resiliensi perekonomian Indonesia,” ujar Nafan dalam wawancara yang dikutip dari Antara pada Rabu (9/4/2025).
Meskipun pasar global mengalami penurunan tajam akibat kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS) dan balasan dari Tiongkok, performa pasar saham domestik tetap stabil. Nafan menjelaskan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia menjadi faktor kunci dalam menjaga kepercayaan investor.
“Faktor-faktor seperti pertumbuhan ekonomi yang solid dan pengelolaan inflasi yang baik berkontribusi pada stabilitas IHSG,” tambahnya. Ia juga mencatat bahwa meskipun ada tantangan eksternal, fundamental ekonomi domestik tetap kuat dan mampu menarik minat investasi.
Nafan mengingatkan pentingnya bagi investor untuk tetap waspada terhadap fluktuasi pasar global namun optimis akan potensi pertumbuhan jangka panjang di bursa saham Indonesia. “Kami percaya bahwa dengan strategi investasi yang tepat, para investor dapat memanfaatkan peluang di tengah kondisi pasar saat ini,” tutupnya.
Dalam catatannya, Verdhana Sekuritas menilai bahwa Indonesia bisa memanfaatkan tarif resiprokal AS sebagai peluang untuk memperkuat hubungan dagang dengan AS, khususnya dalam sektor pertanian, energi, dan teknologi. Pemerintah Indonesia pun siap memberikan insentif fiskal untuk meningkatkan impor produk AS dan mempertahankan daya saing ekspor Indonesia.
Selain itu, Indonesia berencana untuk mengurangi surplus perdagangan dengan AS dengan mengalihkan beberapa impor ke produk-produk AS. Hal ini memberi peluang bagi investor untuk menanamkan modal dengan potensi tarif yang lebih rendah. Pemerintah juga berencana untuk melindungi sektor padat karya seperti tekstil dan alas kaki, serta menangani isu impor ilegal.
Pemerintah Indonesia juga berencana menjajaki pasar baru di kawasan Uni Eropa dan lainnya, serta melakukan reformasi di sektor bea cukai dan administrasi pajak untuk mengurangi hambatan bisnis. Melalui kebijakan ini, Indonesia semakin menunjukkan kesiapan untuk tetap bersaing di pasar global, meski ada tantangan dari kebijakan perdagangan internasional.