- Oleh Eko Budiono
- Jumat, 7 Maret 2025 | 11:40 WIB
: Foto udara panel surya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (9/11/2023). PLTS Terapung Cirata yang ramah lingkungan itu memiliki kapasitas 192 Megawatt Peak yang merupakan PLTS terapung terbesar se Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia tersebut mulai dioperasikan untuk memenuhi kebutuhan listik di Pulau Jawa, Madura dan Bali. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa.
Oleh Eko Budiono, Rabu, 5 Februari 2025 | 14:59 WIB - Redaktur: Untung S - 325
Jakarta, InfoPublik - Indonesia menerima hibah sejumlah 14,7 juta Euro (sekitar Rp248,8 miliar) dari Uni Eropa (UE), dan Prancis untuk pengembangan transisi energi di tanah air.
“Uni Eropa mengalirkan dana kepada AFD (Agence Française de Développement) 14,7 juta Euro. Nah yang tadi kita sama-sama saksikan, AFD kemudian melakukan kerja sama langsung dengan PLN,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, melalui keterangan resmi, saat Kick Off Meeting Indonesia Energy Transition Facility di Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Dadan menegaskan, dari total dana hibah yang diberikan untuk program Indonesia Energy Transition Facility (IETF) tersebut, sebanyak 44 persen atau sekitar 6,5 juta Euro (Rp109,85 miliar) akan digunakan oleh PLN, dalam pengembangan kapasitas terkait transisi energi, dan sisanya akan digunakan oleh Kementerian ESDM.
“Jadi baru 6,5 juta Euro yang sekarang sudah terlihat dimanfaatkan untuk yang PLN. Kami kan ada kerja sama yang lain, kita ada kerja sama mineral, kita bagaimana mendorong mineral yang berkelanjutan. Itu ada kerja sama-kerja sama seperti itu,” ujarnya.
Sedangka , Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN Fabien Penone menyampaikan, IETF menandai langkah penting dalam mempercepat transisi energi Indonesia dengan manfaat signifikan bagi wilayah.
Hibah melalui program tersebut akan fokus pada dua komponen. Pertama, dukungan untuk kebijakan energi, dan kedua, persiapan proyek energi terbarukan dan transmisi yang baru.
“Seperti yang kita semua ketahui, transisi energi adalah isu yang kompleks dan transformatif. Transisi ini tidak hanya memerlukan investasi besar, tetapi juga kemitraan yang kuat, inovasi, dan komitmen jangka panjang untuk menyeimbangkan tujuan lingkungan, ekonomi, dan sosial,” ungkapnya.
Fasilitas IETF, lanjutnya, selaras dengan visi transisi energi yang adil, bertujuan untuk menciptakan peluang ekonomi baru, melindungi pekerjaan, dan mendukung komunitas yang rentan. Melalui kolaborasi tersebut, keahlian gabungan dari Indonesia, Prancis melalui AFD, dan Uni Eropa akan dimanfaatkan untuk mempercepat penerapan energi terbarukan dan mengatasi kompleksitas transisi energi.
“Peluncuran fasilitas ini merupakan langkah penting dalam strategi transisi energi yang lebih luas di Indonesia. Ini mendukung tujuan dari Just Energy Transition Partnership (JETP), yang diluncurkan pada KTT G20 di Bali pada tahun 2022,” tuturnya.